Beranda / Urban / Anak Miliarder / 83. Kehilangan Derrick

Share

83. Kehilangan Derrick

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sepeninggal Derrick, Vesa mengamuk dan melempar semua dokumen-dokumen di kantornya. Dia mengamuk. Dia marah. Hatinya tiba-tiba saja terasa kosong. Entah apa yang terjadi.

"Dia yang salah kan? Kenapa dia yang marah?" teriak Vesa yang masih juga belum menyadari kesalahannya.

Dia tak peduli lagi jika ruang kerjanya berantakan. Yang dia tahu saat ini dia hanya ingin melampiaskan kekesalannya yang sedang memuncak.

Vesa yang tak memiliki semangat untuk pergi ke kantor akhirnya menghubungi sekretarisnya untuk memintanya membatalkan semua janjinya di hari itu.

Setelah puas menghancurkan ruang kerjanya sendiri, dia naik ke lantai atas dan langsung saja masuk ke dalam ruang rawat ayahnya.

"Kalian boleh pergi, aku mau bersama ayahku," ucap Vesa datar.

Seorang dokter dan juga dua perawat yang merawat ayahnya itu pun tak berani membantah dan langsung keluar dari ruang rawat itu.

"Halo, Ayah," sapa Vesa sedih dan dia duduk di samping
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Anak Miliarder   84. Sekutu

    "Tidak semudah itu, Tuan Muda White," ujar Ruslan."Kan kita belum mencobanya, Paman," balas Derrick, masih belum ingin menyerah.Ruslan menghela napas panjang, "Tuan Muda Vesa masih belum stabil. Anda juga sudah tahu kan terhadap Anda saja dia tidak percaya. Mungkin lebih baik kita mencari bukti yang cukup dulu sebelum membeberkannya pada Tuan Muda."Derrick mau tak mau ikut setuju. Dia melihat sebuah gedung apartemen yang sekarang ada di depannya."Kita di mana, Paman?" tanya Derrick sambil melihat-lihat."Ini apartemen saya, Tuan Muda. Saya harap Anda betah berada di sini," jawab Ruslan dan dia pun mengajak Derrick ke unitnya.Tiba-tiba teringat sesuatu yang Vesa katakan jadi dia memutuskan untuk bertanya pada Ruslan, "Paman. Tadi Vesa menyinggung tentang bisnis orang tua saya yang katanya bangkrut. Apakah Anda tahu soal ini?"Ruslan mengangguk.Derrick terhenyak, "Apakah itu benar?""Tidak, Tuan Mud

  • Anak Miliarder   85. Musuh Besar

    "Ya, Bos?" sahut Verlyta.Dari seberang sana, orang yang dipanggil Bos itu menjawab, "Bagaimana? Mereka berhasil membuat anak itu kehilangan orang-orang kepercayaannya?"Verlyta segera meloudspeaker panggilan itu sehingga dua rekannya bisa ikut mendengarkan. Lay dan Lucas langsung mendekat sumringah."Ya, kami berhasil, Bos. Ternyata mudah sekali membuatnya percaya pada kami," sambar Lay berbangga hati.Lucas juga ikut berbicara, "Benar, tidak sulit. Dia terlalu bodoh. Dengan mudah tidak meragukan Ruslan dan juga Derrick."Terdengar suara renyah di sana yang berarti mereka sudah berhasil membuat Gea puas atas kerja mereka."Bagus, bagus. Kalian bertiga memang bisa diandalkan," ujar Gea senang."Tapi ingat. Ini belum apa-apa. Kalian ingat kan? Sapu bersih orang-orang yang memang setia pada Valentino agar dia tidak memiliki orang-orang yang ada di sebelahnya lagi. Dengan begitu, bisa dengan mudah kita menghancurkan perusah

  • Anak Miliarder   86. Kebodohan

    Vesa tahu dirinya tidak mungkin menyembunyikan hal sepenting ini dari ayahnya. Valentino Araya itu bukanlah orang bodoh. Vesa harus ingat jika Ayahnya itu pemilik salah satu perusahaan terbesar di Asia Tenggara. Tentu saja kadar kepekaannya sangat tinggi.Dengan penuh pertimbangan, Vesa akhirnya memilih untuk berkata, "Maaf, Ayah. Ruslan sudah pergi."Dahi Valentino berkerut bingung, "Pergi? Apa maksudmu?"Vesa mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Dia telah memata-matai aku, Ayah. Dia telah mengkhianati Ayah. Dia bersekongkol dengan musuh Ayah di luar sana. Dia bahkan juga bekerja sama dengan Derrick. Dia...""Cukup!" ujar Valentino dengan nada yang sedikit tinggi.Vesa terdiam, ayahnya marah."Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan?" tanya Valentino tak mengerti."Itu kebenaran, Ayah. Aku yakin Ruslan sudah merencanakan semuanya. Dia ingin mengambil harta Ayah," ucap Vesa yakin.Valentino menggele

  • Anak Miliarder   87. Rumah Sakit

    Vesa keluar dari ruang rawat ayahnya dan menuju ruang kerjanya."Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Vesa pada Lucas."Mengenai ayahmu, Vesa," jawab Lucas.Vesa mengerutkan keningnya dan langsung bertanya lagi, "Memangnya ada apa dengan ayahku?"Lucas mengambil kursi dan mendudukkan dirinya di kursi itu."Aku rasa sebaiknya kau membawa ayahmu ke rumah sakit lagi. Di sana kan semuanya lengkap. Mungkin bisa membuat ayahmu sadar lebih cepat," ujar Lucas berusaha mempengaruhi Vesa.Tapi ayahku sudah sadar, Vesa membatin."Tidak perlu. Ayahku baik-baik saja. Aku tidak tenang jika ayahku di rawat di luar sana. Lagi pula, sekarang kondisinya stabil meskipun belum sadar. Jadi, aku rasa tak masalah ayah dirawat di apartemen ini," bantah Vesa."Kau yakin? Padahal di rumah sakit kan kita bisa menemukan dokter yang handal, Vesa," ujar Lucas lagi masih tak mau menyerah.Vesa mengangguk, "Aku yakin. Aku ingin setiap saat bisa melihat

  • Anak Miliarder   88. Kesadaran

    "Bisa kita bicara di kantor saya saja, Tuan?" tanya dokter itu."Tentu saja, dokter," jawab Vesa tanpa pikir panjang.Dia menoleh pada Lay dan Lucas yang sedang kebingungan, "Aku pergi sebentar. Tolong kalian jaga ayahku dulu ya?"Lay menjawab, "Oke. Tenang saja, kau urus saja dulu. Kami pasti akan menjaga ayahmu."Vesa mengangguk dan kemudian mengekor dokter yang membawanya menuju ruangannya."Silakan duduk!" ujar dokter itu."Terima kasih, Dok."Dokter itu langsung berkat, "Saya menemukan sejenis senyawa naproxen dalam darah Tuan Valentino. Senyawa ini seharusnya tidak boleh ada dalam tubuh ayah Anda karena akan memicu kerja jantung lebih berat. Hal ini juga yang membuat ayah Anda mengalami gagal jantung."Vesa menatap pias dokter yang ada di hadapannya itu."Maksud Anda kemungkinan besar ada yang dengan sengaja membuat ayah saya mengkonsumsi obat terlarang itu?" tanya Vesa kaget."Ya, benar.

  • Anak Miliarder   89. Tertipu

    "Aku berharap dokter itu segera menemukan penyebabnya," ujar Lucas kemudian, tak mau membuat Vesa curiga kepada mereka.Mendengar kebohongan itu rasanya Vesa ingin sekali muntah saat itu juga. Namun, dia tetap harus bersandiwara menjadi pria muda bodoh seperti biasanya jadi dia membalas, "Terima kasih. Kalian terlalu baik kepadaku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan tanpa kalian.""Hei, kau tak perlu begitu. Ini tugas sebagai seorang teman kan? Jadi, kau tak perlu berterima kasih pada kami," sambung Lay yang sebenarnya tidak tenang tapi dia tak boleh kelihatan panik di depan Vesa atau dia bisa mengetahui kepura-puraannya.Vesa memajang wajah terharunya seraya berkata, "Sejak Derrick tak ada, kalian memang menjadi teman yang begitu baik kepadaku. Tak ada salahnya kan? Toh ini hanya ucapan saja.""Ah, baiklah. Omong-omong, bagaimana operasinya nanti?" tanya Lay lagi."Sebentar lagi akan segera dilakukan. Dokter masih memeriksa secara

  • Anak Miliarder   90. Trik

    "Apa kau yakin?" tanya Lay masih tak mau percaya."Kenapa memangnya?" tanya Lucas balik.Lay terlihat berpikir sebentar, "Tidak mungkin Vesa menjebak kita. Dia, kau tahu kan dia terlalu polos dan..."Lucas menyeringai, "Bodoh. Iya, benar.""Nah kan? Mana mungkin dia yang memindahkan ayahnya? Rasanya mustahil sekali. Lagi pula, dia masih bersikap baik pada kita tadi. Kau tahu kan, jika dia mencurigai seseorang, dia pasti akan langsung mengatakannya," jelas Lay yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.Lucas menghela napas panjang, "Hm. Ya, tapi siapa lagi yang mungkin memindahkannya?"Lay menjawab, "Entahlah. Tapi lebih baik kita keluar dari kamar ini dulu dan berganti pakaian. Kita cari Vesa."Lucas setuju dan mereka pun langsung saja pergi dari ruangan Valentino itu.Tak lama berselang, mereka kembali ke ruang rawat Valentino dan tanpa diduga mereka Vesa baru saja datang dan tampak sedang membawa beberapa baran

  • Anak Miliarder   91. Dugaan

    "Kau yakin mereka jika mereka yang melakukannya?" tanya Vesa menggeram marah.Lay dengan wajah terlihat meyakinkan menjawab, "Ya, siapa lagi, Vesa. Sudah pasti mereka."Vesa langsung meninju dinding, "Akan aku bunuh siapapun yang berani melukai ayahku. SIAPAPUN."Lucas menanggapi, "Ya, Vesa. Dan itu Ruslan dan juga Derrick."Lay dan Lucas bermain mata di belakang Vesa, merasa puas sudah bisa membodohi Vesa lagi."Kalau begitu, ayo kita lapor polisi saja!" ajak Vesa.Lay, "Polisi? Aku yakin polisi tidak bisa menyelesaikan kasus ini. Lebih baik kita cari saja sendiri."Lucas juga ikut berbicara, "Lay benar, Vesa. Polisi tidak akan bisa berbuat apa-apa. Mereka sudah memiliki uang yang cukup untuk menyuap kepolisian."Vesa langsung menoleh dan memasang wajah tak percaya, "Apa maksudmu? Bukankah Derrick bangkrut? Sedangkan Ruslan, tak mungkin memiliki uang yang banyak."Lay menghela napas, berpura-pura sedih

Bab terbaru

  • Anak Miliarder   Cuap-cuap Penulis

    Halo, readers. Kita ketemu lagi di sini. Akhirnya selesai juga season kedua ini. Lega sekali rasanya bisa menyelesaikan cerita ini. Zila ucapkan banyak terima kasih yang sudah antusias membaca kisah Vesa Araya, anak dari Valentino Araya ini dan mengikutinya sampai akhir. Semoga ceritanya tidak mengecewakan ya dan kalian puas dengan cerita ini. Endingnya semoga juga memuaskan bagi para readers ya dan nggak ada yang kecewa. Zila harap kisah Vesa Araya ini semoga bisa diingat oleh para pembaca. Akhir kata, Zila harap bisa membuat cerita lain yang juga disukai para pembaca. Salam hangat dari Zila Aicha, sampai ketemu di karya Zila berikutnya.

  • Anak Miliarder   130. Akhir dari Dendam

    Tubuh Gea terlihat begitu mengerikan. Dadanya tertancap pisau dan mulutnya mengeluarkan busa serta matanya pun terbuka.Vesa langsung memerintah, "Hubungi polisi sekarang."Inka menutup wajahnya karena tak sanggup melihatnya. Vesa langsung saja memeluk gadis itu agar Inka tak merasa takut."Siapa yang membunuhnya? Itu terlalu kejam, Vesa. Sungguh mengerikan," ujar gadis itu dengan suara bergetar."Kita akan segera tahu, biarkan polisi yang menanganinya," ujar Vesa.Tak lama kemudian polisi datang dan langsung saja memeriksa kasus itu."Apakah Anda berdua bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberi kesaksian?" tanya petugas polisi itu."Ya," jawab Vesa.Vesa pun mengajak Inka untuk ikut ketua polisi itu.Vesa dan Inka harus berada di kantor polisi setidaknya selama dua jam lamanya guna memberi kesaksian mereka. Dan saat dia telah selesai dan keluar dari ruang interogasi, dia melihat Lara, anak Gea itu datang ke kantor polisi dengan raut wajah yang penuh air mata."Apa Anda sudah mene

  • Anak Miliarder   129. Tidak Terduga

    "Aku tidak membencimu, Alea. Hanya saja kau sudah keterlaluan," ucap Vesa. Dia lalu menggandeng Lara pergi dari sana.Alea berteriak, "Vesa."Vesa tak memperdulikannya. Alea hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan perasaan getir. Vesa sudah tak mau berhubungan lagi dengannya. Pria muda itu pastilah sudah begitu jijik padanya.Alea menjambak rambutnya sendiri lalu pergi dari kampus itu karena tak tahan melihat para mahasiswa yang menatapnya dengan tatapan aneh.Di sisi lain, Vesa berujar pelan, "Maafkan aku. Gara-gara aku, kamu jadi...""Tak apa. Well, omong-omong aku harus pergi sekarang, aku rasa temanku sudah datang," ujar Lara kemudian.Vesa mengangguk pelan, masih merasa begitu bersalah. Begitu gadis itu pergi, dia memilih untuk mengubah rencananya. Dia tak mungkin memanfaatkan Lara untuk menjebak Gea. Gadis itu tak tahu apa-apa. Entah kenapa, dia merasa jika Lara memang gadis polos. Maka dari itu dia memutuskan untuk menyerang Gea tanpa melibatkan Lara. Sore itu dia kembali

  • Anak Miliarder   128. Berkeliling

    Hanya dalam waktu tak kurang dari tiga puluh detik saja, Stefan sudah mengirimkan sebuah photo begitu Vesa mematikan sambungan teleponnya.Vesa dengan tenang membuka pesan itu dan tersenyum miring begitu dia melihat photo itu.Kena kau, Gea. Vesa membatin.Segera dia mengantongi kembali ponselnya dan berjalan mendekati Lara sambil tersenyum cerah."Sudah selesai menghubungimu?" tanya Vesa yng jauh lebih ramah dari pada sebelumnya."Sudah. Mau berkeliling sekarang?" tanya Lara balik."Ya, langsung saja. Aku tak akan mengambil waktumu banyak-banyak," ucap Vesa.Lara mengangguk dan kemudian mulai bertindak sebagai seorang tour guide di sana. Meskipun baru meninggalkan kampus itu selama tujuh bulan lamanya, tapi kampus itu sudah cukup banyak berubah.Vesa mengenang masa-masa di kampusnya itu. Walaupun memang banyak kenangan buruk di sana, dia tetap masih sedikit kenangan baik hingga sekarang dia cukup merasa kecewa lagi ketika teringat masa-masa awal pertemanannya dengan Derrick.Derrick

  • Anak Miliarder   127. Lara

    Lara Serafin tergesa-gesa masuk ke dalam kampusnya, Greenwich University. Dia telah berjanji pada Gemma Jones semalam untuk menemani gadis itu ke perpustakaan.Saat dia melangkahkan kakinya menuju tempat itu, dia harus melewati segerombolan mahasiswa dari fakultas lain yang terlihat sedang berbincang-bincang santai.Lara begitu menikmati kehidupan barunya di kampus itu. Meskipun pada awalnya dia merasa banyak sekali hal yang begitu janggal seperti alasan yang tidak jelas sang ibu yang memilih negara ini. Di samping itu, ibunya yang sekarang ini memilih untuk bekerja dari rumah tentu membuatnya semakin bertanya-tanya.Ibunya, Gea Raharjo beralasan jika bekerja dari rumah berarti membuatnya memiliki waktu yang lebih banyak dengannya. Dikarenakan hal itu juga, Lara tak pernah bisa memprotes ataupun bertanya lebih banyak mengenai alasan utama ibunya itu.Dan ketika Lara bertanya tentang pekerjaan ibunya itu, ibunya hanya akan menjawab jika dia bergelut dengan saham. Entah saham yang seper

  • Anak Miliarder   126. Siapa yang Salah?

    Derrick hanya bisa terdiam kala melihat sahabat baiknya pergi dari rumahnya. Dia melirik Alea sekilas, ingin sekali dia merengkuh tubuh Alea tapi di saat dia mendekat, Alea mundur ke belakang.Dengan wajah yang sudah basah karena air mata, Alea berkata dengan terisak-isak pelan, "Ini semua salahku. Salahku, Derrick."Derrick menggeleng, "Tidak. Ini salahku, Alea. Kau tidak salah. Aku yang membuat semuanya berantakan.""Aku yang datang padamu, aku yang paling bersalah," ujar Alea lagi."Aku yang memintamu datang, aku, Derrick," lanjut Alea.Derrick menyambar, "Dan aku juga mau datang ke sini. Oke, baiklah. Kita sama-sama bersalah. Kita berdua sama-sama bersalah."Alea jatuh terduduk di lantai halaman rumah Derrick, "Vesa pasti membenciku. Padahal kami baik-baik saja. Dia tidak pernah menyakitiku. Tapi kenapa aku? Derrick, aku hanya kesal karena dia tak pernah mau mengunjungiku ke sini. Padahal kan jelas uang bukan masalah baginya. Tapi dia lebih mementingkan perusahaannya itu. Aku hany

  • Anak Miliarder   125. Kejutan Besar

    London masih menjadi salah satu kota terpadat yang Vesa datangi. Pemandangan malam kota ini selalu berhasil membuat Vesa rindu. Semenjak kematian kakek dan neneknya sekitar tujuh bulan yang lalu, Vesa Araya belum pernah mendatangi kota itu. Hal ini bukan karena dia yang tak ingin pergi menengok kakek dan neneknya, melainkan karena kesibukannya yang cukup menyita waktu.Dalam enam bulan belakang, selain Vesa harus mengejar gelar pendidikanya, dia harus kembali mengurus perusahaan peninggalan sang ayah. Dirinya yang mungkin menjadi anak miliarder terkaya di Indonesia itu pun hampir tak memiliki waktu senggang sedikit pun.Hingga mungkin, bisa dikatakan jika hidup Vesa hanyalah berkutat pada dunia bisnis, pendidika sekaligus melacak keberadaan Gea yang sampai sekarang belum juga dia ketahui.Namun, Vesa bukanlah orang yang mudah menyerah apalagi Gea menjadi salah satu penyebab segala ketidakberuntungan yang menghinggapinya. Vesa tidak sedikitpun menghentikan pencarian dan malah semakin m

  • Anak Miliarder   124. Menjaganya dengan Nyawaku

    "Kau tidak mau menyelidikinya?" tanya Inka kemudian.Vesa terkejut mendengar perkataan Inka, "Menyelidiki? Kau mengatakannya seolah Derrick telah melakukan sesuatu yang aneh-aneh saja."Inka tergelak, "Vesa, bukan begitu maksudku. Yah, kita tidak tahu apa yang terjadi di sana. Kan bisa jadi dia memang sedang menghadapi masalah yang besar."Inka melihat kening Vesa mengerut. Pria muda itu sedang berpikir."Beberapa waktu aku mengenal Derrick, dia tidak sepertimu. Kau selalu mengatakan apapun. Tapi tidak dengan Derrick. Kalian memang berteman dekat, namun aku rasa dia masih menyimpan rahasia atau bisa dibilang tak selalu mengatakan apapun kepadamu," jelas Inka."Itu aku tahu, Inka. Kan tadi sudah aku katakan. Dia memang tak selalu mengatakan segalanya dan aku tak pernah memaksanya untuk mengatakannya. Aku menghargai privasinya," sahut Vesa."Nah, itu dia, Vesa. Kenapa kau tidak coba selidiki. Siapa tahu sebenarnya dia membutuhkan bantuanmu tapi tak mengatakannya," ucap Inka.Vesa berpik

  • Anak Miliarder   123. Negara Impian

    Gea tersenyum sekilas sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu, "Karena Inggris itu negara impian Ibu."Lara bingung tapi berusaha tersenyum, tak ingin mengerecoki ibunya dengan pertanyaan-pertanyaan dirinya lagi yang mungkin saja malah membuat Sang Ibu bersedih."Kau pasti akan suka nanti, Sayang. Kau bisa masuk ke Greenwich University nanti," ujar Gea.Lara mengangguk dan setelah itu makanan datang. Gadis muda yang telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya itu mulai berkonsentrasi pada makanan yang ada di depannya."Makanlah dulu, Ibu tidur sebentar ya? Jika perlu apa-apa, kau bisa bangunkan Ibu," ucap Gea lagi.Lara menjawab, "Ya, Ibu tenang saja. Setelah makan, aku akan ikut tidur.""Anak baik," puji Lara sambil mengusap lembut rambut Sang Putri.Tak lama setelah itu, Gea benar-benar terpejam. Sayangnya, meskipun Lara dari luar tampak menikmati makanannya, sayang sekali pikirannya sedang berkelana ke mana-mana.Lara memang masih sangat muda, di usianya yang baru saja meng

DMCA.com Protection Status