Share

26. Sabia

“Jadi selama ini kamu bersembunyi di rumah Mama saya?”

Aku menggaruk pelipisku yang tak gatal. Salting alias salah tingkah. Ketahuan kalau sedang kabur.

“Kamu tahu kalau saya—“

Aku menggoyang-goyangkan kakiku. Seperti anak kecil yang sedang diomeli Bapaknya. Bedanya, aku sedang diomeli jodohku.

Eh, maksudnya Bosku gara-gara menghilang tanpa kabar.

“Sabia, kamu dengar saya?” tanya Pak Rully geram.

Ya, aku tak tahu kalau ternyata inisial R.K dibuku novel yang ada dikamar ternyata Rully Khaidar, Bos galakku. Kalau tahu, juga aku tak mungkin bersembunyi di rumah ini.

“Dengar, Pak,” ucapku takut-takut. Tak berani menatapnya takut dicium.

Astaghfirullah salah lagi. Maksudnya takut dipelototi. Kalau aku jatuh cinta gimana? Repot nanti jadinya.

“Kamu sudah melalaikan tugas kamu di kantor. Kamu juga lalai sebagai penulis naskah,” kata Pak Rully.

Loh, kan sudah selesai?

“Tapi, Pak—“

“Jangan menyela, Sabia. Saya belum selesai bicara.”

Oke. Aku diam. Diam-diam mencintaimu. Asyik nyanyi.

“Kamu jug
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status