Home / Romansa / Anneth / 36. Kebohongan Anneth pada Davis

Share

36. Kebohongan Anneth pada Davis

Author: santy aysel
last update Last Updated: 2021-07-12 22:14:46

"Apa kau yakin ingin melihat bayi itu? Bukan karena kata-kataku yang menyinggungmu atau terlampau kasar untuk didengar, mungkin bagimu." tanya Anneth.

"Bukan. Aku benar-benar ingin melihat sosok malaikat kecil itu, Ann."

Anneth mengalihkan pandangan dari Davis dan menerawang ke arah jalanan melalui kaca jendela mobil. Dalam benaknya, ia merasakan kegalauan dan kebimbangan mengenai tindakannya sejauh ini.

Apakah semua yang kulakukan sampai detik ini sudah benar? Mengapa aku harus terjerumus sangat dalam ke kehidupan orang lain?, seolah-olah aku ini sangat mencampuri urusan orang lain yang bahkan baru saja kukenal, batinnya.

Mobil yang semula mulus melesat di jalanan beraspal terhenti dalam sekejap dan mengaburkan l

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Anneth   37. Misi Hampir Tuntas

    Diluar langit sudah berwarna abu gelap dan rintikan hujan terdengar turun dengan perlahan. Masih bertahan di ruang tamu rumah Ibu Lea, Anneth bisa menatap raut muka Ibu Lea yang tampak berubah menjadi bimbang usai mendengar pertanyaan Davis. Sebagai sesama perempuan, Anneth dapat merasakan apa yang saat ini dirasakan Ibu Lea. Namun, dalam hati terdalam, Anneth berharap Ibu Lea menjelaskan dengan penuh kejujuran dan keterbukaan apa yang sudah dialami Lea semasa hidupnya, tepatnya sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya. Sesaat kemudian, Anneth menatap raut muka Ibu Lea yang berusaha ingin menjelaskan keadaan yang terjadi sebenarnya. "Iya, Nak Davis, Lea telah mengandung dan melahirkan seorang bayi perempuan yang dia beri Tanaya. Lea juga telah menceritakan semua yang terjadi diantara kalian." "Lalu, dimana, Bu, anak itu sekarang?"

    Last Updated : 2021-07-12
  • Anneth   38. Misi Tuntas

    Hotel Pandawa. 09.30. Anneth menatap layar laptop lekat-lekat yang ada di hadapannya sambil jari-jemarinya sibuk menekan tuts-tuts keyboard. Sesekali Anneth memalingkan wajahnya ke arah buku tulis polos yang tergeletak di samping laptop sambil tetap mengetik tanpa henti. Di ujung meja dekat dengan wadah, tempat pena dan alat tulisnya lainnya diletakkan terdapat gelas kaca berisi air putih yang bagian atasnya ditutup dengan penutup gelas tampak masih terisi penuh, belum berkurang sedikitpun. Rupanya, Anneth belum menyentuh sama sekali gelas itu apalagi menyesapnya. Perhatian Anneth yang semula berpusat pada laptop sedikit terganggu saat sebuah notifikasi pesan berbunyi. Jari-jemarinya yang semula sibuk berkutat dengan tuts-tuts keyboard dan mouse terpaksa terhenti sesaat, ia pun mulai mengecek pesan yang masuk di ponselnya.

    Last Updated : 2021-07-12
  • Anneth   39. Ajakan Kencan Brandon

    16.00. Anneth mulai mematikan laptop dan membereskan benda-benda yang berserakan di meja kerja. Sesaat Anneth meneguk air minum dalam gelas kaca yang belum sempat disentuhnya. Saat ia akan bersiap pulang, ponselnya berdering dari nomor yang tidak dikenal. Anneth yang awalnya ragu mengangkat panggilan itu akhirnya luluh juga, ia khawatir panggilan itu merupakan panggilan yang penting dari orang yang dikenalnya. "Halo?" ujar Anneth dengan posisi duduk tepat di ujung meja kerjanya. "Halo, Ann, ini aku Brandon." "Brandon? Benarkah itu kau? Kenapa kau tidak menelponku menggunakan nomermu yang biasanya?" "Ah, oh, itu, iya tidak karena ponselku sedang dicharge di ruanganku sedangkan aku berada di lobby kantorku. Kau sedang ada dimana, Ann?" &nb

    Last Updated : 2021-07-12
  • Anneth   40. Penyesalan Anneth

    Rumah Brandon. 19.50. Brandon mengajak Anneth ke rumahnya usai mereka menghabiskan makan malam yang tak terlalu romantis di resto yang baru dicobanya. Rumah bertingkat yang luas tapi minimalis begitulah gambaran yang ada di benak Anneth saat pertama kali menjejakkan kaki di rumah pribadi kekasihnya itu. "Wine?" ujar Brandon menawarkan tapi terdengar memaksa di telinga Anneth. Anneth mengernyitkan kedua alisnya lalu menggeleng. "Cobalah seteguk, kau harus belajar mencoba hal-hal diluar kebiasaanmu. Itu akan memberi warna baru di hidupmu." Dengan masih diselimuti keraguan, Anneth mengiyakan asal perkataan Brandon.

    Last Updated : 2021-07-12
  • Anneth   41. Melanggar Prinsip

    Keesokan paginya. 06.30. Anneth terbangun dari tidur lelapnya usai kelelahan bermain dengan Brandon semalaman. Ia merasakan nyeri di sekitar paha atas karena permainan yang cukup kasar yang dilakukan oleh Brandon padanya. Mereka menyalurkan hasrat semalaman sampai menguras tenaga dan membasahi sprei dengan keringat mereka. Anneth merasa kepalanya pening karena Brandon mencekokinya lagi dengan wine usai permainan ranjang mereka selesai. Ia menengok ke arah samping, dilihatnya Brandon masih terlelap dengan posisi tertelungkup dengan wajah memandang ke arahnya. Anneth mengamati setiap jengkal raut muka kekasihnya yang tampak begitu tampan, bulu-bulu halus yang tumbuh di bawah dagunya menambah kejantanannya sebagai pria dewasa. Dalam kondisi tidurpun kau masih tampak tampan dan berkharisma, my man, batinnya.

    Last Updated : 2021-07-12
  • Anneth   42. Pertengkaran Hebat

    DePanic Cafe. 12.15. Anneth memenuhi janjinya untuk bertemu dengan Devaro (Lea) saat istirahat kerja di cafe yang baru saja dibuka dengan mengusung konsep ala Santorini, Yunani. Saat pertama kali melangkah di halaman depan cafe, mata Anneth langsung disajikan dekorasi yang kebanyakan didominasi warna biru dan putih khas bangunan-bangunan di Santorini. Ia pun melanjutkan langkah kakinya dan masuk ke dalam cafe, disana sudah banyak pengunjung yang didominasi muda-mudi. Saat mengedarkan pandang dan belum menemukan batang hidung Devaro (Lea) disana, langsung saja Anneth memutuskan untuk memilih tempat duduk yang menurutnya nyaman dan bisa langsung menikmati view taman dan danau disamping cafe sejauh mata memandang. Beberapa saat kemudian, Devaro (Lea) datang bersamaan dengan pelayan yang membawa pesanan Anneth. Mereka sama-sama

    Last Updated : 2021-07-12
  • Anneth   43. Kehilangan Selera

    Anneth, seorang kepala satpam dan dua buah anak buahnya bergegas menuju ke dalam hotel. Sesampainya di lounge, Anneth dibuat semakin tercengang dan panik tatkala melihat Savvy malah berguling-gulingan di lantai dengan lawannya dan tetap saling melemparkan pukulan di perut dan wajah menjadikan suasana semakin tak terkendali. Ia semakin geram karena tak ada satupun tamu atau pegawai hotel yang berusaha melerai mereka. Lebih geram lagi karena disana Anneth melihat ada sosok Samara yang hanya memandang dengan ekspresi ketakutan tanpa mempunyai inisiatif untuk mengambil tindakan apapun pada tunangannya itu. "Pak, ayo cepat hentikan perkelahian mereka!" Ketiga satpam itupun dengan susah payah melerai perkelahian mereka dan akhirnya berhasil. Savvy dan lawan tandingnya sudah dalam kondisi berdiri dengan masing-masing dipegangi oleh satp

    Last Updated : 2021-07-12
  • Anneth   44. Kemarahan Pak Devisser

    Tiga hari kemudian. 11.00. Brandon memanggil asisten pribadinya, Ricky Lambert, yang biasa dipanggilnya Richie dengan telepon nirkabel. Hari ini lidah Brandon entah mengapa ingin mengecap sesuatu yang masam. "Richie, cepat belikan aku mangga yang belum matang, salad, jeruk atau apapun itu yang rasanya masam." "Tapi untuk apa, Tuan?" Brandon melotot ke arah Richie, "Tentu saja untuk kumakan!, masih tanya lagi. Kau pikir aku menyuruhmu membelinya untuk kuberikan pada Panther?" Panther merupakan anjing penjaga rumah yang pernah menakuti Anneth. "Bukan begitu, hanya rasanya aneh saja karena Tuan biasanya menghindari mak

    Last Updated : 2021-07-12

Latest chapter

  • Anneth   55. Gangguan

    TIK… TOK… TIK… TOK… Jam dinding kuno berdetak keras. Anneth terkesiap. Napasnya berderu kencang. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Anneth masih saja duduk bertahan di ruang kerjanya seorang diri. KRUK… KRUK… KRUK… Perutnya yang kosong mulai keroncongan. Tak ada makanan atau cemilan yang tersedia di meja kerjanya. GLUK…

  • Anneth   54. Peraturan

    Anneth mengangkat jari-jemarinya yang gemetaran dan mulai mengigit-gigit kukunya. Dia tidak mampu lagi menyembunyikan kegelisahannya saat duduk di kursi. Anneth yang baru saja keluar dari ruangan Pak Devisser diselimuti penyesalan. Karena terus didesak Anneth terpaksa berterus terang mengenai pernikahannya dan menjelaskan kondisinya yang sedang hamil pada Pak Devisser dan Savvy. Sekarang Anneth hanya bisa pasrah menanti pengumuman yang akan disampaikan oleh Pak Devisser melalui atasannya Savvy mengenai statusnya di hotel Pandawa. "Akankah Pak Devisser memecatku?" tanya Anneth semakin tak tenang. Sambil memainkan gelang persahabatannya dengan Devaro alias Lea, Anneth memandang keluar melalui jendela kac

  • Anneth   53. Hampir Terkuak

    Aku akan menghibahkan lukisan anak kecil itu pada orang lain." ucap Savvy. "Apa?! Tapi kenapa?" tanya Anneth. "Rumahku jadi semakin sering mengalami kejadian-kejadian aneh, Ann. Bahkan asisten rumah tanggaku pernah hampir menghabisi nyawanya sendiri dengan pisau karena bisikan-bisikan gaib yang menghantuinya." jawab Savvy. Anneth seketika dibuat tercengang dengan penuturan Savvy. "Temanku yang seorang punya indra keenam pernah melihat keganjilan pada lukisan itu saat bertandang ke rumah. Katanya lukisan itu mengandung unsur dimensi dunia lain yang sulit dicerna dengan akal. Dulu aku juga pernah bilang padamu 'kan, sejak lukisan itu dipajang di dinding, rumahku menjadi semakin angker." lanjutnya.

  • Anneth   52. Tanpa Malam Pertama

    Tok … tok … tok … Terdengar pintu diketuk, Anneth yang sedang sibuk mencari keberadaan suaminya bergegas melangkah menuju ke depan pintu rumah yang sengaja dirancang secara otomatis dan modern oleh Brandon. Tujuan Brandon merancang pintu sedemikian rupa agar tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam rumahnya sesuka hati. Alangkah terkejutnya Anneth saat mendapati Brandon pulang dalam keadaan kacau dan berantakan dengan ditemani oleh seorang pria asing. Rupanya, pria asing itu yang mengantar pulang Brandon dengan mobil karena tidak mungkin bagi Brandon menyetir dalam keadaan mabuk. Anneth pun mengucapkan rasa terima kasihnya pada pria asing yang ditemuinya itu. "Syukurlah kau baik-baik saja, Bray." ujar Anneth.

  • Anneth   51. Dimana kau, Brandon?

    Pernikahan yang diinginkan Anneth akhirnya terjadi meski tanpa restu orang tua Brandon. Pernikahan mereka juga dilakukan dengan tertutup. Meskipun pernikahan yang diinginkan Anneth terwujud tapi pernikahan ini sama sekali bukanlah seperti pernikahan yang selama ini diidam-idamkannya. Hanya segelintir orang yang diundang dalam pernikahan ini, termasuk Devaro (Lea), Naomi dan Sherly. Bahkan, dari awal Brandon sudah mengatakan dengan tegas pada Anneth bahwa tidak akan ada resepsi pernikahan, hanya akad. Bagi Brandon, resepsi yang diadakan meskipun tertutup hanya akan membuat berita pernikahan semakin menyebar dan meluas. Berita pernikahan yang meluas apalagi sampai terdengar ke telinga orangtuanya, tentu akan membuatnya dimarahi habis-habisan. Konsekuensi terberatny

  • Anneth   50. Menghindar

    Dua bulan kemudian. "Apa-apaan ini, Ann?! Jelaskan padaku apa yang coba kau sembunyikan?" tanya Savvy dengan suara meninggi sambil menyodorkan sebuah foto pada Anneth di ruang kerjanya. Anneth mengambil foto dari jemari Savvy dengan tangan gemetaran. "Ti-tidak mungkin." gumam Anneth sambil mengernyitkan dahi dan mengatupkan mulut. "Apanya yang tidak mungkin?" tanya Savvy suara meninggi. "Ma-maaf, berikan waktu, aku akan menjelaskannya padamu nanti." jawab Anneth berusaha menghindar dari cercaan Savvy yang haus akan penjelasan. Anneth berdiri di ruang kerjanya sambil terus mengamat

  • Anneth   49. Pertemuan dengan Kakak Ipar

    "Oh, maaf, sepertinya aku salah masuk ruangan." ucap pria asing yang masih berdiri tepat di ambang pintu sambil mengedarkan pandang ke segala sisi ruangan termasuk ke sisi lantai yang tampak berantakan karena berkas-berkas yang berjatuhan. "It's ok. Anda sedang mencari siapa, by the way ?" tanya Samara. "Pak Devisser." jawab pria asing itu. "Baiklah, tunggu di luar sebentar, akan kuantarkan kau ke ruangannya." ucap Samara yang dilingkupi rasa malu karena ruangannya yang tampak tak beraturan telah dilihat oleh seseorang. Sambil melangkah mengayunkan kaki menuju ruangan Pak Devisser, Samara terlibat percakapan dengan pria asing yang ditemuinya secara tak sengaja itu.

  • Anneth   48. Bukan Wanita Jalang?

    Sorot mata tajam dan dingin Brandon kini berubah menjadi teduh dengan sepasang bola matanya begitu jernih bak lautan yang bening dan dalam bak samudra. Bola mata itu kini menatap lurus ke arah Anneth. Namun, Anneth masih merasakan aura ketegasan dan penuh kharisma yang seolah tak pernah luntur dari pria itu. "Kita tidak bisa menikah." tandas Brandon. "Apa maksudmu kita tidak bisa menikah, kau t'lah janji akan menikahiku, Brandon." ucap Anneth menimpali. "Papaku tidak menyetujui pernikahan kita, apa kau paham itu, hah?!" seru Brandon. "Lalu apa rencanamu, apa kau akan lepas tangan begitu saja, tidak mau bertanggung jawab atas janin?" tanya An

  • Anneth   47. Dilema Brandon

    Anneth tak menyangka Brandon akan meminta menikahinya secepat itu. Bahkan, pria berbadan tegap itu berjanji akan segera membicarakan persoalan ini dengan Papanya dan meminta restunya. Meskipun tak dipungkiri terselip keraguan dalam diri Anneth bahwa rencana ini akan berjalan mulus-mulus saja kedepannya. "Syukurlah kalau Brandon mau bertanggung jawab atas janin ini, tak ada yang perlu dirisaukan." gumamnya. Anneth yang masih bertahan di cafe seorang diri sambil merenung tentang masa depan dikejutkan oleh suara deringan ponsel. "Halo, Anneth, kau ada dimana, apa kau sudah ada di penginapanmu?" tanya Savvy. "Saya masih di cafe J&K, Pak, baru ketemu teman disini." balas Anneth.

DMCA.com Protection Status