Sedari tadi sore, Dokter Malika dan kedua susternya mengurus keadaan manusia serigala yang berteriak-teriak kesakitan, ditambah suhu badannya sangat panas bagaikan orang yang sedang dibakar hidup-hidup. Suster Anna dan Suster Amalia memakaikan tabung oksigen dan memasangkan alat denyut jantung ke manusia serigala, tampak sekarang manusia serigala itu dipenuhi dengan alat-alat medis seadanya yang mereka bertiga bawa dari rumah sakit. Dari alat pendeteksi denyut jantung, terlihat bahwa jantung manusia serigala itu berdetak dengan amat kencang. Selain itu, manusia serigala tersebut merasakan sesak napas yang parah, sampai ia terengah-engah.
Dokter Malika dan para susternya kebingungan, karena mereka bertiga telah melakukan segala cara untuk membuat manusia serigala kembali normal, akan tetapi mereka sudah melakukan cara, hasilnya nihil, tak ada reaksi sama sekali yang ditimbulkan oleh manusia serigala itu.
Sampai malam hari, keadaan tetap sama. Namun, suasananya malah menjadi kacau. Hujan turun dengan sangat deras, petir merah terhentak di langit yang penuh kegelapan, angin berhembus sangat amat kencang sampai menghancurkan rumah gubuk warga. Selain itu, terjadi malam purnama sekarang, entah mengapa bulan bisa terlihat jelas padahal jelas-jelas sekarang sedang hujan. Dari atas tebing ada 5 ekor manusia serigala yang terus melolong bagaikan ada sesuatu yang besar akan terjadi di Desa Tengkorak.
Nenek Sumitra sangat panik. Setelah sekian lama Desa Tengkorak mengalami fenomena alam yang bagaikan sebuah bencana besar lagi. Nenek Sumitra melihat keadaan di luar dari jendela kamar manusia serigala. Di sisi lain, para medis terus berusaha menangani manusia serigala sampai membaik.
"Bagaimana ini, Nek? Saya sudah melakukan berbagai cara, tetapi manusia serigala ini tetap tidak ada reaksi sama sekali!" ujar Dokter Malika, kebingungan.
"Iya, Nek. Malah suhu tubuhnya semakin panas saja, dia demamnya semakin parah, Nek! Baru kali ini saya melihat pasien yang demamnya sampai separah ini." Papar Suster Amalia, tegang.
"Ini aneh, saya juga tidak tahu mengapa begini. Tapi usahakan, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan ya, Nak." Pinta Nenek Sumitra.
Dokter Malika yang mengetahui bahwa manusia serigala ini akan menemui ajalnya sebentar lagi, hanya bisa menahan dirinya untuk tidak mengatakan apapun kepada Nenek Sumitra.
"Astaganaga, yasudah ayo semuanya kita lakukan apa saja yang kita bisa, supaya manusia serigala ini bisa selamat!" kata Dokter Malika yang masih ingin berusaha sebaik mungkin untuk manusia serigala, meskipun ia tahu tak ada harapan lagi untuk menyembuhkannya.
"Iya, Dok!"
Saat mereka semua sedang melakukan berbagai upaya demi menyelamatkan sang manusia serigala, tiba-tiba saja manusia serigala yang demam mulai kejang-kejang dan berteriak kesakitan. Teriakannya kali ini berbeda, teriakannya sangat keras sampai Dokter Malika dan para susternya ikut berteriak karena kaget. Tampak bulu manusia serigala mulai rontok, dan terbang kemana-mana.
"Ya ampun, ini kenapa, Nek? Ada apa dengan manusia serigala ini?" tanya Dokter Malika.
"Nenek tidak tahu!" jawab Nenek Sumitra.
"Huarghh! Huarghhh! Aarghhh!"
Lama-kelamaan manusia serigala itu menjadi tak berbulu karena semuanya rontok, ia juga berubah menjadi manusia yang normal. Mulutnya tak memanjang seperti dulu, sekarang ia tak memiliki badan besar dan otot-ototnya lagi, sekarang ia berubah, sekarang ia berubah menjadi manusia yang memakai pakaian putih, dengan bekas ribuan bulu serigala di seluruh tubuhnya. Seperti sosok yang dilihat oleh Dokter Malika beserta suster-susternya kemarin malam!
Tak hanya itu yang terjadi, sekarang tubuhnya bercahaya oraye. Semakin lama, semakin lama, cahaya itu semakin terang bagaikan akan terjadi suatu ledakan yang sangat luar biasa!
DAAARRRRRR!!!
Benar saja, manusia serigala yang sudah menjadi manusia biasa itu meledak, tetapi tak ada reaksi apapun dari manusia itu, manusia serigala itu malah berhenti melolong dan akhirnya ia dinyatakan meninggal oleh Dokter Malika tepat di bulan purnama yang dipenuhi lolongan serigala. Sesudah manusia serigala itu meninggal, suasana mendadak kembali normal, tetapi hanya ada kabut tebal saja yang menyelimuti desa Tengkorak
"Inalilahiwainalilahirojiun." Nenek Sumitra seketika langsung menangis histeris, sebari memeluk manusia itu.
"Neng, hiks-hiks-hiks. Sejak 34 tahun lalu, Eneng belum menemukan kebahagiaan karena kutukan ini, dulu Eneng yakin kalau kutukan ini bisa musnah, tapi Eneng sekarang malah meninggal. Saya bingung harus gimana nanti kalau tiba-tiba anak Eneng datang menanyakan Ibunya, hiks-hiks-hiks." Tangis Nenek Sumitra, padahal anak dari manusia serigala itu ada di dekatnya, dia adalah Malika!
Setelah dinyatakan meninggal, manusia serigala yang bernama Tarini itu dimakamkan oleh para warga malam itu juga. Terlihat ribuan kesedihan terpancar di wajah Nenek Sumitra yang renta, ia tak menyangka bahwa orang yang ia sayangi seperti anak sendiri sekarang sudah meninggal tanpa kebahagiaan. Sekarang Nenek Sumitra hanya bisa mendoakan Tarini saja, agar Tarini mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Keesokan harinya, Malika, dan kedua susternya akan pulang. Di ruang tamu, Nenek Sumitra berterimakasih kepada mereka semua karena telah mau membantunya di sini. Nenek Sumitra hanya bisa memberikan 2 karung beras dan beberapa kardus yang berisi produk teh yang ia buat sendiri di desanya kepada mereka bertiga sebagai imbalan.
"Sekali lagi terimakasih ya, Dok, Sus. Maaf sekali kalau saya merepotkan kalian, saya hanya takut kalau ada wabah penyakit. Soalnya manusia serigala ini beberapa puluh tahun lalu hidup di alam liar dan tak pernah membersihkan diri, ditambah dia juga suka memakan hewan-hewan di hutan secara mentah-mentah. Ini Nenek hanya bisa memberikan 2 karung beras sama 2 kardus produk teh yang Nenek produksi di desa ini, semoga bermanfaat ya. Maaf Nenek hanya bisa memberikan ini. Nenek hanya orang miskin, yang tak punya uang yang lebih untuk kalian." Cakap Nenek Sumitra.
"Tidak apa-apa, Nek. Terimakasih atas ini semua, Nek. Ini cukup untuk kita, hehe. Oh iya, saya juga mewakili segenap rumah sakit, memohon maaf karena kami tidak bisa menyelamatkan nyawa manusia serigala itu. Kami merasa bersalah, Nek. Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kematian manusia serigala, semoga Nenek diberi ketabahan ya."
"Aamiin."
"Ini sudah takdir, Nak. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Takdir tak bisa dilawan, tetapi tak ada salahnya untuk kita mencegahnya, jika sudah diperkirakan akan terjadi sesuatu di masa depan. Takdir juga membawa kalian kemari, kedatangan kalian kemari akan kami kenang selamanya, karena setelah ratusan tahun, ada juga seorang dokter yang datang kemari."
"Yasudah, kalian segera pulang ya. Jangan lupa setelah pulang dari sini, kalian istirahat yang cukup agar tidak sakit."
"Iya, Nek. Kami pamit ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati, Nak. Semoga selamat sampai tujuan."
Dokter Malika, Suster Anna dan Suster Amalia pun pulang ke Kota Majalengka dengan membawa pemberian Nenek Sumitra. Untuk beras, mereka dibantu oleh 2 petani yang bersedia membantu mereka sampai ujung hutan. Mereka bertiga cukup kelelahan karena sudah merawat manusia serigala. Dari kejadian ini, mereka tahu tentang kisah manusia serigala, sehingga mereka mendapatkan hikmah yang sangat besar supaya tak melakukan kesalahan di masa sekarang.
Setelah mereka bertiga pulang, Nenek Sumitra dan para warga, mulai bergotong royong untuk membersihkan rumah Tarini, si manusia serigala. Nenek Sumitra membereskan kamar tamu yang kemarin sempat ditempati oleh para medis, di sana tak sengaja ia menemukan sebuah kitab tebal, itu adalah kitab yang berjudul "Kisah dan Silsilah Keluarga Petni".
"Hmm, anak jaman sekarang ternyata sangat pemberani. Pasti ini dibawa oleh salah seorang dari mereka dari sudut rumah ini, yang sangat penasaran dengan keluarga Petni. Aku saja dari dulu sudah tak berani mencari tahu, ataupun menguliknya, tetapi mereka ... dengan beberapa hari saja sudah mengetahui segalanya. Aku sedikit penasaran dengan silsilah keluarga Petni, tak ada salahnya aku membukanya." Batin Nenek Sumitra yang merasa jika anak jaman sekarang sangat pemberani dan bisa berbuat apa saja.
Nenek Sumitra membuka kitab itu, dan membuka halaman terakhir. Di sana ada silsilah keluarga Petni yang tak sengaja dibuka oleh Malika kemarin! Di sana terdapat nama Malika dan Sumelika di urutan generasi ke-6 dan ke-7. Ternyata Malika dan Sumelika adalah bagian keluarga serigala! Seketika Nenek Sumitra shock berat, ia terkaget-kaget bahwa selama ini takdir membawa anak Tarini yaitu Malika ke rumahnya untuk mengobati Ibunya sendiri!
"Ini benar-benar tak bisa dipercaya! Ternyata dia ... dia adalah anak dari Tarini? Astaga, hiks-hiks-hiks. Permainan takdir memang sangat membingungkan. Dulu Tarini rela melepaskan anaknya ke panti asuhan supaya anaknya mempunyai masa depan, dan sekarang ... sekarang anaknya ternyata menjadi orang yang berhasil! Tarini dan aku bangga kepadamu, Nak. Tarini dan aku terus berdoa supaya kelak kau menjadi orang yang sukses dan sekarang doanya itu terwujud, akan tetapi ... Tarini malah sudah tiada sebelum mengetahui keberadaannya. Hiks-hiks-hiks." Nenek Sumitra menangis mengetahui ini semua, ini sangat mendadak.
"Jika Malika mengetahui ini semua, pasti dia sangat shock. Aku takut dia mengalami depresi dan sttres, apalagi kutukan itu masih berlanjut selama 2 generasi lagi." Nenek Sumitra mulai khawatir.
"Sekarang sepertinya aku harus ke kota Majalengka untuk memberitahukan kebenaran ini kepada Malika. Sesampainya di sana aku akan berpikir untuk menghentikan kutukan ini di generasi sekarang, aku tak mau jika sampai masa depan Malika hancur karena sebuah kutukan di masa lalu."
Dengan berbekal tekad, Nenek Sumitra memutuskan untuk pergi ke kota Majalengka walapun ia tak tahu apapun tentang kota tersebut. Akankah Nenek Sumitra bisa sampai ke Kota Majalengka?
Sumelika dalam ketakutan yang luar biasa, para sahabatnya di kelas, sangat heboh ketika Sumelika menceritakan bahwa ia adalah keturunan serigala. Tampak sekarang Tania, Desti dan Aisyah berkumpul di bangku Sumelika untuk membicarakan tentang manusia serigala."Hah? Pantesan lo nyerang mereka bertiga sampe masuk ke rumah sakit! Ternyata ini toh penyebabnya!" Tania yang merasa tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Sumelika."Aduh, kok bisa sih, Mel? Padahal kan selama ini lo normal-normal aja. Apa lo disantet? Atau dapet kiriman dari dukun gitu?" tebak Desti, tak percaya."Kagak, Des. Kata Pak Kyai Ujang sih gue kagak disantet, lagian kan gue udah diruqyah tapi kagak ada reaksi." Jawab Sumelika, menyakinkan."Jadi fix lo keturunan manusia serigala, Mel?" Aisyah, memastikan."Kagak tau juga sih, Syah. Nanti setelah Mama gue datang dari desa Tengkorak baru gue sama Papa tanya ke dia. Doain ya, Guys, supaya gue bukan keturunan seri
Malam semakin larut, di jalan raya kota Majalengka yang dipenuhi kendaraan, terlihat Nenek Sumitra tergopoh-gopoh sebari membawa bakul yang berisi kitab kisah keluarga Petni di trotoar. Dari siang, Nenek Sumitra berjalan kaki dari desa Tengkorak tanpa ditemani oleh siapapun dan tanpa kendaraan sama sekali. Nenek Sumitra lelah, Nenek Sumitra juga sampai berkeringat dingin, tetapi ia rela menahan semua penderitaan ini, demi bisa bertemu kembali dengan Malika, anak dari Tarini yang sudah ia ketahui sekarang. Tampak Nenek Sumitra mencari-cari rumah sakit Pelita Kesehatan, tetapi tak kunjung ia temukan. Ia menanyakan orang di sana tentang keberadaan rumah sakit Pelita Kesehatan dan katanya jikalau rumah sakit itu sangat jauh dari keberadaannya sekarang.Tak putus harapan, ia pun terus berjalan, hingga akhirnya ia menyebrang jalanan, tetapi tak sengaja mobil berwarna putih menyerempet Nenek Sumitra, seketika Nenek Sumitra terjatuh di sana. Pemilik dari mobil itu keluar, ingin melih
Dokter Malika tersadar di sebuah tebing yang di langitnya terdapat bulan purnama besar, mungkin ini adalah alam mimpi Malika. Di sama dirinya bertemu dengan seorang wanita tua serigala kemarin, tetapi manusia serigala itu berubah menjadi wanita tua berkebaya yang sangat cantik, ia mirip sekali dengan Malika."Aku Ibumu, Nak." Ucapnya, kesedihan mulai terpancar dari wajahnya."I-Ibu?" Malika tak percaya bahwa pertamakali ia bertemu dengan sang Ibu meskipun hanya di alam mimpi.Di saat Malika mengetahui bahwa itu adalah sang Ibu tercinta, seketika Malika memeluk Ibunya dengan erat. Sebenarnya Malika tak percaya kepada orang-orang yang baru ia lihat, tetapi sekarang entah mengapa orang yang mengaku bahwa itu Ibunya itu langsung ia percaya, mungkin ini adalah ikatan batin yang bisa dirasakan oleh Ibu dan anak."Bu, kenapa Ibu enggak bilang kalau manusia serigala di desa Tengkorak itu Ibu! Hiks-hiks-hiks." Malika menangis histeris di pelukan
Sumelika tak mau sampai sang Ibu dan dirinya menjadi manusia serigala, ia kira jika menjadi manusia serigala kita akan bisa berubah kapanpun, tetapi kita akan berubah selamanya. Sumelika harus berbuat sesuatu, ia mencoba mencari penangkalnya. Pertama, ia bertanya kepada Nenek Sumitra tentang penangkal, akan tetapi Nenek Sumitra berkata tak ada penangkalnya karena kutukan sudah terjadi 100 tahun yang lalu."Yang pasti tidak ada, tetapi mungkin jika dicari ada, Nak." Ucapnya, yang tak tahu pasti atau tidak.Ia pun bergegas ke rumah temannya yang sangat menyukai film serigala, Andra. Andra menyatakan tak ada solusi juga."Kagak ada kayanya, kutukan tetep kutukan. Lo tau kisah Malin Kundang? Dia dikutuk sama Ibunya jadi batu, dan kutukan itu kagak bisa dicabut lagi.""Tapi coba lo tanya ke temen lo yang lain, siapa tau mereka ada solusi yang bisa ngebantu lo." Sambung Andra.Sumelika akhirnya menemui Aisyah di pondok pesantrennya, keb
Di tengah malam, Aisyah, Desti dan Tania baru saja pulang dari pengajian akbar. Tampak mereka membawa makanan berkat yang sangat banyak sekali, tak sengaja mereka melewati jalanan pohon beringin, dan mereka melihat portal yang di depannya terdapat tas, tas itu tak asing bagi mereka. Aisyah menyadarinya, itu adalah tas milik Sumelika!"Hah? Jangan-jangan si Sumelika diculik sama makhluk ghaib?" duga Desti, khawatir."I-Iya, bisa jadi tuh! Soalnya kan dia manusia serigala!" ucap Tania."Aduh, gue takut deh kalo terjadi apa-apa sama si Sumelika!" papar Aisyah."Iya, gue juga takut! Mendingan kita masuk yuk untuk nolongin si Sumelika!" ajak Tania"Tapi ini kan b-bahaya, Tan!" Desti, ketakutan."Halah, ayo-ayo demi keselamatan sahabat kita, kita harus rela melakukan apapun!" Tania menarik pergelangan tangan Aisyah dan Desti lalu mereka masuk ke dalam portal waktu.Sebelummya Sumelika telah masuk ke dimensi waktu, terlihat
Sumelika sangat senang karena di masa-masa ia sedang sulit seperti ini, sahabat-sahabatnya ada untuknya. Aisyah, Desti dan Tania sangat setia kepadanya, ia sangat terharu dengan mereka. Sumelika pun memeluk mereka bertiga dengan menangis bahagia."Makasih ya, Girls. Kalian udah mau nemenin dan ngebantu gue di misi ini, hiks-hiks.""Yaelah, Mel. Santai aja sih." Desti, merasa tidak enak."Iya, Mel. Lebay banget sih pake acara nangis segala. Harusnya kita happy dong bisa jalan-jalan ke masa lalu, hehe." Tania, senang.Sumelika menghapus air matanya, dan tersenyum bahagia."Yaudah, ayo kita ke rumah keluarga gue.""Malam-malam gini?" Aisyah, yang merasa aneh."Bukannya enggak sopan ya, Mel? Terus kalo kita kesana belum tentu mereka percaya gitu aja, mungkin bisa aja mereka itu ngusir kita." Sambungnya."Kalian mau ke rumah keluarga Petni ya?" Ibu itu datang lagi."Iya, Bu. Tapi sepertinya enggak jadi
Keesokan harinya, di masa lampau, Sumelika terbangun di ranjang kayu tanpa alas dengan keadaan kening dibaluri dengan daun sirih, tadi malam setelah pulang mengurus bayi. Bu Iis yang mendengar bahwa kening Sumelika terluka karena ulah keluarga Petni, langsung khawatir dan mengobati Sumelika. Syukurlah Sumelika bisa terobati meski saat bangun ia merasa sakit kepala. Sumelika berterimakasih banyak kepada Bu Iis karena telah mengobatinya."Iya, sama-sama, Neng. Ini juga kan kewajiban Ibu, hehe. Lagian sih kamu, sudah dibilangin jangan deketin keluarga Petni, tapi malah bandel juga, jadi gini kan akibatnya." Ucap Bu Iis."Maaf, Bu. Ini juga mendadak banget." Jawab Sumelika, cengengesan."Oh yasudah, kalian pulang aja ya. Bukan mengusir atau bagaimana, tapi Ibu takut kalian kena siksa keluarga itu lagi. Hari pertama, Neng Sumelika terkena akibatnya, siapa tahu di lain hari Eneng-Eneng semua yang malah kena akibatnya juga?" takut Bu Iis.
Sumelika, Romi, Desti, Tania dan Aisyah sedang berjalan-jalan di Desa Tengkorak, Romi menjelaskan kondisi Desa Tengkorak. Katanya Desa Tengkorak termasuk desa yang subur dibandingkan desa yang lain, walaupun tempatnya terpencil dan terpelosok jauh. Olahan teh dan padi di sini berkualitas tinggi, pula banyak madu-madu unggul di sana. Seluruh para warga Desa Tengkorak adalah petani, baik itu perempuan maupun laki-laki, karena mereka bisa bertahan hidup hanya mengandalkan hasil panen perkebunan dan lahan yang mereka punya.Para warga Desa Tengkorak adalah seorang petani, tetapi tidak untuk keluarga Petni. Keluarga Petni ialah seorang pemburu, dan rentenir yang kejam. Baru saja mereka membicarakan perihal keluarga Petni, salah seorang dari keluarga itu terlihat sedang berkomunikasi dengan petani yang kaya raya di sana."Ohoo, iya, Pak. Baik, Pak, hehe. Uangnya pas! Secepatnya serigalanya akan saya kirim ke Bapak." Cakap Tono, tersenyum lebar kepada sang petani, yang
Keesokan harinya, Sumelika melihat hari ini yang begitu cerah, nampaknya ia akan pulang ke masa depan hari ini juga. Setelah sholat tahajud, Sumelika membereskan barang-barangnya dan dimasukan ke dalam tas ransel. Sudah begitu banyak yang kenangan yang terukir di masa lampau, banyak pembelajaran yang ia dapatkan dari kedatangannya kemari. Sumelika belajar bahwasanya kita harus berhati-hati dalam segala perbuatan, karena siapa tahu perbuatan biadab yang sekarang kita lakukan akan menjadi sebuah kutukan yang menimpa generasi yang akan datang. Sumelika juga belajar, bahwa kita harus senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Dengan tak ada teknologi, membuatnya susah melakukan apapun tapi dengan mudahnya orang di zaman dulu bisa hidup tanpa adanya teknologi.Sumelika sangat berat pergi dari Desa Tengkorak, dia harus rela berpisah dengan bu Iis, Romi sampai Rindu. Ketiga orang itu benar-benar membantu dirinya di masa lampau sampai semua misinya berhasil, wal
Kebahagiaan merundungi Sumelika dan semua kawan-kawannya, tak sangka akhirnya misi yang selama ini mereka perjuangkan untuk menghentikan kutukan di masa lalu ternyata berhasil. Saudara-saudara Tono menyesal karena telah mengikuti apapun yang dikatakan oleh Tono, padahal sudah jelas Tono sesat dan perbuatannya sangat merugikan."Maafkan kami ya, Sumelika, Hamalia ... kami dari kecil sudah dididik oleh kak Tono sampai-sampai kami tak tahu yang mana yang benar dan mana yang salah, bahkan kami sangat gila dengan harta dan kekayaan duniawi yang fana." Johan selaku perwakilan dari saudara-saudara Tono meminta maaf ke hadapan Sumelika dan yang lainnya."Iya, tidak apa-apa, Pak. Yang penting kutukan dari ratu serigala sudah berhasil dihentikan, mulai hari ini tak ada lagi kutukan yang akan menimpa keturunan berikut-berikutnya. Dan pastinya pun semuanya normal, mudah-mudahan seperti ini terus. Oh iya, Pak, saya berpesan supaya berhati-hati dalam berperilaku karena j
Saat Tono akan melepaskan peluru dari senapan, tiba-tiba ..."Tonoooo!!!" terdengar suara teriakan seorang perempuan dengan nada yang sangat tinggi, suara perempuan itu terdegar serak sekaligus berganda-ganda, suaranya ini berbeda dari siluman yang biasa ditemui di misi petualangan Sumelika kemarin, suaranya memiliki 10 kali lipat yang membuat seseorang yang mendengarnya bergidik ketakutan.Datanglah sesosok perempuan cantik bergaun hitam yang menggunakan mahkota serigala, dia datang bersama dengan 2 manusia serigala berwarna ungu yang membawa tameng dan pedang. Dia adalah Ratu Iravati, ratunya para serigala."Kurang ngajar!"Sreet!Ratu Iravati mencakar wajah Tono sampai wajah Tono berdarah, ia membalas Tono atas perilaku tak pantas yang dilakukan oleh Tono kepada para serigala-serigala di hutan kawasan Desa Tengkorak, ditambah lagi Tono sudah mencuri harta karun milik kerajaan serigala, Ratu Iravati sangat marah dan sangat murka kepada Tono
Tono membuka pintu goa emas serigala, seketika dari dalam keluarlah cahaya yang terpancar dari emas, permata dan berlian. Cahayanya begitu terang sampai-sampai menerangi hutan Desa Tengkorak, Tono tersenyum licik, ia sebentar lagi akan mendapatkan tujuannya yang selama ini ia incar. Tono memandangi semua harta karun yang ada di sana, dalam hatinya ia ingin membawa semua harta karun itu ke gudang emasnya. "Hahaha! Akhirnya, saya bisa mendapatkan tujuan saya yang sudah saya pendam selama bertahun-tahun! Hahaha! Sekarang tak ada lagi yang mampu menghalangi jalan saya lagi, tak ada yang mampu menghalangi jalan saya untuk menjadi orang yang paling kaya raya! Hahaha!"Mendengar Tono yang mengatakan hal-hal yang tak pantas, serigala-serigala penjaga goa emas serigala berdatangan dari dalam goa itu, mereka semua menyerang Tono dan juga semua saudara-saudaranya. Tono punya segala cara untuk menghalau badai yang menerpa dirinya sewaktu-waktu, sewaktu di alam naaglok Tono
DOOORRRR!Suara tembakan terlepas dari senapan. Suaranya terdengar dan bergema di telinga, mereka semua kaget tapi mereka berusaha untuk tenang dan tidak panik. Mereka tetap bersembunyi tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Ternyata oh ternyata sumber suara itu berasal dari senapan besar milik Tono dan para saudara-saudaranya yang sudah tiba di goa emas serigala, mereka semua datang dengan menggunakan baju besi dan membawa banyak sekali senjata dimulai dari sniper, senapan besar, pedang, samurai, pisau dan benda-benda tajam yang lainnya. Mereka melakukan ini demi bisa mendapatkan harta karun manusia serigala yang tersimpan di goa emas serigala."Itu Kak Tono!" ucap Hamalia memberitahukan soal kedatangan Tono kepada Sumelika dan yang lainnya.Mereka semua bersiap untuk membuat Tono dan semua saudara-saudaranya terkepung.Sesuai dengan aba-aba dari Sumelika mereka semua pun pergi mengepung Tono dari segala arah sampai-sampai Tono lagi semua
Keesokan harinya, pagi baru yang sangat ceria menyambut Desa Tengkorak. Pagi itu entah mengapa Sumalika sangat senang dan bersemangat tapi di hati terdalamnya ia merasakan ketakutan seperti ada sesuatu yang besar akan terjadi dalam waktu yang sangat dekat. Tak hanya perasaan takut, Sumelika pun merasakan cemas dan gelisah. Ia sepertinya akan berpisah jauh dari orang-orang yang ia kenal di masa lampau, seperti dengan Rindu, Romi, bu Iis, Hamalia, Bani sampai abang-abang tukang nasi goreng yang biasanya menjadi andalannya untuk menambah nafsu makan di masa lampau.Setelah sarapan, mendadak Sumelika dikejutkan dengan kedatangan Hamalia dan Bani, mereka berdua baru saja pulang dari rumah setelah kemarin. Saat mereka sampai, mereka berdua langsung mencari-cari keberadaan Sumelika. Sumelika yang mengetahuinya langsung menemui Hamalia dan Bani."Sumelika! Gawat, Mell!" ucap Hamalia, dengan nada penuh ketakutan dan kepanikan yang luar biasa."Ada apa i
Keesokan harinya, Bu Iis, Sumelika dan kawan-kawannya yang lain menyiapkan sarapan di dapur kembali, kali ini Sumelika dan kawan-kawan dibantu oleh Bu Iis dalam menyiapkan sarapan. Bu Iis sekarang memasak nasi sego tiwul kelapa untuk menu sarapan pagi hari ini, Bu Iis sangat pandai sekali dalam membuat masakan dan sarapan, hidangannya selalu saja mengugah selera.Dalam beberapa menit, Bu Iis sudah bisa menyiapkan makanan besar untuk dijadikan santapan sarapan orang-orang banyak yang singgah di rumahnya. Semua orang di sana benar-benar menikmati masakan Bu Iis, bahkan ada yang menambah nasi dan lauk-pauknya.Di tengah sarapan pagi yang hangat, ceria dan dipenuhi dengan semangat, mendadak menjadi hening dan dingin ketika mereka semua melihat Kevin yang keluar dari kamarnya dengan raut wajah yang begitu lesu dan datar. Di wajahnya nampak tak ada lagi tanda semangat hidup, dia begitu lelah. Semua orang sangat takut kepada Kevin, takut Kevin membabi buta lagi seperti
Malam tiba, Kevin mulai sadarkan diri. Di tengah malam yang sunyi itu, Kevin bangkit dan menuju ke kamar Gayatri, mencari Gayatri yang nyatanya sudah tak ada lagi di kamar itu. Ia memanggil-manggil nama Gayatri, berharap Gayatri muncul kembali di hadapannya."Gayatri! Gayatri!" dalam keadaan masih merasa sakit karena lukanya belum 100% pulih, ia paksakan mencari Gayatri karena ia sangat mencintainya setulus hati."Gayatrii!" sudah beberapa menit ia memanggil nama Gayatri, dia tak kunjung datang, ia memutuskan untuk berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama Gayatri supaya Gayatri bisa mendengar suaranya.Suara teriakan Kevin yang begitu keras, membangunkan Sumelika dan kawan-kawannya. Sumelika, Fanny dan Aisyah terbangun, mereka bertiga begegas ke kamar Gayatri untuk memeriksa keadaan Kevin."Astaghfirullahaladzim!" alangkah kagetnya mereka bertiga ketika melihat Kevin mengacak-acak kamae Gayatri untuk mencari Gayatri.Kevin me
Sumelika dan kawan-kawannya mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Ratu Peri Alice dan semua peri yang sudah memberikannya alat teleportasi waktu. Sumelika mungkin akan pulang saat itu juga ke Desa Tengkorak untuk menyelesaikan misi terakhirnya yang merupakan inti dari perjalanannya ke masa lampau."Ini terlalu cepat, apa kalian tidak mau lihat-lihat alam peri dulu untuk melepas ketegangan sejenak? Aku harap kalian bisa menerima undanganku ini," tawa Ratu Peri Alice."Maaf, Ratu. Kami harus cepat-cepat ke Desa Tengkorak untuk menyelesaikan misi kami yang terakhir mungkin kami akan datang kemari lagi setelah kami menyelesaikan misi terakhir kami untuk menghentikan kutukan manusia serigala kepada leluhur kami yang masih hidup sekarang." Sumelika menolak tawaran Ratu Peri Alice dengan sopan."Baiklah kalau begitu, semoga misi kalian semua selesai dan kalian bisa memenangkannya. Kalau ada apa-apa hubungi aku lewat Peri Chahat yang ada di Curug Bubble Ice