Chris terdiam dan berpikir sejenak," Em...Mama juga tidak ingat siapa nama kakek," jawab Chris."Apakah ada fotonya?" tanya Wilson yang penasaran.Chris menggelengkan kepalanya sambil menatap Wilson dengan wajah sedih, "Tidak ada, Saat mama berusia tujuh tahun, Kakek sudah pergi. Tidak ada yang tahu kemana kakek pergi. Setelah itu nenek yang menghidupi mama. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil dan sempit. Tidak lama kemudian nenek meninggal karena sakit. Dan mama dibawa ke rumah panti asuhan," ungkap Chris dengan nada berat. Mendengar cerita itu, Wilson merasakan kepedihan yang dialami istrinya semasa kecil. "Papa, mama tidak memiliki kasih sayang dari orang tua. Tapi selama ini mama selalu berusaha memberi kasih sayang untuk kami," lanjut Chris sambil menatap ayahnya. Chris menunjukan kalung yang dia pakai, " Kalung V ini adalah pemberian dari nenek. Katanya kalung ini adalah sepasang. Walau kakek sudah pergi, nenek masih menyimpannya dan kemudian memberikan kepada mama!" Wilso
Chris dengan patuh melangkah masuk ke dalam ruangan kerja ayahnya. "Wilson, ada sesuatu yang perlu aku ceritakan tentang Chris," ujarnya dengan suara yang serak. "Viyone, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Wilson dengan pandangan penuh kekhawatiran. Menggigit bibir, Viyone memulai ceritanya. "Chris memiliki kenangan yang membuatnya trauma, dan ini adalah salahku juga. Dulu, setiap kali Chris ingin mendekati Jeff, dia selalu dimarahi dan diusir dari ruangannya. Kejadian itu terjadi berulang kali."Mendengar pengakuan Viyone, wajah Wilson menjadi tegang. "Lalu apa yang terjadi, Viyone?" Viyone menatap lantai, rasa bersalah melingkupi wajahnya. "Sebagai hukuman, Jeff pernah menyuruh Chris menghitung angka dari satu hingga seribu. Aku tidak menyangka bahwa hal itu akan meninggalkan bekas yang begitu mendalam di hatinya. Sekarang, setiap kali dia ingin bertemu denganmu, ketika melihat kamu sedang sibuk, dia tidak akan berani masuk. Chris takut kamu akan marah dan membenciny
"Karena impian mama telah tertunda selama enam tahun sejak menikah, Papa Jeff melarang mama bekerja di luar sebagai penata rias," jawab Chris.Wilson yang penasaran pun bertanya," Sebagai penata rias? Apakah mama mu dulu pernah belajar di bidang itu?" Chris mengangguk dan menjawab," Iya, Mama sangat menyukai pekerjaan itu. Papa Jeff hanya ingin mama mengurus rumah tangga dan melayaninya. Karena mama mencintai papa Jeff oleh sebab itu mama berusaha menjadi istri yang baik."Malam itu, langit dipenuhi oleh gemerlap bintang yang menghiasi kegelapan. Di dalam kamarnya, Viyone yang masih belum terlelap, ia duduk sambil menatap foto ibunya bersama dirinya saat ia masih kecil. Foto yang telah lama tersimpan di dompetnya. kini kembali dipegang oleh tangan gemetar Viyone. Kejadian masa kecil muncul di benak pikirannya, mengingatkan pesan berharga yang pernah disampaikan ibunya. "Viyone, setelah dewasa jadilah wanita yang kuat. Ketika hidupmu bergantung pada pria, maka kamu akan terpuruk di s
Wilson menatap mata Viyone dengan penuh perasaan. Ia melihat kesedihan yang mendalam di balik sorot matanya, seolah Viyone sedang mengingat masa kecilnya yang pahit dan ia tidak ingin anak-anak mereka mengalami penderitaan yang sama. Wilson merasa terpanggil untuk memberikan jaminan kepada Viyone. "Walau kamu tidak memintanya, Aku akan tetap melindungi mereka dengan nyawaku. Aku tidak akan meninggalkan mereka. Kecuali kalau aku meninggal," ucap Wilson dengan suara yang tegas dan penuh keyakinan. Viyone tersentuh mendengar ucapan Wilson. Ia merasa lega dan berterima kasih. "Aku percaya kamu bisa melakukannya," ujar Viyone lirih, Ia bangkit dari sofa dan berjalan perlahan menuju tempat tidurnya yang terpisah dari tempat tidur Wilson. Di dalam hatinya, Wilson berjanji akan melindungi Viyone juga. "Aku juga akan melindungimu," gumam Wilson dalam batin, sambil menatap punggung Viyone yang semakin menjauh.Keesokan harinya.Viyone yang telah siapkan diri untuk masuk kerja di hari pertama
Chris yang penasaran dan bersemangat, selalu ingin tahu lebih banyak tentang segala hal yang ada di sekitarnya. Ketika ia berada di markas bersama Nick, ia tak henti-hentinya mengamati lingkungan sekitar, terutama tempat pelatihan anggota Dragon. Ia terpesona dengan berbagai senjata yang terpajang di dinding dan merasa bersemangat. Sementara itu, Vic yang ditemani oleh Luis mengelilingi markas dari depan hingga ke belakang, mencoba memahami segala sesuatu yang ada di sekitar mereka. Luis merasa senang melihat anak tersebut berlari-lari ke sana kemari dengan riang, seolah-olah semua ini adalah tempat bermain yang sangat menyenangkan.Ketika Chris melihat senjata dan panah yang digantung di dinding, ia tak bisa menyembunyikan kekagumannya dan segera bertanya kepada Nick, "Paman, apakah ini adalah ruangan penyimpanan senjata!" Nick tersenyum dan menjawab, "Iya, dan itu adalah panah yang digunakan oleh bos." Mendengar jawaban tersebut, Chris semakin bersemangat untuk mengetahui lebih b
Setelah enam tahun yang panjang, Sasa akhirnya bisa bertemu kembali dengan Wilson. Sasa melangkah mendekati Wilson dan memeluknya erat, merasakan kehangatan tubuh pria itu yang sudah lama tidak ia rasakan. Rindu yang tertahan selama ini akhirnya bisa sedikit terobati. "Kenapa kamu datang ke markas?" tanya Wilson dengan ekspresi dingin, melepaskan pelukan Sasa. "Untuk menemuimu, Wilson. Apakah kamu tidak merindukanku? Aku adalah satu-satunya wanita yang pernah ada di hidupmu. Walau kamu memutuskan hubungan kita dulu, bukan berarti aku melupakan semua kenangan kita. Kenapa kamu tidak pernah menghubungiku?" tanya Sasa dengan nada sedih dan haru. "Aku sedang sibuk," jawab Wilson dengan alasan."Kalau bukan karena aku pernah datang ke sini dulu, mungkin aku tidak akan bisa menemukanmu lagi," ujar Sasa sambil menatap mata Wilson. "Lalu, sekarang kita telah bertemu, Ada hal penting apa?" tanya Wilson.Sasa menatap Wilson dengan sedih," Sudah begitu lama, Kamu tetap saja tidak berubah. Ap
Viyone dengan hati-hati mengaplikasikan foundation pada wajah artis terkenal yang duduk di kursi rias. Dibantu dengan kuas yang cekatan, dia memastikan bahwa warna kulit aktor tersebut tampak sempurna. Viyone terus merias dengan tenang dan penuh percaya diri, meskipun jantungnya berdebar kencang. Atasannya, seorang wanita berusia paruh baya dengan rambut pirang, mengawasi setiap gerakan Viyone. "Kamu benar-benar tak pernah merias sebelumnya?" tanya wanita itu, terkejut dengan keahlian Viyone. "Tidak pernah, Direktur. Ini pertama kali saya bekerja sebagai penata rias," jawab Viyone sambil menambahkan sedikit blush-on pada pipi artis tersebut. Atasannya mengangguk kepalanya, terkesima dengan bakat alami Viyone. "Kamu sangat berbakat, Viyone. Aku tak menyangka kamu mampu merias dengan begitu baik pada pekerjaan pertamamu," puji wanita itu. Viyone tersenyum, merasa bangga atas pujian dari atasannya. Dia melanjutkan merias artis tersebut, kali ini mengaplikasikan eye shadow yang lembut
Viyone berdiri di depan wastafel, air mengalir deras dari keran saat ia mencuci piring kotor. Pikirannya melayang jauh, terbawa oleh kabar yang baru saja didengarnya. Mantan tunangan suaminya, kini telah kembali ke kota ini dan bertemu dengan Wilson.Hatinya terasa sesak, namun Viyone berusaha untuk tidak terpengaruh. Ia menahan rasa sakit itu, dan berusaha mengingatkan dirinya bahwa pernikahan mereka dulu hanyalah demi anak-anak. "Kenapa aku harus sedih? Pernikahan kami hanyalah demi anak-anak. Bukan karena cinta. Dengan siapa pun dia bersama bukan urusanku. Itu yang aku pinta sebelum menikah. Tidak boleh ikut campur dengan urusan masing-masing," gumamnya dalam hati. Setelah selesai mencuci piring, ia mematikan keran dan mengeringkan tangannya dengan handuk. Langkah kakinya membawanya menuju kamar anak-anaknya yang sudah terlelap dalam tidur. Viyone membuka pintu kamar anak-anaknya dengan perlahan, berusaha untuk tidak membuat suara yang bisa membangunkan mereka. Saat melihat wajah