Beranda / Urban / Anak Miliarder / 115. Siapa yang Masih Setia?

Share

115. Siapa yang Masih Setia?

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-19 19:15:18

"Sudah kau cek, Ruslan?" tanya Valentino sambil mengunyah makanannya di kursi roda.

"Sudah, Tuan," jawab Ruslan pelan tak ingin membangun Vesa dan Derrick yang baru saja tertidur di sofa. Keduanya terlalu lelah hingga tak sempat merebahkan diri mereka ke kamar mereka masing-masing.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Valentino dengan ekspresi tanda tanya yang besar.

Ruslan kembali berbicara dengan suara yang mirip seperti sebuah bisikan, "Tak ada, Tuan. Semuanya benar-benar berbalik melawan Anda."

Valentino menghentikan kegiatan makannya, dia lalu tersenyum pahit dan terdiam.

Ruslan melihat dengan khawatir, "Apa Anda tidak apa-apa, Tuan?"

Valentino mendongak, "Apa apa dengan pertanyaanmu itu? Aku baik-baik saja."

Tentu saja Ruslan tidak mempercayai hal itu, Valentino memang berusaha untuk setegar mungkin tapi tetap saja wajah pria itu jelas sekali dia tidak sedang baik-baik saja.

Ruslan berkata, "Tuan, Anda..."

Valentino menyela dengan cepat, "Ya, kau benar. Aku tidak baik, bahkan sangat tid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Anak Miliarder   116. Membeli Kesetiaan

    "Tinggal satu hari lagi," ucap Gea dengan senyum yang merekah di bibirnya."Apa rencanamu sekarang?" tanya Stefan.Gea menoleh pada sepupu penyelamatnya, David Araya, yang begitu dia hormati. "Tentu saja membunuh mereka berdua. Memangnya apa lagi?" ucap Gea santai.Stefan berkata, "Kau yakin akan berhasil?"Gea yang tadinya tersenyum lebar itu kini kehilangan senyumnya, "Stefan Aditama, kau perusak suasana."Stefan, "Aku hanya bertanya, Gea Raharjo."Gea memandanganya kesal, "Kenapa? Ingat Stefan, kau tahu betul apa yang bisa aku lakukan jika kau macam-macam. Kau masih sayang nyawa keponakan tersayangmu itu kan?"Stefan mencengkeram gelas wine-nya, matanya berkilat tajam saat balik memandang Gea, "Kau sentuh dia sehelai rambut saja, aku bersumpah akan membunuhmu."Gea sontak tertawa terbahak-bahak sementara Stefan masih menatapnya dingin."Oh, ayolah. Kau tak perlu serius seperti itu, Stefan. Aku hanya bercanda. Aku tak mungkin berani menyentuh Inka. Lagi pula, dia kan tidak aku culi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Anak Miliarder   117. Cerita Derrick

    Vesa memandang Derrick dengan tatapan yang seakan menyatakan 'Apa kau gila, Derrick?'Derrick membalas, "Aku tidak gila."Vesa tergelak, "Kau tahu arti tatapanku padamu?""Ya. Orang bodoh saja pasti juga akan dengan mudah tahu, Vesa. Kau ini benar-benar," ujar Derrick sebal.Vesa menggelengkan kepalanya, "Wow, kau sungguh menakutkan, Derrick White. Apa aku harus mulai waspada terhadapmu sekarang?"Derrick melengos kesal, "Teruskan omong kosongmu itu, Vesa. Dasar menyebalkan."Vesa sontak tertawa, tentu saja menggoda Derrick White juga menjadi suatu kesenangan tersendiri untuknya. Dia hanya punya Derrick sebagai sahabatnya jadi apapun hal yang dia lakukan pasti tetap ada Derrick di dalamnya."Aku... Aku hanya merasa kesal pada diriku sendiri, Derrick. Dan juga marah," ucap Vesa mulai serius.Derrick menoleh, tatapannya sudah berubah dari yang tadinya kesal kini berubah prihatin seketika, "Kesal kenapa? Marah pada siapa?""Kesal pada diriku sendiri yang hanya bisa memiliki cara ini untu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Anak Miliarder   118. Janji Vesa

    "Sudahlah, jangan berpikir hal-hal yang tidak perlu kau pikirkan, Vesa," ujar Derrick. Pertanyaan Vesa tak dijawab. Vesa ingin bertanya lagi tapi tak jadi karena tak mau memaksa Derrick untuk menjawab. Walaupun hatinya sedang gelisah akan hal itu, Vesa tak ingin memperpanjang hal itu.Selanjutnya, dua jam sebelum waktu berakhir, Ruslan pulang dengan tergesa-gesa. Valentino yang masih duduk di kursi rodanya memang sudah menunggu pria tua itu. Vesa dan Derrick yang telah diberitahu oleh Valentino juga sangat penasaran dengan berita yang dibawa Ruslan. "Bagaimana, Ruslan?" tanya Valentino sudah tak sabar begitu pria itu berjalan mendekat ke arahnya. Ruslan menghela napas panjang, "Tak ada satupun yang ke kantor polisi, Tuan. Tak satupun." Wajah tua pria itu terlihat sekali murung, Valentino pun hanya bisa mengangguk kecewa dan menyuruh Ruslan duduk. "Istirahatlah. Sebentar lagi kita harus ke AL Group," ujar Valentino. Vesa berujar, "Ayah yakin Ayah akan ikut ke sana?" Valentino me

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22
  • Anak Miliarder   119. Siapa Mereka?

    Vesa seakan tuli sepenuhnya, tak sedikitpun dia mendengarkan teriakan Valentino. Ruslan dan Derrick tak bisa menjangkaunya. Ketika Ruslan hampir saja bisa terbebas dan berjalan menuju Vesa yang sedang menghajar orang itu dengan membabi buta, salah seorang pengawal berkata, "Mohon, Anda semua ke dalam mobil saja. Keadaan di sini sangat berbahaya."Ruslan tentu saja menolak, "Tuan Mudaku masih di sana sendirian dan kau menyuruhku masuk ke dalam mobil?"Sang Pengawal berkata kembali, "Tolong, Pak Ruslan. Demi keselamatan Anda semua."Pengawal lainnya menambahkan sambil mencegah serombongan orang yang berniat menerobos penjagaan pengawal, "Anda harus kembali ke mobil sekarang juga. Kami akan segera membawa Tuan Muda kembali."Semua pengawal waspada dengan pistol di tangan mereka, mengarahkan ke segala arah untuk melindungi keluarga Araya.Derrick panik karena keadaan semakin ricuh, para pendemo itu benar-benar tak bisa dikendalikan sama sekali. Semuanya entah kenapa mengarah ke mereka."

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23
  • Anak Miliarder   120. HENTIKAN!

    Vesa masih menatap tanpa ekspresi ke arah tubuh tak bernyawa Valentino dan Ruslan.Derrick berkata, "Kau masih bertanya mereka ini siapa? Apa kau buta?"Derrick lalu berjongkok dan mulai dengan perlahan menyingkap kain putih yang menutup tubuh Valentino. Derrick hanya membukanya hingga bagian dada Valentino. Derrick melihat ekspresi wajah Vesa yang semula terlihat ingin menyangkal kematian Valentino mulai berbeda. Ada tatapan syok, sedih, tak mau percaya dan kehilangan yang sangat dalam.Bibir Vesa bergetar dan dengan cepat sebuah butir air mata jatuh dari matanya. Tak ada suara tangisan dalam suaranya tapi Derrick mendengar suara yang begitu memanggil, "Ayah."Derrick memejamkan matanya karena terlalu sakit melihat sahabatnya itu harus kehilangan lagi. Dia pun melanjutkan membuka kain putih yang menutupi tubuh Ruslan. "Paman," lirih Vesa.Vesa lalu bergerak pelan dan memeluk tubuh ayahnya dan seakan tak sanggup menahan luka di hatinya lagi, tangisnya pun pecah."Maafkan aku, Ayah."

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Anak Miliarder   121. Kata 'Maaf'

    Vesa ingin sekali menerjang Stefan yang semakin membangkitkan rasa sesal di hatinya."Kenapa? Kau tidak mau dengar, Vesa?" tanya Stefan dengan tenang.Vesa menggelengkan kepalanya. "Ini kenyataannya. Kau yang sudah mengacaukan rencanaku. Kalau kau bisa sedikit saja menahan rasa kesalmu itu dan berpikir dengan lebih bijak, aku pasti sudah bisa membuat Gea dan anak buahnya itu tertangkap dan ayahmu tak perlu mati konyol."Napas Stefan kini memburu, dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa kesal yang berkumpul di dadanya. Dia yang awalnya menilai jika Vesa bisa diandalkan dan berpikir jika Vesa adalah salah satu pemuda yang memiliki masa depan yang cukup brilliant telah membuatnya kecewa berat.Dia tidak pernah mengira jika Vesa akan dengan sangat mudah terpancing emosi dan tak pandai mengamati suasana. Stefan yang mengintai dari kejauhan itu syok ketika melihat Vesa yang malah pergi mengejar orang yang telah Stefan suruh untuk membuat keributan itu. Dia kira Vesa akan pergi dari AL Grou

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Anak Miliarder   122. Tertipu

    "Buktinya dia memang meninggalkan anaknya di Jakarta, anak muda," ucap Stefan santai.Vesa rasanya tetap tidak bisa percaya dan tiba-tiba sebuah pikiran melintas di kepalanya. "Paman, sudah pastikan jika yang ada di rumahnya itu benar-benar anaknya?" tanya Vesa dengan nada curiga.Stefan menoleh, menatap Vesa tak mengerti. Vesa berujar lagi, "Paman Stefan, Gea itu wanita licik. Bisa saja kan dia menaruh seseorang untuk menyamar menjadi anaknya sementara dia kabur bersama dengan anaknya?"Stefan tersentak kaget, kenapa dia tak terpikirkan hal itu."Paman, Vesa benar. Bisa jadi yang di rumahnya itu bukan anaknya," sahut Derrick.Tanpa aba-aba, Stefan merogoh ponselnya dan menelepon Edo, salah satu anak buah kepercayaannya yang saat ini bertugas menjaga kediaman Gea."Edo, cek anak Gea sekarang!" perintah Stefan cepat."Ada apa, Bos? Anak itu masih di dalam kamar," ucap Edo."Cek saja. Pastikan apakah anak yang kau sebut di kamar itu benar-benar anak Gea apa bukan," ujar Stefan.Terkeju

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • Anak Miliarder   123. Negara Impian

    Gea tersenyum sekilas sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu, "Karena Inggris itu negara impian Ibu."Lara bingung tapi berusaha tersenyum, tak ingin mengerecoki ibunya dengan pertanyaan-pertanyaan dirinya lagi yang mungkin saja malah membuat Sang Ibu bersedih."Kau pasti akan suka nanti, Sayang. Kau bisa masuk ke Greenwich University nanti," ujar Gea.Lara mengangguk dan setelah itu makanan datang. Gadis muda yang telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya itu mulai berkonsentrasi pada makanan yang ada di depannya."Makanlah dulu, Ibu tidur sebentar ya? Jika perlu apa-apa, kau bisa bangunkan Ibu," ucap Gea lagi.Lara menjawab, "Ya, Ibu tenang saja. Setelah makan, aku akan ikut tidur.""Anak baik," puji Lara sambil mengusap lembut rambut Sang Putri.Tak lama setelah itu, Gea benar-benar terpejam. Sayangnya, meskipun Lara dari luar tampak menikmati makanannya, sayang sekali pikirannya sedang berkelana ke mana-mana.Lara memang masih sangat muda, di usianya yang baru saja meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28

Bab terbaru

  • Anak Miliarder   Cuap-cuap Penulis

    Halo, readers. Kita ketemu lagi di sini. Akhirnya selesai juga season kedua ini. Lega sekali rasanya bisa menyelesaikan cerita ini. Zila ucapkan banyak terima kasih yang sudah antusias membaca kisah Vesa Araya, anak dari Valentino Araya ini dan mengikutinya sampai akhir. Semoga ceritanya tidak mengecewakan ya dan kalian puas dengan cerita ini. Endingnya semoga juga memuaskan bagi para readers ya dan nggak ada yang kecewa. Zila harap kisah Vesa Araya ini semoga bisa diingat oleh para pembaca. Akhir kata, Zila harap bisa membuat cerita lain yang juga disukai para pembaca. Salam hangat dari Zila Aicha, sampai ketemu di karya Zila berikutnya.

  • Anak Miliarder   130. Akhir dari Dendam

    Tubuh Gea terlihat begitu mengerikan. Dadanya tertancap pisau dan mulutnya mengeluarkan busa serta matanya pun terbuka.Vesa langsung memerintah, "Hubungi polisi sekarang."Inka menutup wajahnya karena tak sanggup melihatnya. Vesa langsung saja memeluk gadis itu agar Inka tak merasa takut."Siapa yang membunuhnya? Itu terlalu kejam, Vesa. Sungguh mengerikan," ujar gadis itu dengan suara bergetar."Kita akan segera tahu, biarkan polisi yang menanganinya," ujar Vesa.Tak lama kemudian polisi datang dan langsung saja memeriksa kasus itu."Apakah Anda berdua bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberi kesaksian?" tanya petugas polisi itu."Ya," jawab Vesa.Vesa pun mengajak Inka untuk ikut ketua polisi itu.Vesa dan Inka harus berada di kantor polisi setidaknya selama dua jam lamanya guna memberi kesaksian mereka. Dan saat dia telah selesai dan keluar dari ruang interogasi, dia melihat Lara, anak Gea itu datang ke kantor polisi dengan raut wajah yang penuh air mata."Apa Anda sudah mene

  • Anak Miliarder   129. Tidak Terduga

    "Aku tidak membencimu, Alea. Hanya saja kau sudah keterlaluan," ucap Vesa. Dia lalu menggandeng Lara pergi dari sana.Alea berteriak, "Vesa."Vesa tak memperdulikannya. Alea hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan perasaan getir. Vesa sudah tak mau berhubungan lagi dengannya. Pria muda itu pastilah sudah begitu jijik padanya.Alea menjambak rambutnya sendiri lalu pergi dari kampus itu karena tak tahan melihat para mahasiswa yang menatapnya dengan tatapan aneh.Di sisi lain, Vesa berujar pelan, "Maafkan aku. Gara-gara aku, kamu jadi...""Tak apa. Well, omong-omong aku harus pergi sekarang, aku rasa temanku sudah datang," ujar Lara kemudian.Vesa mengangguk pelan, masih merasa begitu bersalah. Begitu gadis itu pergi, dia memilih untuk mengubah rencananya. Dia tak mungkin memanfaatkan Lara untuk menjebak Gea. Gadis itu tak tahu apa-apa. Entah kenapa, dia merasa jika Lara memang gadis polos. Maka dari itu dia memutuskan untuk menyerang Gea tanpa melibatkan Lara. Sore itu dia kembali

  • Anak Miliarder   128. Berkeliling

    Hanya dalam waktu tak kurang dari tiga puluh detik saja, Stefan sudah mengirimkan sebuah photo begitu Vesa mematikan sambungan teleponnya.Vesa dengan tenang membuka pesan itu dan tersenyum miring begitu dia melihat photo itu.Kena kau, Gea. Vesa membatin.Segera dia mengantongi kembali ponselnya dan berjalan mendekati Lara sambil tersenyum cerah."Sudah selesai menghubungimu?" tanya Vesa yng jauh lebih ramah dari pada sebelumnya."Sudah. Mau berkeliling sekarang?" tanya Lara balik."Ya, langsung saja. Aku tak akan mengambil waktumu banyak-banyak," ucap Vesa.Lara mengangguk dan kemudian mulai bertindak sebagai seorang tour guide di sana. Meskipun baru meninggalkan kampus itu selama tujuh bulan lamanya, tapi kampus itu sudah cukup banyak berubah.Vesa mengenang masa-masa di kampusnya itu. Walaupun memang banyak kenangan buruk di sana, dia tetap masih sedikit kenangan baik hingga sekarang dia cukup merasa kecewa lagi ketika teringat masa-masa awal pertemanannya dengan Derrick.Derrick

  • Anak Miliarder   127. Lara

    Lara Serafin tergesa-gesa masuk ke dalam kampusnya, Greenwich University. Dia telah berjanji pada Gemma Jones semalam untuk menemani gadis itu ke perpustakaan.Saat dia melangkahkan kakinya menuju tempat itu, dia harus melewati segerombolan mahasiswa dari fakultas lain yang terlihat sedang berbincang-bincang santai.Lara begitu menikmati kehidupan barunya di kampus itu. Meskipun pada awalnya dia merasa banyak sekali hal yang begitu janggal seperti alasan yang tidak jelas sang ibu yang memilih negara ini. Di samping itu, ibunya yang sekarang ini memilih untuk bekerja dari rumah tentu membuatnya semakin bertanya-tanya.Ibunya, Gea Raharjo beralasan jika bekerja dari rumah berarti membuatnya memiliki waktu yang lebih banyak dengannya. Dikarenakan hal itu juga, Lara tak pernah bisa memprotes ataupun bertanya lebih banyak mengenai alasan utama ibunya itu.Dan ketika Lara bertanya tentang pekerjaan ibunya itu, ibunya hanya akan menjawab jika dia bergelut dengan saham. Entah saham yang seper

  • Anak Miliarder   126. Siapa yang Salah?

    Derrick hanya bisa terdiam kala melihat sahabat baiknya pergi dari rumahnya. Dia melirik Alea sekilas, ingin sekali dia merengkuh tubuh Alea tapi di saat dia mendekat, Alea mundur ke belakang.Dengan wajah yang sudah basah karena air mata, Alea berkata dengan terisak-isak pelan, "Ini semua salahku. Salahku, Derrick."Derrick menggeleng, "Tidak. Ini salahku, Alea. Kau tidak salah. Aku yang membuat semuanya berantakan.""Aku yang datang padamu, aku yang paling bersalah," ujar Alea lagi."Aku yang memintamu datang, aku, Derrick," lanjut Alea.Derrick menyambar, "Dan aku juga mau datang ke sini. Oke, baiklah. Kita sama-sama bersalah. Kita berdua sama-sama bersalah."Alea jatuh terduduk di lantai halaman rumah Derrick, "Vesa pasti membenciku. Padahal kami baik-baik saja. Dia tidak pernah menyakitiku. Tapi kenapa aku? Derrick, aku hanya kesal karena dia tak pernah mau mengunjungiku ke sini. Padahal kan jelas uang bukan masalah baginya. Tapi dia lebih mementingkan perusahaannya itu. Aku hany

  • Anak Miliarder   125. Kejutan Besar

    London masih menjadi salah satu kota terpadat yang Vesa datangi. Pemandangan malam kota ini selalu berhasil membuat Vesa rindu. Semenjak kematian kakek dan neneknya sekitar tujuh bulan yang lalu, Vesa Araya belum pernah mendatangi kota itu. Hal ini bukan karena dia yang tak ingin pergi menengok kakek dan neneknya, melainkan karena kesibukannya yang cukup menyita waktu.Dalam enam bulan belakang, selain Vesa harus mengejar gelar pendidikanya, dia harus kembali mengurus perusahaan peninggalan sang ayah. Dirinya yang mungkin menjadi anak miliarder terkaya di Indonesia itu pun hampir tak memiliki waktu senggang sedikit pun.Hingga mungkin, bisa dikatakan jika hidup Vesa hanyalah berkutat pada dunia bisnis, pendidika sekaligus melacak keberadaan Gea yang sampai sekarang belum juga dia ketahui.Namun, Vesa bukanlah orang yang mudah menyerah apalagi Gea menjadi salah satu penyebab segala ketidakberuntungan yang menghinggapinya. Vesa tidak sedikitpun menghentikan pencarian dan malah semakin m

  • Anak Miliarder   124. Menjaganya dengan Nyawaku

    "Kau tidak mau menyelidikinya?" tanya Inka kemudian.Vesa terkejut mendengar perkataan Inka, "Menyelidiki? Kau mengatakannya seolah Derrick telah melakukan sesuatu yang aneh-aneh saja."Inka tergelak, "Vesa, bukan begitu maksudku. Yah, kita tidak tahu apa yang terjadi di sana. Kan bisa jadi dia memang sedang menghadapi masalah yang besar."Inka melihat kening Vesa mengerut. Pria muda itu sedang berpikir."Beberapa waktu aku mengenal Derrick, dia tidak sepertimu. Kau selalu mengatakan apapun. Tapi tidak dengan Derrick. Kalian memang berteman dekat, namun aku rasa dia masih menyimpan rahasia atau bisa dibilang tak selalu mengatakan apapun kepadamu," jelas Inka."Itu aku tahu, Inka. Kan tadi sudah aku katakan. Dia memang tak selalu mengatakan segalanya dan aku tak pernah memaksanya untuk mengatakannya. Aku menghargai privasinya," sahut Vesa."Nah, itu dia, Vesa. Kenapa kau tidak coba selidiki. Siapa tahu sebenarnya dia membutuhkan bantuanmu tapi tak mengatakannya," ucap Inka.Vesa berpik

  • Anak Miliarder   123. Negara Impian

    Gea tersenyum sekilas sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu, "Karena Inggris itu negara impian Ibu."Lara bingung tapi berusaha tersenyum, tak ingin mengerecoki ibunya dengan pertanyaan-pertanyaan dirinya lagi yang mungkin saja malah membuat Sang Ibu bersedih."Kau pasti akan suka nanti, Sayang. Kau bisa masuk ke Greenwich University nanti," ujar Gea.Lara mengangguk dan setelah itu makanan datang. Gadis muda yang telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya itu mulai berkonsentrasi pada makanan yang ada di depannya."Makanlah dulu, Ibu tidur sebentar ya? Jika perlu apa-apa, kau bisa bangunkan Ibu," ucap Gea lagi.Lara menjawab, "Ya, Ibu tenang saja. Setelah makan, aku akan ikut tidur.""Anak baik," puji Lara sambil mengusap lembut rambut Sang Putri.Tak lama setelah itu, Gea benar-benar terpejam. Sayangnya, meskipun Lara dari luar tampak menikmati makanannya, sayang sekali pikirannya sedang berkelana ke mana-mana.Lara memang masih sangat muda, di usianya yang baru saja meng

DMCA.com Protection Status