"Baik, Bos!" jawab Nick.Di sebuah toko alat tulis yang luas dan berbagai macam pilihan, Viyone berjalan menyusuri lorong demi lorong dengan penuh semangat. Matanya terpaku pada deretan buku dan alat tulis dengan motif robot dan mobil yang menarik perhatiannya. Ia mengambil beberapa buku bergambar robot, pensil berwarna, serta penggaris bergambar mobil yang keren. "Chris sangat suka belajar dan menulis, semua ini sangat cocok untuk anak-anak!" ucap Viyone penuh semangat sambil memperlihatkan pilihannya kepada Steven dan Mike yang mengikuti di belakangnya.Viyone mengunakan Black Card untuk membayar belanjaannya. Sementara Ponsel Wilson menerima beberapa notif dari bank. Karena uangnya yang digunakan oleh istrinya.Wilson pun membaca semua notif belanja tersebut dengan tersenyum. Ia merasa puas istrinya mengunakan kartu pemberiannya. Di satu sisi, Nick, Elvis dan Ethan sedang mengamati senyuman bos mereka."Apakah ini namanya sedang jatuh cinta?" bisik Elvis yang duduk bersama dua tem
Viyone hanya bisa menahan nafas, dengan aksi suaminya itu. Wilson tersenyum tipis sambil memperhatikan mata indah Viyone, "Apa kamu ingin anak kita melihatnya?" tanyanya lembut. Viyone menatap Wilson dengan wajah bingung, "Apa yang kamu inginkan sebenarnya?" tanyanya dengan nada agak keras, mencoba menahan emosinya. Wilson menghela napas sejenak, lalu kembali tersenyum. "Gunakan Black Card yang kuberikan padamu, Beli apa saja yang kamu suka," jawabnya dengan suara lembut dan mata yang bersinar. Viyone mengernyitkan dahinya, "Tidak ada yang aku suka, makanya aku tidak membelinya," jawabnya sambil menahan emosi dan berusaha melepaskan pelukan suaminya yang terasa begitu menyiksa. Wilson tersenyum pahit, "Aku tahu kamu hanya tidak ingin menggunakan uangku," katanya dengan suara yang berat. "Kalau begitu, untuk apa tanya lagi," sahut Viyone.Wilson tersenyum dan bertanya dengan penasaran," Apakah kamu begitu membenciku?""Iya," jawab Viyone tanpa ragu.Wilson memandangnya dengan tat
Nick, Ethan, dan Elvis memasuki goa yang gelap dan misterius bersama Wilson, berjalan beriringan dengan langkah hati-hati. Mereka melangkah dengan perlahan sambil menodong senjata mereka, siap menghadapi bahaya yang mungkin mengintai. Sementara itu, Wilson tampak santai dan tidak terpengaruh oleh suasana mencekam di dalam goa. Nick yang berani dan penuh percaya diri berjalan paling depan, sementara Elvis dan Ethan berjalan di belakang Wilson, saling mengawasi satu sama lain. Udara di dalam goa begitu lembap dan dingin, membuat bulu kuduk mereka merinding. Beberapa kali mereka mendengar suara gemerisik yang tak bisa dijelaskan, namun mereka tetap melanjutkan langkah. Tidak lama kemudian, tiba-tiba sebilah pedang mengayun cepat ke arah Nick. Dengan kecepatan dan kelincahan yang dimilikinya, Nick langsung menghindar sambil menahan tangan pria asing yang mencoba menyerangnya. Tanpa basa-basi, Nick langsung membanting pria itu ke tanah dengan keras, "Bruk!" "Aaahh!" jeritan pria asing
Ryan berlutut di tanah dengan mata yang memerah akibat menangis, badannya gemetar ketakutan, dan suara bergetar saat ia berbicara. "Wilson, Aku telah memberitahumu, Tolong jangan bunuh aku. Aku tidak sengaja menjadi pengkhianat. Karena aku tidak tahu niat Markus yang ingin menbunuh Aaron dan Angel," isaknya dalam tangisan yang pilu. Wilson, seorang pria dengan tubuh kekar dan tatapan yang tajam, berdiri di hadapan Ryan dengan kedua tangan di pinggangnya. Raut wajahnya menunjukkan kemarahan yang tak terbendung, namun entah mengapa ia masih belum mengambil keputusan untuk membunuh Ryan. Ia berpikir sejenak, lalu berkata dengan suara yang dingin, "Kasus ini aku akan menyelidiki lagi, Kalau sampai ada yang kamu sembunyikan dariku. Aku tidak akan sungkan membunuhmu!" Setelah mengucapkan kata-kata itu, Wilson beranjak pergi dari tempat itu dengan langkah cepat dan pasti. Ia menoleh ke arah Mike, anak buahnya yang setia, dan memberi perintah, "Bawa dia!" "Baik, Bos," jawab Mike dengan sua
Matahari pagi menyinari wajah Viyone yang perlahan membuka matanya. Dalam keheningan kamar, ia terkejut melihat sosok suaminya yang tidur seranjang dengannya. Chris dan Vic, dua anak mereka, tidur nyenyak di tengah-tengah mereka berdua. "Kapan dia pulang, kenapa aku tidak tahu?" gumam Viyone dalam hati, menatap wajah Wilson yang terlelap dengan tenang. Tangan Wilson melingkar di tubuh Chris, memeluk anaknya erat. Viyone melihat Chris begitu bahagia tidur bersama ayahnya. Dia ingat betapa sering Chris berharap bisa tidur dalam pelukan Jeff, tapi selalu saja ditolak. "Chris begitu terlena tidur dengan papanya, dulu dia sering berharap bisa tidur dipelukan Jeff. Akan tetapi selalu ditolak. Walau pun pria ini telah menyakitiku, setidaknya aku telah melihat kebaikannya, dia seorang yang bertanggung jawab," bisik Viyone dalam hati, mencoba menenangkan perasaannya. Viyone menarik nafas dalam-dalam, mencoba menepis rasa marah dan kecewa yang masih ada. Untuk saat ini, ia memutuskan untuk
Chris terdiam dan berpikir sejenak," Em...Mama juga tidak ingat siapa nama kakek," jawab Chris."Apakah ada fotonya?" tanya Wilson yang penasaran.Chris menggelengkan kepalanya sambil menatap Wilson dengan wajah sedih, "Tidak ada, Saat mama berusia tujuh tahun, Kakek sudah pergi. Tidak ada yang tahu kemana kakek pergi. Setelah itu nenek yang menghidupi mama. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil dan sempit. Tidak lama kemudian nenek meninggal karena sakit. Dan mama dibawa ke rumah panti asuhan," ungkap Chris dengan nada berat. Mendengar cerita itu, Wilson merasakan kepedihan yang dialami istrinya semasa kecil. "Papa, mama tidak memiliki kasih sayang dari orang tua. Tapi selama ini mama selalu berusaha memberi kasih sayang untuk kami," lanjut Chris sambil menatap ayahnya. Chris menunjukan kalung yang dia pakai, " Kalung V ini adalah pemberian dari nenek. Katanya kalung ini adalah sepasang. Walau kakek sudah pergi, nenek masih menyimpannya dan kemudian memberikan kepada mama!" Wilso
Chris dengan patuh melangkah masuk ke dalam ruangan kerja ayahnya. "Wilson, ada sesuatu yang perlu aku ceritakan tentang Chris," ujarnya dengan suara yang serak. "Viyone, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Wilson dengan pandangan penuh kekhawatiran. Menggigit bibir, Viyone memulai ceritanya. "Chris memiliki kenangan yang membuatnya trauma, dan ini adalah salahku juga. Dulu, setiap kali Chris ingin mendekati Jeff, dia selalu dimarahi dan diusir dari ruangannya. Kejadian itu terjadi berulang kali."Mendengar pengakuan Viyone, wajah Wilson menjadi tegang. "Lalu apa yang terjadi, Viyone?" Viyone menatap lantai, rasa bersalah melingkupi wajahnya. "Sebagai hukuman, Jeff pernah menyuruh Chris menghitung angka dari satu hingga seribu. Aku tidak menyangka bahwa hal itu akan meninggalkan bekas yang begitu mendalam di hatinya. Sekarang, setiap kali dia ingin bertemu denganmu, ketika melihat kamu sedang sibuk, dia tidak akan berani masuk. Chris takut kamu akan marah dan membenciny
"Karena impian mama telah tertunda selama enam tahun sejak menikah, Papa Jeff melarang mama bekerja di luar sebagai penata rias," jawab Chris.Wilson yang penasaran pun bertanya," Sebagai penata rias? Apakah mama mu dulu pernah belajar di bidang itu?" Chris mengangguk dan menjawab," Iya, Mama sangat menyukai pekerjaan itu. Papa Jeff hanya ingin mama mengurus rumah tangga dan melayaninya. Karena mama mencintai papa Jeff oleh sebab itu mama berusaha menjadi istri yang baik."Malam itu, langit dipenuhi oleh gemerlap bintang yang menghiasi kegelapan. Di dalam kamarnya, Viyone yang masih belum terlelap, ia duduk sambil menatap foto ibunya bersama dirinya saat ia masih kecil. Foto yang telah lama tersimpan di dompetnya. kini kembali dipegang oleh tangan gemetar Viyone. Kejadian masa kecil muncul di benak pikirannya, mengingatkan pesan berharga yang pernah disampaikan ibunya. "Viyone, setelah dewasa jadilah wanita yang kuat. Ketika hidupmu bergantung pada pria, maka kamu akan terpuruk di s