Share

Rutinitas Wajib

Penulis: Aldra_12
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 20:48:43

Evan masih terus memagut bibir Renata. Menyesap berulang kali bibir tak bertulang milik istrinya itu. Bahkan kini mendorong pelan tubuh Renata, membuat wanita itu berbaring terlentang dengan dirinya di atas.

Mereka masih saling memagut, bahkan napas mereka terdengar memburu satu sama lain. Evan melepas pagutan bibir untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, begitu juga dengan Renata.

Renata menatap Evan dengan dada naik turun tak beraturan sebab paru-paru sempat kehabisan oksigen. Dia menatap Evan yang ada di atas tubuhnya, melihat betapa tampannya suami yang sangat dirindukan.

“Aku juga sangat merindukanmu, Re.” Evan bicara dengan napas yang tersengal, belum lagi gairah kini memuncak saat tubuh mereka saling bersentuhan.

Evan memandang Renata yang mengulas senyum. Satu tangan menyingkirkan helaian rambut yang sedikit menutup wajah Renata.

“Kalau begitu, obati rasa rindu ini agar tidak terus menyiksa dan membuatku ingin uring-uringan,” ucap Renata menyelipkan sedikit nada candaan di
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
vieta_novie
lanjoot terus sampe puas...wkwkwkwk..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Anak Kembar Sang Presdir    Kejutan yang Mengejutkan

    “Kita sebenarnya mau ke mana?” tanya Renata keheranan.Evan benar-benar mengajak Renata pergi tanpa anak-anak. Bermaksud menghabiskan waktu berdua setelah lama keduanya sibuk dengan urusan masing-masing.“Ikut saja dan lihat kejutan yang sudah aku siapkan,” jawab Evan sambil terus mengemudi.Renata menatap suaminya yang menyetir sambil tersenyum, benar-benar tidak tahu kejutan apa yang sudah disiapkan suaminya. Evan pun masih tidak mau memberitahu meski Renata memaksa, bahkan memberi alasan ke anak-anak jika mereka harus mengurus bisnis, padahal mau liburan.“Aku cemas anak-anak akan kesepian di rumah,” ucap Renata sambil memperhatikan jalan yang mereka lewati.“Ada Sandra dan Oma, sekarang mereka juga sedang senang bersama Adam. Aku yakin jika mereka tidak akan kesepian,” balas Evan santai.“Dari mana kamu tahu?” tanya Renata sambil menatap Evan dengan kepala sedikit dimiringkan.“Ya, pasti tahu. Dhira sendiri yang bilang betah di sana karena ada Adam,” jawab Evan sambil menoleh seki

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Anak Kembar Sang Presdir    Memiliki Daya Tarik

    Evan mengajak Renata masuk ke kabin kamar mereka. Saat pintu dibuka, Renata benar-benar terkejut dengan isi kamar itu.Bagaimana tidak terkejut, kamar itu dihias sedemikian rupa. Bunga bertabur di atas ranjang yang dipasang sprei putih. Lilin terapi dengan aroma lavender menyeruak di hidung tatkala baru saja menginjakkan kaki di kamar. Ada ember berisi sampanye juga hidangan yang sudah tersaji di atas meja berbentuk bulat di dekat jendela.“Kamu yang meminta untuk menyiapkan ini semua?” tanya Renata terkagum-kagum.“Tentu saja,” jawab Evan sambil mengunci pintu.Renata masih menatap takjub tak percaya, hingga merasakan dua lengan kekar melingkar di perut, bahkan Evan menyandarkan kepala di pundak Renata.“Anggap ini ganti bulan madu kita. Setelah menikah, aku belum bisa mengajakmu berlibur, jadi anggap ini gantinya, hm ….” Evan mengecup pipi Renata setelah selesai bicara.Renata tersenyum mendapat perlakuan manis dan banyak kejutan dalam sekali waktu dari Evan. Dia memeluk kedua lenga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Anak Kembar Sang Presdir    Bertemu Stef

    “Apa ada masalah? Sampai-sampai kami harus menghubungimu saat baru saja kembali?” tanya Evan sambil menatap Stef yang duduk berhadapan dengannya.“Ya, ga langsung menghubungi juga. Besok juga ga papa, aku mau menghubungi takut mengganggu, yang ada nanti terkena amukanmu,” balas Stef dengan santainya.Tentu saja ucapan Stef membuat Evan mendelik kesal. Bisa-bisanya sepupunya berkata dengan santai, sedangkan dia dan Renata sudah cemas terjadi sesuatu.“Kamu ini! Kami mencemaskanmu, tapi jawabanmu membuat kesal!” geram Evan yang hampir saja melempar serbet ke muka Stef.Renata menggenggam telapak tangan agar sabar, sungguh kakak dan adik sepupu ini kalau bertemu selalu saja bertengkar.“Aku sudah baik tidak menghubungi kalian karena tidak mau mengganggu liburan kalian. Bukankah wajar jika aku menitip pesan, karena memang ada yang ingin aku bahas. Ya, meski tidak harus langsung saat kalian baru datang juga,” ujar Stef menjelaskan.Evan benar-benar kesal dengan tingkah Stef, sepupunya itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Anak Kembar Sang Presdir    Mendatangi Keluarga Mely

    Renata dan Evan mengantar Stef di hari yang sudah ditentukan. Ternyata Stef ingin menemui keluarga ayah Mely terlebih dahulu sebelum mengajak orang tuanya ke sana.Stef hanya tidak ingin jika sampai orang tuanya terkejut, misal terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.“Apa kamu yakin ke sini tanpa Mely?” tanya Renata sedikit ragu. Dia hanya cemas jika keluarga Mely tidak berkenan.“Ya, aku hanya mengantisipasi, Re. Jika nanti orang tuanya mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak berkenan, setidaknya Mely tidak akan mendengar dan melihatnya,” jawab Stef penuh keyakinan.Apa yang dilakukan Stef sekarang bukan semata-mata tanpa dasar. Dia melakukan semua ini sebab Mely berkata hubungannya dengan keluarga sang ayah pun tidak baik-baik saja.“Ya sudah kalau kamu memang yakin ingin melakukan ini,” ujar Renata pada akhirnya.“Semoga semua berjalan dengan lancar, sesuai dengan yang diharapkan,” timpal Evan.Stef pun mengangguk, setelah mereka berdiskusi sejenak, ketiganya pun keluar dari mo

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Anak Kembar Sang Presdir    Permasalahan Masa Lalu

    “Apa menurutmu rencana Stef menikahi Mely akan berjalan mulus?” tanya Renata ketika sudah di rumah bersama Evan.“Kenapa tidak?” Evan malah heran mendengar pertanyaan renata. “Apa karena sikap keluarganya?” tanya Evan kemudian.“Ya, itu salah satunya. Entah kenapa aku merasa jika kedatangan kita ke sana tadi, akan menyebabkan masalah,” ujar Renata sambil bersandar di dada Evan.Keduanya sedang berada di kamar, duduk di atas ranjang bercengkrama bersama.“Kenapa kamu berkata seperti itu?” tanya Evan benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan Renata.“Entahlah, aku merasa tidak enak saja. Terutama karena sikap ayah Mely juga adik tirinya,” jawab Renata.Evan mengembuskan napas sedikit kasar, kemudan memeluk erat Renata.“Semoga ini hanya pikiranmu saja.”**Stef berdiri di depan kamar Mely. Dia mengetuk dua kali dan menunggu wanita itu membuka pintu.Stef belum memberitahu Mely atau orang tuanya jika baru saja menemui ayah Mely. Dia memang berencana untuk bicara dengan tena

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Anak Kembar Sang Presdir    Tamu di Perusahaan

    “Istirahatlah dan jangan memikirkan atau mencemaskan apa yang kita bicarakan tadi. Percayalah jika aku akan mengurus semuanya,” ujar Stef saat baru saja mengantar Mely ke kamar.Mely mengangguk mendengar ucapan Stef. Dia memercayai apa pun yang dikatakan dan dilakukan oleh pria itu. Bukankah sampai sekarang hidupnya terjamin karena semua keputusan yang diambil Stef.Stef mengusap lembut pipi Mely, sebelum kemudian pergi meninggalkan wanita itu.Mely memandang punggung Stef yang sedang berjalan menaiki anak tangga. Dia bersyukur dicintai pria seperti Stef yang tidak memandang status. Namun, Mely juga selalu cemas karena hidupnya tak sebaik Stef.Mely pun masuk untuk beristirahat, hingga saat baru saja menutup pintu, kembali terdengar suara ketukan pintu, membuat Mely berpikir jika Stef melupakan sesuatu.Mely membuka pintu, terkejut saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya.“Sudah mau tidur?” tanya Hellen yang menemui Mely.“Belum, Bibi.” Mely menjawab sambil menggelengkan kepala.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Anak Kembar Sang Presdir    Diminta Mengalah

    Mely turun ke lobi untuk menemui pria yang dimaksud resepsionis. Renata sendiri memilih ikut karena cemas jika sampai pria yang yang menemui Mely hendak berbuat jahat.Hingga saat baru saja menginjakkan kaki di depan ruang tunggu lobi. Renata dan Mely terkejut melihat siapa yang menunggu di sana.“Mel.” Ayah Mely berdiri menatap wanita itu.Renata memiliki firasat buruk, kenapa ayah yang tidak pernah menanyakan kabar serta memedulikan anaknya, kini malah mendatangai. Apalagi sebelumnya saat Renata datang bersama Stef dan Evan ke rumah, pria itu tampak tak acuh.“Ada apa Ayah ke sini?” tanya Mely yang terlihat waspada. Perasaannya ikut tidak enak karena kedatangan pria itu.Ayah Mely tersenyum penuh arti mendengar pertanyaan Mely, hingga tatapan pria itu tertuju ke Renata.“Apa kita bisa bicara berdua saja? Ada yang ingn Ayah bicarakan denganmu,” kata pria itu sekali lagi melirik Renata.Renata terlihat tidak senang, apalagi pria itu sangat mencurigakan.Mely menoleh Renata, tidak mung

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Anak Kembar Sang Presdir    Tidak Akan Mengalah

    Renata memantau Mely dari ruang security. Dia terus memantau, hingga mendengar apa yang dikatakan oleh ayah Mely.“Dia ini seorang ayah bukan? Bagaimana bisa mengatakan itu ke anaknya sendiri?”Renata geram sendiri, hingga memutuskan keluar dari ruang security, lantas pergi ke ruang rapat. Dia tidak akan membiarkan pria itu menekan Mely.Di ruang rapat. Mely menatap ayahnya dengan rasa tidak percaya, bagaimana bisa pria itu memintanya mengalah untuk adik tirinya. Selama ini dia cukup mengalah, hingga membuatnya menderita.“Mengalah? Ayah ingin aku mengalah?” Mely menatap kecewa ke sang ayahnya.“Apa salahnya kamu mengalah untuk adikmu?” Ayah Mely masih saja memaksa.Mely membuang napas dengan mulut, tertawa sumbang mendengar ucapan sang ayah. Jika dia dulu terus mengalah, sekarang tidak akan lagi, apalagi ini menyangkut tentang perasaan kepada pria yang mencintai dan dicintai.“Adik? Ayah bilang adik? Aku tidak punya adik yang selalu menjelekkan diriku! Aku tidak punya adik yang selal

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23

Bab terbaru

  • Anak Kembar Sang Presdir    ~Akhir~

    Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Kasih melahirkan dengan cara cesar. Kini Kasih sudah dipindah ke ruang inap, tapi bayinya masih dalam pemantauan dokter di ruangan khusus perawatan bayi. “Syukurlah semua berjalan dengan lancar,” ucap Liliana penuh kelegaan melihat Kasih baik-baik saja. “Kita akhirnya punya cucu.” Jefrine merangkul istrinya, terlihat tatapan penuh kebahagiaan di mata pria itu. Dean melihat tatapan berbeda dari sang papa ke sang mama. Tatapan yang dianggapnya sudah lenyap sejak bertahun-tahun lamanya. “Kamu sudah menghubungi ibunya Kasih?” tanya Liliana yang ingat ke besannya itu. “Sudah, Ma. Ibu bilang akan datang secepatnya naik kereta, jadi butuh waktu ke sini,” jawab Dean. “Iya ga papa, terpenting kamu sudah mengabarinya,” ujar Liliana. Renata dan Evan senang melihat kebahagiaan Dean. Akhirnya bisa melihat pria itu bisa tersenyum penuh kelegaan dan bahagia. “Kami pulang dulu, kalau nanti Kak Kasih bangun dan tanya, katakan kami akan datang besok,” ujar R

  • Anak Kembar Sang Presdir    Makan Malam Menegangkan

    “Benarkah? Ini berita yang sangat bagus.”Renata begitu senang mendengar Kasih dan Dean akhirnya berbaikan dengan Jefrine.Malam itu Kasih dan Dean mengajak makan malam Evan juga Renata, tentu saja untuk merayakan kebahagiaan keduanya yang kini sudah berbaikan dengan orang tua Dean.“Ya, kami pun tak menyangka. Kupikir bertemu dengan Papa akan membuat kami kembali bertengkar hebat. Namun, siapa sangka jika kemarin malam adalah malam yang benar-benar di luar dugaanku,” ujar Dean menjelaskan.Renata paham maksud Dean, hingga kemudian membalas, “Terkadang kita terlalu takut akan pemikiran kita sendiri. Kita merasa jika orang yang membenci kita, benar-benar akan terus membenci kita selamanya. Tapi siapa sangka jika ketakutan itu tidak benar, nyatanya papamu mau meminta maaf dulu.”“Benar, sama seperti Mama saat dulu tak suka Renata. Tiba-tiba saja datang dan meminta maaf, lalu menerima hubungan kami. Bukankah terkadang kita yang terlalu takut untuk memperbaiki kesalahan, hingga menunggu o

  • Anak Kembar Sang Presdir    Side Story

    Dean dan yang lain terkejut saat melihat siapa yang kini berdiri memandang mereka, bahkan Liliana langsung berdiri karena panik.Dean langsung memalingkan wajah, seolah tak sudi melihat pria yang kini berdiri memandang dirinya.Kasih sendiri mengalihkan pandangan ke Dean, melihat suaminya yang terlihat tidak senang dan tidak nyaman.“Kamu sudah pulang. Kupikir kamu akan pulang minggu depan,” ujar Liliana dengan wajah panik.Jefrine—ayah Dean, menatap istrinya yang sudah berdiri dengan sikap kebingungan.“Mumpung kamu di sini, ada yang ingin kubicarakan denganmu,” ujar Jefrine sambil menatap Dean.Kasih langsung memandang suaminya, terlihat jelas jika Dean benar-benar tertekan.Jefrine menunggu Dean bicara, hingga sekilas melirik ke Kasih.“Hanya sebentar,” ucap pria itu kemudian.Dean menghela napas kasar, hingga akhirnya berdiri lantas memandang ke arah Jefrine.“Aku juga merasa perlu menyelesaikan sesuatu denganmu,” ucap Dean yang tak mau bersikap sopan ke pria yang dianggapnya buru

  • Anak Kembar Sang Presdir    Side Story : Kasih-Dean

    Dean akhirnya setuju pergi makan malam ke rumah orang tuanya. Dia dan Kasih kini berada di mobil menuju rumah Liliana.Kasih menoleh Dean, melihat suaminya terlihat serius menyetir. Sebelumnya Dean tidak memberi keputusan apakah mau datang makan malam di rumah orang tuanya, tapi tiba-tiba saja sore ini Dean meminta Kasih bersiap.“De, kamu tidak apa-apa, kan? Kalau memang masih tidak bisa, kita tidak usah datang. Mama juga pasti maklum kalau dijelaskan,” ujar Kasih yang tidak tega memaksa suaminya pulang.Kasih tahu bagaimana suaminya itu berjuang melawan sang papa. Dia sendiri tidak pernah menyalahkan sikap Dean yang membenci ayahnya, semua tak terlepas dari perbuatan ayah Dean di masa lalu, yang membuat Dean memilih membenci sang ayah.Deon menoleh Kasih, melihat istrinya itu terlihat cemas.“Aku tidak apa-apa. Sejak kita menikah, aku juga belum pernah melihat Mama. Ya, aku sadar jika membenci Papa, tapi Mama tidak salah sama sekali, jadi kupikir tidak ada salahnya berkunjung, selam

  • Anak Kembar Sang Presdir    Melayani Renata Bergosip

    “Kamu benar-benar tidak apa, kan? Bagaimana calon bayi kita? Dia tidak kaget, kan?”Dean sangat mencemaskan kondisi Kasih. Bahkan kembali memastikan saat sudah sampai apartemen.“Aku baik-baik saja, De. Serius.” Kasih mencoba meyakinkan jika dirinya baik-baik saja.Dean memandang Kasih. Dia sedih karena sang istri mendapat perlakukan tidak baik berulang kali.“Apa kita pindah saja. Kita ke tempat Ibu saja,” ujar Dean. Dia tidak bisa terus menerus panik karena istrinya beberapa kali hampir celaka.Kasih terkejut mendengar ucapan Dean. Jarak rumah ibu Kasih dan kota tempat mereka tinggal cukup jauh. Kasih tidak tega jika Dean harus bolak-balik menempuh jarak yang jauh.“Tidak apa, De. Aku janji akan hati-hati lagi. Lagian aku kalau pergi pasti bersama Renata, jadi ada yang melindungiku. Tadi saja memang mengalami kejadian tak terduga, tapi serius aku baik-baik saja,” balas Kasih mencoba meyakinkan.Dean menatap sendu. Dia sibuk bekerja sampai tidak bisa menemani istrinya pergi atau seka

  • Anak Kembar Sang Presdir    Balasan untuk Kanaya

    Dean berjalan cepat menuju ke ruang guru begitu sampai di sekolah Dhira dan Dharu. Renata memang menghubungi Dean, agar pria itu bisa melindungi Kasih, serta tahu apa yang dilakukan Kanaya ke Kasih.Dean masuk ke ruang guru, lantas secepat kilat menghampiri Kasih yang duduk dengan ekspresi wajah terkejut menatapnya.“Kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka?” tanya Dean yang sangat panik. Dia mengecek tubuh sang istri apakah ada luka.“Aku baik-baik saja, De.” Kasih mencoba menenangkan istrinya.Kanaya terkejut melihat Dean di sana. Dia tidak pernah tahu jika Dean menikah dengan Kasih, karena pernikahan keduanya dilakukan secara tertutup dan hanya orang tertentu saja yang diundang.Renata melihat wajah panik Kanaya, lantas memberi isyarat ke Dean untuk menoleh ke pelaku yang mencoba menabrak Kasih.Dean menoleh ke Kanaya, tatapan tidak senang tersirat jelas dari sorot mata pria itu saat melihat Kanaya.Hingga beberapa saat kemudian, seorang pria masuk ke ruang guru, membuat semua ora

  • Anak Kembar Sang Presdir    Membalas

    Renata benar-benar geram melihat siapa yang keluar dari mobil. Sungguh tak paham dengan pemikiran seperti manusia itu.“Matamu sudah buta, hah! Ini lingkungan sekolah, bukan area balapan yang bisa kamu jadikan tempat ajang ugal-ugalan!”Renata mengamuk, membuat banyak orang akhirnya kini memperhatikan dirinya.Kasih mendekat lantas mencoba menarik Renata agar tidak terlibat masalah.“Sudah, Re. Aku juga baik-baik saja, tidak apa.” Kasih mencoba menjauhkan Renata.“Tidak bisa, Kak. Dia sengaja melakukannya!” Renata tetap saja tidak terima.Kanaya tersenyum miring melihat Renata marah, lantas melirik ke Kasih yang mencoba mengajak pergi Renata.“Tolong! Apa anaknya sekolah di sini? Apakah begini adab di dalam sekolah!” Renata berteriak keras, meminta pendapat para orang tua di sana.“Jika manusia seperti ini, berkeliaran dan ugal-ugalan di area sekolah, kemudian menabrak salah satu dari anak kalian, apa kalian akan terima?” Renata menatap satu persatu orang tua yang ada di sana.Para or

  • Anak Kembar Sang Presdir    Takut Pulang

    “Maaf ya, Re. Aku sekarang jadi sering merepotkanmu.” Kasih menatap tak enak hati karena terus meminta bantuan Renata untuk menemaninya.“Tidak apa. Seperti kayak siapa saja. Dulu aku sering sekali merepotkan Kakak, sekarang anggap saja aku sedang membalasnya,” balas Renata tidak masalah jika sering menemani Kasih.Kasih terharu mendengar balasan Renata, lantas merangkul tangan ibu tiga anak itu untuk jalan.“Kamu tidak dimarahi Bibi karena sering meninggalkan Aldric, kan?” tanya Kasih sambil berjalan.Kasih ingin jalan-jalan karena bosan di apartemen, tapi tidak berani pergi sendiri, sehingga mengajak Renata.“Bukan marah, yang ada Mama malah senang karena Aldric aku tinggalkan sama Mama. Katanya kalau aku di rumah, Aldric akan banyak bersamaku,” jawab Renata diakhiri tawa kecil.Kasih ikut tertawa mendengar jawaban Renata.“Oh ya, tapi nanti siang aku jemput anak-anak sekalian ga apa-apa, kan?” tanya Renata kemudian.“Tentu saja, aku malah senang bisa ikut menjemput mereka,” balas K

  • Anak Kembar Sang Presdir    Tidak Banjir?

    “Tampaknya Kasih hanya dekat denganmu di sini.” Renata menoleh ketika mendengar Margaret bicara. Dia melihat mertuanya itu berjalan masuk kamar menghampiri dirinya. “Iya, Ma. Karena kata Evan, Kak Kasih memang tidak memiliki teman di sini,” ujar Renata menjelaskan. Renata sedang menyusui Aldric, lantas menatap Margaret yang duduk di tepian ranjang memperhatikan dirinya. “Hm … ya, Mama jadi ingat saat pertama kali melihatnya. Dia pendiam bahkan mama lihat tidak pernah bergaul dengan mahasiswa lain,” ujar Margaret karena memang dulu pernah menyelidiki siapa Kasih, sebab Evan berkata menyukainya. Margaret tiba-tiba menatap Renata dengan cepat, hingga kemudian kembali berkata, “Kamu jangan salah paham. Mama bicara begini bukan apa-apa, hanya ingin bicara sesuatu yang mama tahu.” Renata tertawa kecil melihat mertuanya salah tingkah. Dia pun kemudian membalas, “Tenang saja, Ma. Baik aku atau Evan, sama-sama sudah menganggap itu masa lalu. Lagi pula hubungan kami baik, jadi Mama jangan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status