Share

Favor

Penulis: LELIEL
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-28 11:55:32

Menu makan malam yang menggiurkan itu bahkan tak mampu menggugah selera Ruriko. Di meja makan, gadis itu hanya melamun sembari memegang sumpit dan mangkuk masing-masing di kedua tangannya. Gelagat Ruriko sontak menimbulkan tanda tanya bagi para penghuni meja makan, namun yang berani menegurnya terlebih dahulu adalah sang ibu.

“Kenapa, Ruri-chan?”

Gadis itu tersentak seolah suara ibunya berhasil mengembalikannya ke dunia nyata. Setelah itu, Ruriko hanya tersenyum getir sambil geleng-geleng kepala. 

“Aku mau ke kamar ya” Meletakkan sumpit dan mangkuk di atas meja, Ruriko pun berdiri. Teguran sang ibu kembali menahannya.

“Tidak makan? Kau jadi jarang makan loh,” tukas wanita itu cemas. Ruriko kembali menggoreskan senyum. 

“Nanti saja. Sisakan ya, bu.” 

Ketika hendak menuju ke kamar, ia melihat sepasang mata Hana, adiknya, menyorot heran. Sang kakak yang biasanya terlihat ramah kini berubah menjadi pemurung. Hana masih terlalu kecil untuk mengerti penyebabnya. 

Ruriko meninggalkan ruang makan. Ia menaiki tangga yang membawanya ke kamar. Tiba di bilik privasinya itu, Ruriko pun langsung mengurung diri. Ia melompat ke atas ranjang lalu berbaring menelungkup. 

“Ah, rasanya sudah tak mungkin …” bisik Ruriko lirih. Setelah itu, ia berbalik badan. Dalam posisi terlentang, pandangan mata Ruriko mengarah ke langit-langit kamarnya. 

Kemunculan sebuah bulu sayap di udara langsung menyentakkan gadis itu. Ruriko sebenarnya tak terlalu terkejut melihat fenomena itu, karena ia sudah melihatnya berulang kali. Yang membuatnya kaget adalah lokasi kemunculannya berada di area privasi gadis itu. Kamarnya sendiri. 

Belum sampai lima detik, sosok makhluk bersayap putih berdiri tepat di samping ranjang Ruriko. Malaikat pelit itu lagi. Bola mata Ruriko menilik sang malaikat. Setelah itu, hanya suara ragu gadis itulah yang menyambut kehadirannya.

“Kau …?”

Malaikat itu menatapnya. Keduanya saling pandang sampai Ruriko merasa gerah sendiri. Muncul tiba-tiba lalu memperhatikan Ruriko seperti orang jahat. Rasanya tidak ada yang lebih kurang ajar dibandingkan dengan si malaikat. 

“Apa yang kau inginkan?” erang Ruriko karena kesal. “Untuk apa ke sini?”

“Jujur saja, ucapanmu tadi membuatku penasaran.” Si malaikat memandang langit-langit ruangan sambil mengelus dagunya. Alis Ruriko langsung mengernyit heran. Ia berusaha mengingat-ingat percakapan terakhirnya dengan makhluk itu. Soal Kasumi-kah?

“Kasumi!? Kau ingin menolongnya?” Ruriko bangkit karena antusias. Malaikat itu menghela nafas lalu geleng-geleng kepala. 

“Tidak. Mengenai ceritamu yang ditolong malaikat. Aku ingin mendengarnya.”

Tubuh Ruriko yang tadinya tegap, langsung melorot lemas. Kembali berada pada mode suramnya, Ruriko hanya memeluk sepasang lututnya. 

“Ayo. Ceritakan padaku,” desak malaikat itu. Ruriko tampak ragu, sehingga ia belum mau membuka suara. Sang malaikat pun menghela nafas lalu bersedekap.  

“Kau sangat menyayangi temanmu itu, ya.” ucapan si malaikat akhirnya membuat Ruriko berpaling lalu menatapnya. Untuk pertama kali, ia melihat makhluk galak itu tersenyum padanya.

“Aku yakin kalian sudah berteman cukup lama.” 

Ruriko masih menunduk. Ia memilih duduk di tepi ranjang. Sang malaikat ikut duduk di sampingnya. 

“Kalau kalian tahu, kenapa kalian tak peduli sedikitpun?” respon Ruriko kelam. “Kasumi. Ia sudah banyak menanggung masalah sendirian. Sebagai teman, aku ingin ia berbahagia. Bukankah ia memiliki bayi? Tetapi, ia malah mengalami kecelakaan sampai koma."

Sampai di sini, Ruriko tak melanjutkan keluhannya. Sang malaikat juga tidak langsung merespon. Keduanya saling diam, bergelut dengan pemikiran masing-masing.

“Sebenarnya semua itu juga salahku.” Ruriko kembali bersuara, kali ini dengan agak menggumam. “Jika aku tiba di lokasi lebih awal, Kasumi pasti bisa selamat.” Gadis itu menerawang ke lantai kamar dengan sorot mata sendu. 

“Siapapun pasti menolak musibah, ya.” Akhirnya makhluk itu merespon curahan hati Ruriko. “Kami bukannya tidak peduli. Tetapi manusia sudah memiliki alur kehidupannya sendiri.” jelas makhluk itu “Bahkan malaikat seperti kami pun tak bisa mengubahnya.”

Takdir? itukah yang dimaksud? Ruriko seketika teringat oleh kata-kata si malaikat maut enam tahun silam.

“Mengubah takdir ….” Gumaman Ruriko kembali menarik perhatian si malaikat. Makhluk itu memperhatikannya heran.

“Enam tahun silam, malaikat itulah yang mengatakannya padaku. Ia ingin mengubah takdirku.” Ruriko akhirnya menceritakan kejadian enam tahun silam pada makhluk itu. Ia rasa juga ia tak bisa selamanya menyembunyikannya. 

“Aku seharusnya meninggal karena kecelakaan.” Pernyataan Ruriko mengubah air muka sang malaikat. Sosok yang selalu tenang itu kini terlihat kaget. Ia bahkan menatap mata Ruriko lekat-lekat, seolah masih belum mempercayai ceritanya. Ruriko memilih tak peduli pada perubahan ekspresinya. Ia pun lanjut bercerita 

“Lalu, ia datang menjemputku. Sampai akhirnya, ia mengatakan sesuatu tentang keluargaku, terutama ayahku. Dia bilang, ayahku akan menderita sepeninggalku.” 

Suasana hening karena Ruriko menjeda ucapannya. Sang malaikat menggulirkan pandangan dari mata Ruriko ke lantai kamar. Tapi, sorot tegasnya tetap tak berubah. 

“Lalu …?” Suara berat sang malaikat terdengar, menyuruhnya untuk lanjut bercerita. Ruriko pun menghela nafas dalam-dalam.

“Akhirnya ia menanyakan hal itu, mengenai mengubah takdir. Aku sebenarnya tak terlalu mengerti, tetapi aku tetap mengiyakannya. Lalu, ia merobek salah satu halaman buku dan menyuruhku untuk hidup kembali.”

Ruriko mengakhiri kisahnya. Hembusan nafas beratnya terdengar. Setelah itu sang gadis menatap langit-langit ruangan. “Maka dari itu, selama enam tahun aku berusaha mencarinya, sekedar untuk bertemu lalu mengucapkan terima kasih, karena kebaikan hatinya itu.”

“Itu bukan kebaikan,” bantah malaikat itu seketika. Ruriko langsung menatap kedua matanya yang kini bersorot tegas. “Dia sudah melakukan kesalahan yang besar …dan tak termaafkan.”

Kini giliran Ruriko yang terkejut. Ia memang sudah menduga kalau sang malaikat telah melanggar sebuah aturan mengenai kehidupan dan kematian. Kata-kata tak termaafkanlah yang memancing respon gadis itu. 

“Aku tak terlalu paham soal tugas malaikat maut. Yang jelas ia sudah melanggar takdir kehidupan manusia. Bahkan merobek buku kematian itu adalah kesalahan yang fatal,” jelasnya serius “Tak ada yang boleh mengubah takdir manusia, bahkan malaikat sekalipun.”

“Tapi … dia hanya menolongku!” bantah Ruriko “Menolong manusia bukan suatu kesalahan, kan?”

“Bukan dengan cara itu!” Nada bicara si malaikat ikut meninggi “Malaikat punya aturan sendiri. Kalau mereka melanggar, mereka akan menerima hukuman. Terlebih, pelanggaran yang dia buat amat besar. Mungkin, kau tak akan bertemu dengannya lagi.” 

Kata-kata si malaikat membuat Ruriko tercekat. Ia masih belum terima sehingga berniat protes. Tetapi, makhluk itu justru memilih untuk pergi. 

“Hei!” seru Ruriko. Yang ia lihat kini hanya hujan bulu sayap putih, tepat setelah sang malaikat melenyapkan dirinya. “Aku masih tak mengerti! Tapi perbuatannya tidak jahat! Dia menolongku! Kenapa harus dianggap sebagai pelanggaran besar?” 

Tak ada reaksi. Pandangan Ruriko masih mengedari sekitar kamar, mencari-cari keberadaan malaikat yang mungkin masih berada di sini. 

“Dengar malaikat. Beritahu aku bagaimana cara mengembalikannya? Ia sudah menyelamatkanku! Kali ini giliran aku yang menyelamatkannya!”

Hanya kesunyian yang menjawabnya. Ruriko menghembuskan nafas lelah lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Setelah kondisi Kasumi, beban pikiran Ruriko kembali bertambah dengan ucapan si malaikat. Kepalanya seakan mau meledak. 

Bahkan malaikat sekalipun tak bisa diandalkan untuk menolongnya. Begitu pikir Ruriko seraya memejamkan kedua matanya. 

***

“Sudah saatnya.” Dua makhluk bersayap putih itu menghadapi kamar salah seorang pasien. Salah satu sosok membawa sebuah buku yang tengah terbuka lebar. 

“Malam ini dia akan ku bawa.”

Sosok yang lain hanya membisu. Dengan wajah sendu, ia melirik nama yang tertera dalam buku yang dipegang oleh rekannya sesama malaikat. Kasumi Shiraishi. Ia mengenal nama itu. Bukan. Bukan karena ia adalah nama ibu dari bayi yang akan ia lindungi. Si malaikat lebih mengenalnya sebagai nama sahabat dekat dari sosok gadis keras kepala yang bisa melihat wujudnya. 

“Bisakah diundur dua jam lagi?” pinta makhluk itu pada si pemilik buku. Yang bersangkutan berpaling heran. Pertama kali ia mendengar ada malaikat yang membuat sebuah permohonan untuk manusia. 

“Tapi ….” Sosok itu terlihat ragu “Ini sudah waktunya.”

“Dua jam kemudian juga masih malam, bukan? Jadi tidak dihitung sebagai pelanggaran tugas.” bujuk si malaikat bersurai coklat itu. Malaikat bersurai hitam langsung terdiam sesaat. 

“Memang apa maumu?”

“Tidak. Mungkin akan ada orang tua atau kerabatnya yang datang pada jam itu. Dengan begitu, mereka tak akan terlalu bersedih.” jelasnya serius sambil mengendik. Lawan bicaranya tertawa singkat mendengarnya. Ia pun geleng-geleng kepala. Malaikat penjaga bayi memang berbeda, ya. Lebih berperasaan dibanding malaikat maut seperti dirinya. Tapi, permohonan tersebut bukan hal yang berat sehingga ia akhirnya setuju.

“Baiklah. Aku akan mengulur dua jam. Lagipula aku sedang ingin jalan-jalan di sekitar sini.” Malaikat pemegang buku itu pun beranjak pergi. Kini yang berada di depan kamar Kasumi tinggallah si malaikat bersurai coklat. Sorot matanya masih penuh rasa iba saat memandang kamar itu. Roh wanita di dalam sana sebentar lagi akan dibawa ke dunia lain, meninggalkan bayinya, keluarganya, serta sosok sahabat yang amat menyayanginya. 

“Ah, gadis merepotkan!” keluh si malaikat sebelum akhirnya ia menghilang. 

Bab terkait

  • Angel's Sign   Farewell

    Ruriko yang tengah terlelap itu merasa sedikit terusik ketika sebuah benda lembut menyentuh bagian pipinya. Tanpa membuka mata, tangan Ruriko merenggut benda itu lalu membuangnya begitu saja. Beberapa saat kemudian, gadis itu kembali bisa menikmati alam mimpi.Kini, ia tertidur dengan posisi terlentang. Wajah gadis itu kembali berubah gelisah ketika merasakan sebuah benda lembut bermain-main di sekitar hidungnya.Ruriko mengerang. Ia menangkap benda itu lalu membuka matanya. Dengan kesal, ia membuka kepalan tangannya untuk mencari tahu benda apa yang sudah dua kali mengusik tidur damainya. Ekspresi gadis itu seketika berubah heran saat menemukan sehelai bulu sayap berwarna putih pada telapak tangannya.Apakah ia tengah bermimpi? Kenapa ada bulu sayap malaikat di dalam tangkuban tangannya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • Angel's Sign   Duty

    Rapalan doa dibacakan oleh pendeta kuil sebagai pengantar bagi jiwa yang telah berpisah dengan raganya, agar bisa meninggalkan dunia dengan tenang.Suasana khidmat terasa kental dalam upacara pemakaman Kasumi Shiraishi. Setelah dinyatakan meninggal dunia, jenazahnya langsung disemayamkan di kuil pada keesokan harinya. Semua kerabat, rekan kerja, bahkan sosok-sosok yang mengenal wanita itu turut hadir untuk memberikan ungkapan bela sungkawa.Ruriko hanyalah segelintir dari puluhan orang yang mengikuti upacara pemakaman. Ia sendiri memilih duduk di barisan paling belakang, seolah menyembunyikan diri entah dari siapa. Mungkin dari sosok Kasumi yang membayanginya lewat foto di altar.Selama upacara berlangsung, tangis dari anggota keluarga memenuhi ruangan. Beberapa orang yang terbawa oleh suasana duka itu j

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Angel's Sign   Family

    “Saya mohon untuk mempertimbangkannya lagi.” Ruriko membungkuk formal pada sepasang suami istri berusia tua di hadapannya. Kakek dan nenek itu saling pandang, sebelum akhirnya salah satu dari mereka angkat bicara.“Ruriko-san. Aku mengerti perasaanmu sebagai teman dekat. Tapi, bagaimanapun ini masalah keluarga kami. Dan keputusan kami sudah bulat untuk tidak mengurusnya,” ucap pria tua itu.“Tapi, siapa yang akan mengurusnya? Kasihan kalau bayi itu dibiarkan sendirian.” Ruriko menunduk sedih “Ia berhak memiliki keluarga, bukan?” Ucapannya dibuat menggumam.“Untuk masalah ini, kau tak perlu cemas. Kami sudah mempertimbangkan untuk membawanya ke panti asuhan.” Kali ini sosok wanita tua yang mengenakan yukata angkat bicara. Ruriko kaget mendengarny

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Angel's Sign   Promise

    Kepindahan bayi itu ke panti asuhan sebentar lagi, tinggal menunggu Erina sebagai salah satu pengurus untuk mengisi data-data bayi mendiang Kasumi Shiraishi. Tak ada pihak keluarga yang datang. Hanya Ruriko sendiri yang mendampingi Erina. Itu juga karena ia kebetulan bertemu di waktu yang sama.“Namanya belum diputuskan juga ya?” Erina terlihat kebingungan berhadapan dengan salah satu petugas rumah sakit. Ia harus mengurus terlebih dahulu berkas-berkas kepindahan bayi itu ke Panti Asuhan Yurikago. Tapi, pihak keluarga belum memberikan nama pada bayi itu. Pihak rumah sakit juga sepertinya tidak memiliki wewenang untuk memberi nama. Kalau belum ada nama, pasti akan sulit mendaftarkan si bayi sebagai anggota baru.“Nama?” Sambil menggumam, Ruriko langsung teringat sesuatu. Sebelum meninggal, Kasumi sempat membocorkan nama bayi itu. Sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Angel's Sign   Orphanage

    Pada akhir pekan, Ruriko mengadakan kunjungan ke Panti Asuhan Yurikago. Berbekal alamat yang tertera pada kartu nama Erina, Ruriko pun pergi sendirian ke sana. Lokasinya cukup terpencil dari pusat kota. Ruriko harus menaiki kereta api selama setengah jam kemudian menaiki bus. Setelah itu, tinggal jalan sebentar sampai ke tujuan akhir. Tepat tengah hari, ia pun sudah berdiri tercenung di depan gerbang panti asuhan. Ini kunjungan pertamanya sehingga ia merasa gugup. Suasana halaman terlihat sepi. Ruriko celingak celinguk lalu memutuskan untuk masuk saja. Ia mendorong pelan gerbang, yang ternyata tak terkunci. Akhirnya, langkah kakinya pun menapaki pekarangan berpasir.Kini, ia malah berdiri mematung di depan pintu masuk. “Permisi.” Ruriko berseru karena tak menemukan ada bel di dekat pintu. Tak perlu menunggu lama, seseorang membukakan pintu. R

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Angel's Sign   Gap

    Keesokan harinya, Ruriko mengadakan kunjungan lagi ke panti asuhan. Ia memang sudah berjanji untuk berkunjung minimal seminggu satu kali, entah di hari sabtu, minggu, atau libur nasional. Tapi, tak ada salahnya juga berkunjung dua hari berturut-turut. Ia sedang tak ada janji bepergian, lagipula Ruriko ingin mengakrabkan diri dengan penghuni panti asuhan lainnya.Dimulai dari mendekati sosok Rio yang sedang bermain bersama teman-temannya di pekarangan. Gadis kecil itu langsung menyapa semangat saat melihat sosok familiar mendatanginya. Ruriko membalas lambaian tangannya lalu berjongkok di dekat anak itu.“Sedang apa, Rio-chan?” tanya Ruriko ramah.“Kejar-kejaran,” Rio menjawab singkat. Setelah itu ia berteriak lalu berlari saat seorang anak berusaha menangkapnya. Derai tawa mereka

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • Angel's Sign   Help

    Kemunculan malaikat tak pernah bisa diprediksi. Ketika Ruriko seharian berada di panti asuhan, ia tak menemukan Mirai. Tapi, saat Ruriko sedang sendirian di kamarnya, malaikat itu malah muncul. Tapi, Ruriko yang sedang galau tak sempat untuk terkejut. Ia bahkan mengabaikan kehadiran makhluk itu, lebih memilih fokus pada pemikirannya tentang kejadian sore tadi. “Tak biasanya kau terlihat murung.” Merasa diabaikan, makhluk yang berada persis di samping Ruriko pun menegurnya. Gadis yang duduk di atas ranjangnya hanya melirik singkat dengan muka masam. Setelah itu, ia kembali menerawang. Hembusan nafas malaikat itu terdengar. Sepertinya manusia di sampingnya sedang tak minat untuk diajak ngobrol. Daripada keberadaannya tak diacuhkan, lebih baik ia pergi saja. “Aku berusaha membantu malaikat itu.” Ruriko m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Angel's Sign   Threads

    “Dua manusia itu ya?” Si malaikat kembali menggumam saat Ruriko mengajaknya bicara di tempat lain yang lebih sepi. Mereka menuju ke halaman belakang, dekat gudang. Tempat yang jarang dijamah orang itu rasanya cocok untuk berdiskusi. “Ya. Rio-chan ingin diadopsi, bukan? Tapi, Kazu sebenarnya tak setuju.” Ruriko berusaha menjelaskan meski ia sebenarnya yakin si malaikat pasti lebih tahu seluk beluknya. Malaikat itu bersedekap lalu mengangguk pelan. Ia menghembuskan nafasnya lamat-lamat. “Sebenarnya mereka hanya salah paham. Anak laki-laki itu cukup keras kepala untuk menemui anak perempuan itu.” Mata Ruriko memandangi si malaikat. Meski tugasnya sudah jelas untuk memperbaiki hubungan Kazu dan Rio, Ruriko sampai saat ini ia masih belum tahu ia jenis malaikat apa. Memang ada ya malaikat yang bertuga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16

Bab terbaru

  • Angel's Sign   Rules

    Aturan yang pertama, malaikat harus menyelesaikan tugas yang sudah dibebankan kepadanya. Aturan kedua, tiap malaikat tak boleh sering berhubungan dengan malaikat lain, apalagi manusia. Aturan ketiga ...."Ruriko-san!"Konsentrasi Ruriko terpecah oleh sebuah seruan. Tersentak, gadis itu mengedar pandangan untuk mencari siapa yang tengah memanggilnya. Sepasang mata gadis itu tertuju pada kerubungan anak-anak panti asuhan. Tampak Kazu yang berada di luar kerumunan, menyerukan nama Ruriko sembari melambaikan kedua tangannya."Ruriko-san! Michi terluka!"Ruriko yang tadinya menyendiri di salah satu ayunan seketika bergerak mendatangi kerumunan itu. Saat sosok dewasa mendatangi mereka, kerumunan anak-anak panti asuhan mulai renggang, seolah membiarkan Ruriko melihat k

  • Angel's Sign   Myth

    “Jadi begitu. Karena malaikat itu, kau bisa hidup kembali.” Bibir Rio sedikit mengerut saat menggumamkan kesimpulan dari cerita Ruriko. Kontras dengan Mirai, reaksinya lebih kalem. Si malaikat berwujud wanita cantik itu juga tidak langsung menghakimi perbuatan salah satu kaumnya yang sudah berani melawan garis takdir.Sambil melajukan sepedanya perlahan, Ruriko mengangguk-angguk. Pandangan matanya tak lepas dari sosok yang melangkah di sampingnya.Pertemuan mereka tak disengaja. Ruriko tengah mengendarai sepedanya kembali ke rumah setelah menyambangi minimarket untuk berbelanja. Ia melihat sebuah bulu sayap terbang di antara sepasang ibu dan anak yang berjalan di depannya. Untung saja, Ruriko sudah terbiasa dengan penampakan itu sehingga responnya lebih tenang. Ditunggunya perubahan wujud bulu itu sampai menjadi malaikat. Tak disan

  • Angel's Sign   Hold

    Denting piano menggema di penjuru aula, sebagai intro dari lagu yang dibawakan oleh paduan suara anak-anak panti asuhan. Erina sebagai pengiring musik ikut bernyanyi sambil sesekali melirik ke jajaran anak-anak berseragam merah. Mereka tampak menghayati lagu meski penontonnya hanya sedikit.Ada orang tua angkat Rio duduk berdampingan di barisan terdepan. Rio dipangku oleh sang ibu. Di belakang mereka, terdapat para pengurus panti asuhan. Sisanya, di baris terbelakang hanyalah kursi-kursi kosong. Sebenarnya, Ruriko yang menempatinya, tetapi ia malah ditunjuk menjadi seksi dokumentasi dadakan. Sejak tadi, Ruriko berpindah-pindah tempat untuk membidik gambar dari sudut terbaik, meski ia bukanlah fotografer profesional. Yang penting momen-momen penting ini bisa terekam.Sembari menjalankan tugasnya, sesekali mata Ruriko mengedari sekitar ruangan, mencar

  • Angel's Sign   Unforgotten

    Jika para manusia menganggap malaikat adalah makhluk superior, maka mereka salah besar. Mereka hanya sosok-sosok yang hidup untuk menjalankan tugas, soliter, bahkan tak berarti. Kehidupan mereka juga bergantung pada keberhasilan dalam melaksanakan tanggung jawab. Jika gagal, mereka akan menerima hukuman. Jika berhasil, ada tugas berikutnya yang menanti. Alur itu berulang terus sampai keberadaan sang malaikat lenyap secara perlahan tergerus oleh aliran waktu. Saat menjalani hidup sebagai malaikat, tugasnya adalah untuk menjaga ikatan manusia. Ketika manusia berselisih paham dengan manusia lain, ia berusaha untuk menyatukannya kembali. Caranya dengan mempengaruhi manusia melalui bisikan-bisikannya, yang dikenal oleh manusia sebagai nurani. Terkadang malaikat itu sering merasakan kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Memang tidak mudah mempengaruhi p

  • Angel's Sign   Precious

    Sudah hampir tengah malam, tetapi sosok Rio belum juga ditemukan. Ruriko, Erina, serta Kazu pun mulai putus asa. Padahal, Kazu sudah mencarinya ke tempat-tempat favorit Rio yang hanya ia ketahui, tetapi hasilnya tetap saja nihil. “Apa kita lanjutkan besok saja? Ada bantuan dari pihak keamanan juga. Mereka pasti tengah mencari Rio. Kita tunggu kabar dari mereka saja, ya,” usul Erina sambil melirik arlojinya. Mereka bertiga sudah sama-sama kelelahan sehingga ingin rasanya segera pulang dan melanjutkan pencarian esok hari. Tetapi, mereka takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa Rio kalau mereka menjeda pencarian ini. “Tapi, Rio-chan. Aku cemas,” ucap Ruriko murung. Erina langsung menyentuh tangan Ruriko lalu menggeleng pelan. Ia sebenarnya juga takut, tetapi ia tak mau berpikir macam-macam. “Semua akan b

  • Angel's Sign   Sanctuary

    Ranting pohon adalah kuasnya. Pekarangan adalah kanvas kosongnya. Dua media itu sudah cukup untuk menuangkan kreativitas si anak berkuncir dua.Sambil berjongkok, sepasang mata kelerengnya bersorot serius menciptakan sebuah gambar berupa dua sosok berdampingan. Tangan berupa garis lurus itu terlihat tumpang tindih, seolah mereka sedang berpegangan erat. “Rio dan Kazu.” Ia bergumam. Tak lama kemudian, ia diam. Menggunakan ranting pohon, ia langsung menghapus gambar sosok yang berperawakan lebih besar. “Kazu membenci Rio,” bisik anak itu. Sorot matanya berubah sendu. Pikirannya memutar kembali kejadian beberapa hari lalu. “Pergi saja sendiri! Aku tak akan ikut!” “Tapi, bukankah kau mau bersama Rio-chan? Mereka akan mengadopsimu juga.”

  • Angel's Sign   Threads

    “Dua manusia itu ya?” Si malaikat kembali menggumam saat Ruriko mengajaknya bicara di tempat lain yang lebih sepi. Mereka menuju ke halaman belakang, dekat gudang. Tempat yang jarang dijamah orang itu rasanya cocok untuk berdiskusi. “Ya. Rio-chan ingin diadopsi, bukan? Tapi, Kazu sebenarnya tak setuju.” Ruriko berusaha menjelaskan meski ia sebenarnya yakin si malaikat pasti lebih tahu seluk beluknya. Malaikat itu bersedekap lalu mengangguk pelan. Ia menghembuskan nafasnya lamat-lamat. “Sebenarnya mereka hanya salah paham. Anak laki-laki itu cukup keras kepala untuk menemui anak perempuan itu.” Mata Ruriko memandangi si malaikat. Meski tugasnya sudah jelas untuk memperbaiki hubungan Kazu dan Rio, Ruriko sampai saat ini ia masih belum tahu ia jenis malaikat apa. Memang ada ya malaikat yang bertuga

  • Angel's Sign   Help

    Kemunculan malaikat tak pernah bisa diprediksi. Ketika Ruriko seharian berada di panti asuhan, ia tak menemukan Mirai. Tapi, saat Ruriko sedang sendirian di kamarnya, malaikat itu malah muncul. Tapi, Ruriko yang sedang galau tak sempat untuk terkejut. Ia bahkan mengabaikan kehadiran makhluk itu, lebih memilih fokus pada pemikirannya tentang kejadian sore tadi. “Tak biasanya kau terlihat murung.” Merasa diabaikan, makhluk yang berada persis di samping Ruriko pun menegurnya. Gadis yang duduk di atas ranjangnya hanya melirik singkat dengan muka masam. Setelah itu, ia kembali menerawang. Hembusan nafas malaikat itu terdengar. Sepertinya manusia di sampingnya sedang tak minat untuk diajak ngobrol. Daripada keberadaannya tak diacuhkan, lebih baik ia pergi saja. “Aku berusaha membantu malaikat itu.” Ruriko m

  • Angel's Sign   Gap

    Keesokan harinya, Ruriko mengadakan kunjungan lagi ke panti asuhan. Ia memang sudah berjanji untuk berkunjung minimal seminggu satu kali, entah di hari sabtu, minggu, atau libur nasional. Tapi, tak ada salahnya juga berkunjung dua hari berturut-turut. Ia sedang tak ada janji bepergian, lagipula Ruriko ingin mengakrabkan diri dengan penghuni panti asuhan lainnya.Dimulai dari mendekati sosok Rio yang sedang bermain bersama teman-temannya di pekarangan. Gadis kecil itu langsung menyapa semangat saat melihat sosok familiar mendatanginya. Ruriko membalas lambaian tangannya lalu berjongkok di dekat anak itu.“Sedang apa, Rio-chan?” tanya Ruriko ramah.“Kejar-kejaran,” Rio menjawab singkat. Setelah itu ia berteriak lalu berlari saat seorang anak berusaha menangkapnya. Derai tawa mereka

DMCA.com Protection Status