Ivy menggiring si kembar menuju ke ruang tengah setelah diantarkan oleh Ben untuk pulang. Wanita muda itu segera menyimpan tas dan beberapa kantung Snack yang ia dapatkan dari Ben di atas meja.Terra yang sudah kelelahan segera merebahkan dirinya di atas sofa dengan sebelah kakinya yang menjuntai ke bawah dengan posisi tubuh yang miring.Hal ini tentu saja berbahaya karena gadis kecil itu hampir saja terjatuh dari atas sofa andaikata Terry tak menahan tubuh adik kembarnya tepat waktu. Sebagai kakak yang baik, Terry segera membenarkan posisi tubuh Terra dengan mendorong tubuh gadis kecil itu agar menjauhi sisi pinggiran sofa. Dengan begitu, Terra tak akan terjatuh.Sedangkan Terry sendiri, ia merebahkan tubuhnya di atas lantai yang terbalut karpet tebal karena merasa tubuhnya sudah lemas terlalu lelah bermain saat berada di kolam renang.Bocah laki-laki itu menggunakan lengan sebagai pengganti bantal. Terry menutup matanya menggunakan seb
"Tentu saja bukan, sayang. Kalian anak Mommy. Tuan Ben bukan ayah kalian berdua," jawab Ivy setelah sekian lama terdiam dengan suara pelan, nyaris berbisik pada si kembar.Ivy melepaskan pelukannya pada Terry dan juga Terra, lalu menyeka air matanya sendiri. Karena cukup lama menangis—sekitar 10 menit—mata hijau milik Ivy terlihat memerah dan bengkak. Hidung wanita itu juga terlihat memerah dengan tatapan mata yang begitu sayu. Ivy tampak begitu kacau, berbeda dengan image dirinya yang dikenal sebagai wanita independen yang tahan banting. Hal ini juga tak jauh berbeda dengan kondisi Terra. "Maaf ya, gara gara Mommy menangis, kau juga ikut menangis, Terra," Ivy meminta maaf pada anak perempuannya sambil mengusap pipi chubby milik Terra, lalu mencium dengan lembut kedua mata milik Terra secara bergantian dengan begitu lembut dan penuh dengan kasih sayang.Terra tak berkata apapun dan memilih untuk mengangguk saja sebagai jawaban. Ia send
Tepat satu minggu setelah Ethan berhasil memecahkan kode khusus dari file yang telah dicuri oleh Steve dari dua orang pria yang tak dikenal, Ben belum mendapatkan informasi apapun mengenai penelusuran Ethan tentang hal yang berkaitan dengan Neva, tragedi mawar Hitam dan juga Tulip darah.Malah, belakangan ini Ben menjadi semakin sibuk karena banyak perusahaan yang mau bekerja sama dengannya di bidang perhotelan.Perluasan wilayah yang ia lakukan dengan Adam Corp rupanya membawa banyak investor asing untuk bekerja sama dengan Clayton Group, hingga Ben bisa meraup keuntungan luar biasa di pertengahan tahun ini.Beberapa file yang menumpuk terlihat memenuhi permukaan meja kerja yang sedang sedang Ben digunakan, hingga permukaan meja itu tak terlihat lagi dari arah luar. Kebanyakan dari file itu berisi tentang peninjauan tentang lokasi perhotelan yang akan dibangun ataupun tentang laporan keuangan perusahaan yang harus ia periksa dari para bawahannya.Ketika tengah memeriksa file keuangan
"Tunggu, siapa yang kau maksud little devil, Ben? Kau tak pernah membicarakannya denganku?" Tanya Steve dengan nada penasaran.Steve merapatkan kursinya ke arah Ben sembari tersenyum kecil, terlihat begitu ingin tahu siapa yang Ben maksud. Begitu sampai di samping adik kembarnya, Steve menopang dagu bersiap untuk mendengarkan penjelasan dari Ben —yang akan sangat sulit untuk di dapatkan— mengingat Ben adalah tipikal orang yang sulit terbuka pada orang lain.Ben memutar matanya malas melihat tingkah sang kakak yang ingin tahu akan urusannya. Ben mengambil amplop yang Steve sodorkan padanya dan melihatnya bolak balik tanpa ada niatan untuk membukanya."Bukan urusanmu," ujar Ben dengan nada datar setelah sekian lama terdiam, terlihat enggan untuk menjawab pertanyaan Steve yang terdengar tak bermutu di telinganya.Mata coklatnya dengan teliti menilik amplop itu dari segala sisi. Sebelah tangannya menopang di dagu dengan tatapan lelah. Karena merasa gemas Ben yang diam dan tak menjawab p
"Ethan, apa kau sudah bisa menebak siapa itu Neva?" Tanya Jake yang saat ini sedang memegang secangkir kopi di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya digunakan untuk memegang file berisi data keuangan bulan lalu dari toko roti yang ia miliki.Pria bermata abu abu itu menolehkan kepalanya dari komputer pada lawan bicaranya. Matanya mengerjap sebentar, merasa kabur karena terlalu lama di depan layar komputer.Begitu penglihatannya sedikit jelas, Ethan tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya. Helaan napas kasar keluar dari mulutnya."Belum. Aku belum menemukan petunjuk soal Neva," jawab Ethan dengan nada lesu.Wajah pria bermata abu-abu itu terlihat murung dan putus asa. Senyum itu begitu memuakkan di mata Jake, begitu palsu dan tidak alami.Rasanya, ia ingin memaki Ethan untuk tak tersenyum, apalagi dalam kondisi sulit seperti sekarang. Namun, melihat sinar mata sang adik yang begitu redup seolah tak memiliki semangat dan gairah hidup, Jake mengurungkan niatnya."Ah, begitu r
"Lea, aku benar benar tak mengerti kenapa kau sampai memyebutku Neva," Ivy berkata dengan nada heran bercampur bingung dengan perkataan yang terlontar dari mulut sahabatnya. Matanya mengerjap lucu selama beberapa kali dengan kepala yang dimiringkan. Jangan lupakan bibirnya yang mengerucut seperti anak bebek, membuat Ivy terlihat begitu menggemaskan dalam keadaan ini. Leanore menghela napas panjang, menyadari jika sahabatnya yang sudah memiliki dua orang anak ini tak mengerti dengan arah pembicaraan yang sedang ia bawa. Maka dari itu, Leanore merogoh sesuatu dalam sakunya, yang setidaknya bisa membuat ivy tak berkutik.Ternyata, yang dikeluarkan oleh Leanore adalah sobekan foto usang yang terlihat cukup lusuh, Ada beberapa bagian dari foto itu yang terlihat memiliki noda, namun fotonya masih bisa dilihat dengan jelas.Wanita berambut merah terang itu menatap foto itu sebentar dengan wajah sendu dan juga terluka, membuat Ivy kebingungan setengah mati mengapa sikap sahabatnya ini terl
Saat ini, Ivy dan Flora sedang duduk berhadapan satu sama lain di ruangan Jake. Kebetulan, bosnya itu meminjamkan ruangannya dengan senang hati saat mendengar jika Flora adalah tunangannya Ben.Tidak hanya mereka berdua yang ada di sini. Karena takut terjadi sesuatu, Leanore menawarkan diri untuk menemani Ivy. Entah kenapa wanita berambut merah terang itu merasa jika perasaan tak enak jika hanya meninggalkan Ivy berdua dengan wanita asing itu. Jadi, Leanore duduk di kursi lain di sudut ruangan untuk memantau rekan kerja sekaligus sahabatnya itu. Untuk si kembar, keduanya sedang berada di ruangan lain bersama dengan Jake agar tak mengganggu obrolan diantara kedua wanita ini.Suasana terasa hening diantara Flora dan Ivy. Keduanya larut dalam pikiran masing masing, saling menerka dan menilai satu sama lain. Untuk Ivy sendiri, pikirannya terasa kusut karena memikirkan banyak hal, mulai dari statusnya yang terbongkar hingga memikirkan masih
"Tentu saja aku mengenal mereka berdua. Bukankah mereka adalah Terra dan Terry, anaknya Ivy?" Kai mengernyit keningnya saat Ben menunjukkan foto Terra dan Terry yang sedang bermain air di kolam renang. Dalam foto itu, si kembar tampak begitu ceria dengan senyuman lebar yang tercetak di bibir mungil mereka.Hati Kai menghangat melihat foto itu. Rasanya, ia sangat suka melihat senyum si kembar yang sangat mirip dengan senyuman Ivy, begitu manis dan sabar candu untuk dilihat.Akan tetapi, saat dilihat lagi dengan seksama, Kai menyadari sesuatu. Dari foto itu ia bisa melihat jika fitur wajah Terry sangat mirip dengan seseorang. Kai melihat ke arah Ben yang saat ini sedang tersenyum tipis."Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Ben dengan nada datarnya yang begitu tegas dan dominan.Kai melihat ke arah Ben dan foto Terry secara bergantian selama beberapa kali. Saat di kali kelima, ia menyadari sesuatu. Fitur wajah anak Ivy s