Home / Romansa / Anak Untuk Mas Agam / 4. Meninggalnya Sang Mama

Share

4. Meninggalnya Sang Mama

Author: Boru Sinaga
last update Last Updated: 2021-05-01 13:36:49

Jika ada kesempatan boleh meminta satu hal pada Tuhan dan akan langsung dikabulkan, maka Gentari akan meminta untuk mati dan dihilangkan dari muka bumi. 

Di sekolah tadi benar-benar kacau, satu sekolah geger dengan kabar kehamilan Gentari. Tentu mereka tahu, saat melihat Dokter Ina--dokter kandungan yang terkenal di kota mereka datang ke sekolah dan memasuki UKS. 

Spekulasi tentang siswi hamil langsung menjadi momok yang empuk untuk diperbincangkan. Setelah dokter kandungan memeriksa Gentari dan meminta Gentari menggunakan alat sialan itu lagi dan lalu muncul garis dua maka Gentari benar-benar mati, kepala sekolah. Bahkan satu sekolah sudah tahu tentang kandungan yang harusnya belum ada itu. Di UKS Gentari diceramahi habis-habisan oleh Kepala sekolah dan beberapa guru lain.

Begitu Gentari keluar UKS dan disuruh pulang. Jelas sudah kecuringaan murid satu sekolah. Gentari hamil! Maka Gentari adalah buruk. Sepanjang perjalanan menuju gerbang sekolah bisik-bisik tentang dirinya terus mengusik sepanjang perjalanan Gentari hanya bisa menunduk. 

Tidak berakhir di sekolah, saat di rumah. Gentari malah disambut tangisan histeris dari Gina. Melihat rumahnya ramai dikunjungi orang Gentari semakin kalut. 

Gadis itu masuk dan melihat Gina memeluk kepala mamanya yang tak berdaya di lantai yang beralaskan tikar bergambar yang sudah bolong-bolong. Wajah mamanya tampak sangat pucat dengan mata terpejam rapat. 

Gentari mendekat, matanya mulai memanas lagi. Baru saja air matanya berhenti. Kini malah kembali jatuh melihat adiknya menangisi sang mama.  

Gentari terduduk di depan Mia.  Begitu dia mengedipkan matanya air mata kembali lolos membasahi pipi. 

"Mama kenapa?" tanya Gentari pada Gina. Digenggamnya tangan Mia, dingin. Sungguh baru kali ini Gentari menyentuh tangan Mia, tapi tidak bisa merasa kehangatan di tangan mamanya. 

Gina yang sesenggukan mengangkat kepada melihat kakaknya dengan tatapan garang, mata gadis itu memerah. Sarat akan kebencian, jika Gina sudah begini pasti hal buruk baru saja terjadi. 

"Mama, meninggal!" tekan Gina. 

Seakan tuli Gentari kembali bertanya dengan bodohnya. Padahal dia dengar dengan baik apa kata Gina, Gentari hanya berharap semoga dia salah dengar. 

"Kamu bilang apa?" Mungkin mulutnya bisa berbohong tapi suara terbatanya tak bisa. Mata Gentari melihat mama yang kemarin malam dia tolak. 

"Mama meninggal dan itu karna kakak!" terik Gina akhirnya.

"Gina kamu sabar," kata salah satu tetangga mereka.

"Aku?" tanyanya lagi. Gentari tak mengerti, Gina pasti bercanda. Pasti. 

"Hahaha jangan bercanda, Gina. Mama sehat." Gentari memeluk mamanya, dia meletakakan kepalanya pada dada sang mama. Begitu kepalanya terletak. Gentari menegang, seakan seluruh oksigen dalam bumi habis. Gentari sesak. 

Dia tidak lagi mendengar suara detak jantung mamanya. 

Gentari bangkit dia buru-buru meletakkan telunjuknya didekat lubang hidung Mia. Tidak ada napas, apa mamanya sedang menahan napas, apa mamanya sedang bercanda. 

Gentari sangat takut, dia mengambil tangan mamanya lalu mulai menggosok tangan sang mama yang sudah dingin sejak awal. 

"Kenapa mama nggak napas?" Gentari menangis. Dia seperti orang gila terus menggosok telapak mamanya dan memeriksa napas mamanya. Begitu seterusnya dia lakukan tanpa henti. 

"Mama bangun!" teriak Gentari. Gentari menggoyangkan pundak mamanya berkali-kali berharap dengan itu Mia mau bangun dan memeluknya dengan erat. 

Tidak Mia tidak merespons. Hari ini benar-benar buruk bagi Gentari, sakit yang lima tahun lalu dia rasakan saat kepergian papanya, kini kembali dia rasakan.

***

Rumah duka kecil dipenuhi dengan orang-orang serba berbaju hitam. Tenda hijau dipasang di teras rumah. Acara pemakaman sebentar lagi dilakukan, tapi anak tertua di rumah itu malah sibuk mengurung diri di dalam kamar yang dibiarkan gelap. 

Gentari gadis yang malang, saat satu nyawa kini akan hadir dalam kehidupannya, mengapa nyawa lain harus pergi meninggalkan dia. 

Meringkuk di sudut ruangan, Gentari masih menangis, kilasan masa lalu saat bersama Mia masih sangat kental dalam ingatannya. Gentari bahkan masih bisa merasakan bagaimana belaian lembut dari tangan Mia. Sekarang Gentari rindu sentuhan itu, Gentari merindukan mamanya. Gentari ingin Mia datang dan memeluk dirinya dengan erat. 

"Gentari mana, Gina?" tanya tetangga mereka. 

Gina dengan mata sembabnya hanya bisa bilang. 

"Di kamar, lagi nangisin kesalahannya." Begitulah yang Gina katakan setiap kali ada tetangga yang bertanya. Gina sudah bilang pada Gentari, mama mereka meninggal saat tak segaja melihat hasil tespeck di dalam keranjang sampah dalam kamar mandi. 

Lalu Mia ingat Gentari menangis hebat dan mengunci diri di dalam kamar sepanjang malam, alasannya adalah karena dia tengah mengandung. Melihat itu Mia langsung kena serangan jantung, dan tak dapat tertolong lagi. 

Gina bahkan sempat tak yakin mamanya yang sejak dulu sehat bisa tiba-tiba saja terkena serangan jantung, mungkin mamanya benar-benar terpukul dan syok mengetahui fakta menjijikkan itu sampai-sampai mama mereka terkena serangan jantung, dan pergi meninggalkan anak gadisnya. 

Gina melihat dengan jelas bagaimana Mia sempat menangis lantaran kecewa oleh Gentari. 

Para tetangga masih belum mengetahui apa penyebab Mia terkena serangan jantung mendadak. Mengingat Mia selalu terlihat sehat-sehat saja. Mereka pun tidak ingin terlalu banyak bertanya, karena tak ingin menyinggung perasaan Gina dan Gentari yang masih sangat berduka. 

Suara-suara yang mengisi rumah duka seketika lenyap. Kala melihat seorang lelaki dengan jas hitam, serta kaca mata hitam mengkilap turun dari dalam mobil mewah diikuti oleh dua orang pengawal di belakangnya. 

"Kalian tunggu sini," katanya. Pada kedua pengawal. 

Dia lalu masuk, rumah yang sempit semakin terasa gerah. Baru dia masuk dia langsung berkeringat. Sepertinya dia tidak tebiasa berada di tempat seperti rumah Mia ini. 

"Saya bosnya, Bi Mia. Bi Mia bekerja di rumah saya. Saya sekeluarga turut berduka atas kepergian beliau," katanya pada Gina seraya melepaskan kaca mata hitam. 

"Terima kasih, Pak." Gina menatap wajah tampan bos mamanya ini. Padangan Gina masih sama terlihat kosong dan amat tak bergairah. 

"Ini ada sedikit uang untuk jaga-jaga, maaf saya tidak bisa lama-lama. Karna ada beberapa urusan, saya harus segera pergi. Sekali lagi saya turut berduka cita. Kamu dan sekeluarga harus sabar."

Gina mengangguk. Sepeninggalan bos Mia tadi aktivitas kembali berlangsung. 

                               ***

Related chapters

  • Anak Untuk Mas Agam    5. Sahabat Terbaik

    Sebulan sudah berlalu, harusnya hari ini Gentari ikut ujian akhir semester. Tapi, sayang dia sudah dikeluarkan dari sekolah. Lagi pula mana mungkin pihak sekolah mempertahankan siswi seperti Gentari.Sebulan berlalu dengan sangat cepat, hubungannya dengan Gina juga belum membaik. Gina masih kerap menyalahkan Gentari atas kepergian mama mereka.Mey sering berkunjung ke rumah Gentari guna menanyakan kabar gadis itu. Mey sahabatnya sangat menghawatirkan Gentari. Mey tahu Gentari hamil, kabar itu sudah tersebar sejak lama.Hari ini pun sama, selesai ujian Mey datang ke rumah Gentari. Pintu rumah masih tertutup seperti yang sudah-sudah.Mey mengketuk berkali-kali tapi Gentari tak kunjung keluar, Mey tahu Gentari di rumah."Gentari, aku Mey. Aku tau kamu di dalem, buka pintunya. Tolong, aku mau bicara sama kamu. Gentar."Dua menit berlalu tak ada tanda-tanda Gentari akan membukakan pintu. Mey sudah putus asa, Mey sudah berb

    Last Updated : 2021-05-05
  • Anak Untuk Mas Agam    6. Pesan Mereka Terlalu Misterius

    "Kenapa kita pindah?" tanya Gina dengan wajah kesal yang amat ketara.Tentu saja kesal, siapa yang tidak akan kesal. Mendadak Gentari mengajaknya pindah rumah, sementara rumah lama mereka adalah rumah peninggalan kedua orang tua. Gina yang masih belum bisa menerima kepergian mamanya jelas tidak ingin pergi jauh dari rumah yang menyimpan banyak kenangan indah bersama itu.Gentari mendekati Gina, lantas dia mengelus puncak kepala adiknya. Walau sekarang sikap Gina berubah 180° kepadanya menjadi sangat kasar. Gentari akan tetap sayang pada gadis itu. Karena sekarang hanya Gina keluarga yang dia punya."Maaf, Ya. Gin, Kakak tau. Kamu pasti berat ninggalin rumah itu. Sama, Kakak juga berat, tapi Gina. Kakak nggak mau kamu juga menjadi bahan omongan tetangga karena punya Kakak seperti aku," papar Gentari dengan sabar, sekuat tenaga dia menahan air mata yang akan lolos.Gentari harus bisa menjadi sosok ayah dan ibu sekaligus kakak yang baik untuk adikn

    Last Updated : 2021-06-14
  • Anak Untuk Mas Agam    7. Lemari Hilang ke Mana?

    Gadis dengan selimut tipis dan tikar bergambar yang tampak sudah tidak layak pakai, sibuk merubah posisi tidur. Ke kanan dan ke kiri lalu terlentang.Dia Gentari. Wanita itu sungguh gelisah tidur di kontrakan baru itu, seakan ada sesuatu yang menganggu dan membuatnya merasa tak nyaman.Gentari lantas merubah posisinya menjadi duduk, Gentari menatap lurus ke pintu kontarkkan itu. Lantas Gentari melihat jam dari ponselnya, sekarang baru masuk pukul sepuluh malam. Gentari memang sering mengalami susah tidur.Gentari bangkit, dia ingin melihat tiga lemarinya yang masih ada di luar, apakah aman atau tidak. Gentari mendekati pintu, tapi belum sempat dia membuka pintu, Gentari sudah mengurungkan niatnya terlebih dahulu.Pesan ibu dan bapak tadi masing terngiang-ngiang di telinganya."Dari jendela aja kali, ya?" kata Gentari, lantas dia mendekati jendela yang posisinya memang bersa

    Last Updated : 2021-06-25
  • Anak Untuk Mas Agam    1. Dua Garis Biru

    Dua garis biru adalah hal pertama yang membuat jantung seorang gadis berusia 17 tahun terpacu cepat. Dia menutup mulutnya merasa tak yakin pada apa yang kini dilihatnya.Bagaimana bisa, ada dua garis di tespack itu. Tidak, itu adalah pertanyaan bodoh, yang pasti dia tahu betul mengapa dia menjadi seterpuruk ini.Satu bulan yang lalu, dia dan kekasihnya yang sama-sama masih duduk di bangku SMA pergi ke sebuah hotel. Dan sialnya lagi dirinya tak menolak saat sang kekasih meminta sesuatu yang harusnya ia jaga dengan baik, tapi sayang janji manis dari kekasihnya membuat mata dan pikirannya seakan buta.Sekarang apa yang bisa dia lakukan, tidak ada. Dia hanya bisa menangis di balik pintu kamar mandi sambil menutup mulutnya erat-erat. Tangan bergetar miliknya sedari tadi berusaha menghubungi pacarnya, tapi selalu saja. Tidak diangkat, perubahan ini sekarang yang semakin membuatnya takut luar biasa."Gentari?" Suara ketukan dari luar membuat

    Last Updated : 2021-04-29
  • Anak Untuk Mas Agam    2. Hubungan Berakhir

    Pagi-pagi sekali Gentari bangun, dia bergegas pergi ke sekolah tanpa memita izin terlebih dahulu kepala mamanya. Padahal itu adalah kebiasaan yang baik, tapi kali ini tidak. Gentari masih belum berani memandang mamanya.Sampainya dia di sekolah, Gentari langsung menuju kelas XII IPA 1, yaitu kelas pacarnya. Gentari melihat sang pacar kini tengah duduk anteng di kursinya seraya memainkan ponsel sambil tersenyum-senyum tidak jelas."Ibnu!" panggil Gentari cukup keras. Ibnu Amatya namanya, pria tampan nan populer.Ibnu melangkah menuju Gentari, pemuda itu pun belum tahu soal kehamilan kekasihnya, sebab semalaman dia tak mau mengangkat panggilan dari Gentari, alasannya adalah. Karena dia malas, harus Ibnu akui dia mulai bosan bersama Gentari. Setelah menjalin hubungan hampir tiga tahun."Apa?" tanya Ibnu malas-malasan, dia bahkan masih sibuk bermain ponsel dia sedang berbalas pesan dengan seseorang."Aku mau bicara, tapi nggak

    Last Updated : 2021-05-01
  • Anak Untuk Mas Agam    3. Pertemuan Pertama

    Kelas XII IPS 2 sangat berisik. Sebab guru belum juga masuk untuk memulai pembelajaran. Siswi berbando biru muda yang duduk di kursi nomor dua dekat jedela itu tampak gelisah.Dia Meylan, kerap dipanggil Mey. Gadis bermata sipit dengan rambut sebahu. Dan kulitnya yang putih selalu membuat orang mengira kalau dia adalah gadis keturunan cina dan beragama lain. Padahal Mey asli orang Indonesia dan beragama Islam.Hal yang membuatnya gelisah bukanlah tentang tanggapan orang, tapi tentang ke mana perginya sahabat satu-satunya. Yaitu Gentari Parwani.Mey sangat yakin kalau Gentari datang ke sekolah, tapi. Kenapa belum ada di kelas di jam seperti ini. Tiba-tiba saja kegelisaan menyerang dirinya.Mey sudah bersiap akan bangkit, ingin mencari Gentari tapi. Guru dan beberapa orang dewasa lain sudah lebih dulu masuk. Mey mendengkus.Bu Farah datang dengan sepasang orang dewasa, memakai baju yang tampak mahal dan terlihat sangat beriba

    Last Updated : 2021-05-01

Latest chapter

  • Anak Untuk Mas Agam    7. Lemari Hilang ke Mana?

    Gadis dengan selimut tipis dan tikar bergambar yang tampak sudah tidak layak pakai, sibuk merubah posisi tidur. Ke kanan dan ke kiri lalu terlentang.Dia Gentari. Wanita itu sungguh gelisah tidur di kontrakan baru itu, seakan ada sesuatu yang menganggu dan membuatnya merasa tak nyaman.Gentari lantas merubah posisinya menjadi duduk, Gentari menatap lurus ke pintu kontarkkan itu. Lantas Gentari melihat jam dari ponselnya, sekarang baru masuk pukul sepuluh malam. Gentari memang sering mengalami susah tidur.Gentari bangkit, dia ingin melihat tiga lemarinya yang masih ada di luar, apakah aman atau tidak. Gentari mendekati pintu, tapi belum sempat dia membuka pintu, Gentari sudah mengurungkan niatnya terlebih dahulu.Pesan ibu dan bapak tadi masing terngiang-ngiang di telinganya."Dari jendela aja kali, ya?" kata Gentari, lantas dia mendekati jendela yang posisinya memang bersa

  • Anak Untuk Mas Agam    6. Pesan Mereka Terlalu Misterius

    "Kenapa kita pindah?" tanya Gina dengan wajah kesal yang amat ketara.Tentu saja kesal, siapa yang tidak akan kesal. Mendadak Gentari mengajaknya pindah rumah, sementara rumah lama mereka adalah rumah peninggalan kedua orang tua. Gina yang masih belum bisa menerima kepergian mamanya jelas tidak ingin pergi jauh dari rumah yang menyimpan banyak kenangan indah bersama itu.Gentari mendekati Gina, lantas dia mengelus puncak kepala adiknya. Walau sekarang sikap Gina berubah 180° kepadanya menjadi sangat kasar. Gentari akan tetap sayang pada gadis itu. Karena sekarang hanya Gina keluarga yang dia punya."Maaf, Ya. Gin, Kakak tau. Kamu pasti berat ninggalin rumah itu. Sama, Kakak juga berat, tapi Gina. Kakak nggak mau kamu juga menjadi bahan omongan tetangga karena punya Kakak seperti aku," papar Gentari dengan sabar, sekuat tenaga dia menahan air mata yang akan lolos.Gentari harus bisa menjadi sosok ayah dan ibu sekaligus kakak yang baik untuk adikn

  • Anak Untuk Mas Agam    5. Sahabat Terbaik

    Sebulan sudah berlalu, harusnya hari ini Gentari ikut ujian akhir semester. Tapi, sayang dia sudah dikeluarkan dari sekolah. Lagi pula mana mungkin pihak sekolah mempertahankan siswi seperti Gentari.Sebulan berlalu dengan sangat cepat, hubungannya dengan Gina juga belum membaik. Gina masih kerap menyalahkan Gentari atas kepergian mama mereka.Mey sering berkunjung ke rumah Gentari guna menanyakan kabar gadis itu. Mey sahabatnya sangat menghawatirkan Gentari. Mey tahu Gentari hamil, kabar itu sudah tersebar sejak lama.Hari ini pun sama, selesai ujian Mey datang ke rumah Gentari. Pintu rumah masih tertutup seperti yang sudah-sudah.Mey mengketuk berkali-kali tapi Gentari tak kunjung keluar, Mey tahu Gentari di rumah."Gentari, aku Mey. Aku tau kamu di dalem, buka pintunya. Tolong, aku mau bicara sama kamu. Gentar."Dua menit berlalu tak ada tanda-tanda Gentari akan membukakan pintu. Mey sudah putus asa, Mey sudah berb

  • Anak Untuk Mas Agam    4. Meninggalnya Sang Mama

    Jika ada kesempatan boleh meminta satu hal pada Tuhan dan akan langsung dikabulkan, maka Gentari akan meminta untuk mati dan dihilangkan dari muka bumi.Di sekolah tadi benar-benar kacau, satu sekolah geger dengan kabar kehamilan Gentari. Tentu mereka tahu, saat melihat Dokter Ina--dokter kandungan yang terkenal di kota mereka datang ke sekolah dan memasuki UKS.Spekulasi tentang siswi hamil langsung menjadi momok yang empuk untuk diperbincangkan. Setelah dokter kandungan memeriksa Gentari dan meminta Gentari menggunakan alat sialan itu lagi dan lalu muncul garis dua maka Gentari benar-benar mati, kepala sekolah. Bahkan satu sekolah sudah tahu tentang kandungan yang harusnya belum ada itu. Di UKS Gentari diceramahi habis-habisan oleh Kepala sekolah dan beberapa guru lain.Begitu Gentari keluar UKS dan disuruh pulang. Jelas sudah kecuringaan murid satu sekolah. Gentari hamil! Maka Gentari adalah buruk. Sepanjang perjalanan menuju gerbang sekol

  • Anak Untuk Mas Agam    3. Pertemuan Pertama

    Kelas XII IPS 2 sangat berisik. Sebab guru belum juga masuk untuk memulai pembelajaran. Siswi berbando biru muda yang duduk di kursi nomor dua dekat jedela itu tampak gelisah.Dia Meylan, kerap dipanggil Mey. Gadis bermata sipit dengan rambut sebahu. Dan kulitnya yang putih selalu membuat orang mengira kalau dia adalah gadis keturunan cina dan beragama lain. Padahal Mey asli orang Indonesia dan beragama Islam.Hal yang membuatnya gelisah bukanlah tentang tanggapan orang, tapi tentang ke mana perginya sahabat satu-satunya. Yaitu Gentari Parwani.Mey sangat yakin kalau Gentari datang ke sekolah, tapi. Kenapa belum ada di kelas di jam seperti ini. Tiba-tiba saja kegelisaan menyerang dirinya.Mey sudah bersiap akan bangkit, ingin mencari Gentari tapi. Guru dan beberapa orang dewasa lain sudah lebih dulu masuk. Mey mendengkus.Bu Farah datang dengan sepasang orang dewasa, memakai baju yang tampak mahal dan terlihat sangat beriba

  • Anak Untuk Mas Agam    2. Hubungan Berakhir

    Pagi-pagi sekali Gentari bangun, dia bergegas pergi ke sekolah tanpa memita izin terlebih dahulu kepala mamanya. Padahal itu adalah kebiasaan yang baik, tapi kali ini tidak. Gentari masih belum berani memandang mamanya.Sampainya dia di sekolah, Gentari langsung menuju kelas XII IPA 1, yaitu kelas pacarnya. Gentari melihat sang pacar kini tengah duduk anteng di kursinya seraya memainkan ponsel sambil tersenyum-senyum tidak jelas."Ibnu!" panggil Gentari cukup keras. Ibnu Amatya namanya, pria tampan nan populer.Ibnu melangkah menuju Gentari, pemuda itu pun belum tahu soal kehamilan kekasihnya, sebab semalaman dia tak mau mengangkat panggilan dari Gentari, alasannya adalah. Karena dia malas, harus Ibnu akui dia mulai bosan bersama Gentari. Setelah menjalin hubungan hampir tiga tahun."Apa?" tanya Ibnu malas-malasan, dia bahkan masih sibuk bermain ponsel dia sedang berbalas pesan dengan seseorang."Aku mau bicara, tapi nggak

  • Anak Untuk Mas Agam    1. Dua Garis Biru

    Dua garis biru adalah hal pertama yang membuat jantung seorang gadis berusia 17 tahun terpacu cepat. Dia menutup mulutnya merasa tak yakin pada apa yang kini dilihatnya.Bagaimana bisa, ada dua garis di tespack itu. Tidak, itu adalah pertanyaan bodoh, yang pasti dia tahu betul mengapa dia menjadi seterpuruk ini.Satu bulan yang lalu, dia dan kekasihnya yang sama-sama masih duduk di bangku SMA pergi ke sebuah hotel. Dan sialnya lagi dirinya tak menolak saat sang kekasih meminta sesuatu yang harusnya ia jaga dengan baik, tapi sayang janji manis dari kekasihnya membuat mata dan pikirannya seakan buta.Sekarang apa yang bisa dia lakukan, tidak ada. Dia hanya bisa menangis di balik pintu kamar mandi sambil menutup mulutnya erat-erat. Tangan bergetar miliknya sedari tadi berusaha menghubungi pacarnya, tapi selalu saja. Tidak diangkat, perubahan ini sekarang yang semakin membuatnya takut luar biasa."Gentari?" Suara ketukan dari luar membuat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status