Home / Romansa / Anak Kembar Milik Sang Cassanova / Biar Aku yang Memberitahu

Share

Biar Aku yang Memberitahu

Author: Aksara_Lizza
last update Last Updated: 2025-03-04 14:53:38

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi setelah sekian lama menghilang dan melahirkan darah dagingku, Elena. Mereka anak-anakku, dan mereka berhak tahu siapa ayah mereka!" ucap Liam dengan suara tegas, penuh penekanan.

Mata Aleena langsung membulat, dadanya naik turun menahan gejolak emosi yang mendesak ingin meledak.

Bisa-bisanya pria itu datang begitu saja, mengklaim hak atas anak-anak yang bahkan tidak pernah diakuinya sejak dalam kandungan. Pria itu seolah lupa dengan segala kepedihan yang telah ia sebabkan.

"Kau… menginginkan mereka?" suara Aleena bergetar, setengah tak percaya. "Bukankah kau sendiri yang telah mengusirku? Kau bahkan berselingkuh dengan banyak wanita! Aku mencari tahu semuanya, Liam. Dan rupanya bukan hanya Laluna saja yang dekat denganmu, tapi banyak!"

Aleena menghela napas panjang setelah mengucapkan kata-kata itu. Dadanya terasa sesak, matanya mulai berkaca-kaca, mengingat betapa ia pernah berharap pria itu berubah, namun semua hanya harapan kosong.

Beberapa bulan lalu, ia masih berusaha mencari tahu tentang Liam, meski akhirnya ia menyerah. Tidak ada gunanya mengorek masa lalu yang hanya melukai hatinya sendiri.

Liam menghela napas panjang. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya.

"Itu hanya masa lalu, Aleena. Sekarang tidak lagi," ujarnya dingin. "Setidaknya mereka berhak tahu bahwa mereka memiliki seorang ayah. Biarkan mereka tahu, atau aku akan membawa masalah ini ke hukum!"

Aleena tersentak. "Hukum? Apa kau gila? Untuk apa kau melakukan itu, Liam? Anak-anak sudah bahagia tanpa sosok ayah di hidup mereka! Jangan pernah mengancamku seperti ini!" serunya penuh kemarahan.

Aleena tahu, Liam mungkin memiliki kekuasaan dan kekayaan, tapi ia tidak akan membiarkan anak-anaknya jatuh ke tangan pria yang bahkan dulu meminta untuk menggugurkan mereka.

Pria itu sudah kehilangan haknya sejak pertama kali ia menolak keberadaan janin yang kini tumbuh menjadi anak-anak yang luar biasa. Apakah Liam lupa dengan semua kata-katanya di masa lalu?

Tanpa pikir panjang, Aleena berbalik, meninggalkan pria itu dengan langkah tergesa-gesa. Hatinya berdegup kencang, kepalanya pening oleh berbagai pikiran yang bercampur aduk.

Ia segera masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin dengan tangan gemetar.

Begitu roda mobil mulai bergerak, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan lagi. Semua kenangan buruk kembali terputar dalam benaknya.

Rasa sakit, pengkhianatan, dan ketakutan menyatu menjadi satu, membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin. Ia tidak akan membiarkan Liam menyentuh anak-anaknya. Tidak akan pernah.

Dengan kecepatan penuh, ia melajukan mobilnya, menjauh dari pria yang telah membuatnya takut dan membawa kembali luka lama yang seharusnya sudah ia kubur dalam-dalam.

“Mommy. Apakah Paman tampan itu adalah ayah kami? Kenapa dia berkata seperti itu pada Mommy?” tanya Eve, memecah keheningan di dalam mobil yang melaju pelan di jalanan kota yang mulai diselimuti senja.

Aleena menghela napas panjang. Jemarinya menggenggam kemudi dengan lebih erat, sementara matanya sekilas melirik ke arah kedua anaknya melalui kaca spion.

Sorot mata Eve begitu penasaran, sementara Aiden, juga menatap penuh harap, seakan menunggu jawaban yang bisa menjernihkan kebingungan mereka.

“Kita bicara nanti saja, ya?” ucap Aleena dengan suara setenang mungkin, berusaha mengendalikan perasaannya yang berkecamuk.

“Tapi, Mommy. Kenapa Mommy mengatakan bahwa Ayah kami sudah di surga? Apakah dia sudah turun lagi ke dunia?” lanjut Eve, suaranya polos namun menusuk langsung ke relung hati Aleena.

Aleena terdiam. Tenggorokannya terasa kering, lidahnya kelu. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini, di mana ia harus berhadapan dengan masa lalu yang selama ini berusaha ia kubur dalam-dalam.

Bertahun-tahun ia hidup dengan keyakinan bahwa pria itu tidak akan pernah kembali, bahwa ia dan anak-anaknya bisa hidup tanpa bayangannya.

Tapi kenyataan berkata lain. Liam muncul lagi, dengan wajah penuh keyakinan dan kata-kata yang membuat benteng pertahanan Aleena nyaris runtuh.

Hatinya masih terasa perih saat mengingat bagaimana dulu pria itu dengan mudahnya menuduhnya sebagai wanita murahan.

Bagaimana ia menolak mengakui kehadiran janin di dalam rahimnya, seakan nyawa yang tengah tumbuh itu tidak memiliki arti.

Dan kini, setelah bertahun-tahun, dengan entengnya Liam mengatakan bahwa ia membutuhkan anak-anaknya. Apa pria itu sedang mabuk?

Aleena menggeleng pelan, mencoba mengusir gejolak emosinya. Ia mengarahkan mobilnya ke halaman rumah, lalu memarkirkannya. Dengan langkah cepat, ia menggandeng tangan kedua anaknya masuk ke dalam rumah.

“Sekarang waktunya tidur siang. Jangan banyak bertanya lagi atau Mommy akan mengurangi jatah jajan kalian!” ucapnya, sengaja menggunakan ancaman kecil agar kedua buah hatinya tidak terus mencecarnya dengan pertanyaan yang belum siap ia jawab.

Eve dan Aiden saling pandang, sebelum akhirnya menurut. Mereka bergegas ke kamar masing-masing tanpa protes lebih lanjut.

Begitu kedua anaknya menghilang di balik pintu kamar, Aleena menghela napas berat. Kakinya melangkah ke ruang tamu, lalu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

Kepalanya bersandar, matanya menatap langit-langit dengan pikiran yang berkelindan tanpa arah. Hatinya masih bergetar, campuran antara marah, kecewa, dan perasaan yang tak ingin ia akui.

Namun, lamunannya buyar ketika suara bel rumah tiba-tiba berdenting nyaring. Aleena terkejut. Siapa yang datang di jam seperti ini? Dengan perasaan tak enak, ia bangkit dan melangkah ke arah pintu.

Saat pintu terbuka, matanya langsung membola.

“Apa lagi yang kau inginkan, Liam? Kau mengikutiku?” tanyanya dengan nada tinggi, emosinya langsung terpancing begitu melihat sosok pria yang baru saja ingin ia lupakan.

Liam berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penuh keyakinan. Tatapannya lurus menembus mata Aleena, seakan ingin menunjukkan bahwa ia tidak main-main dengan keputusannya.

“Ya. Aku mengikutimu karena aku rasa urusan kita belum selesai,” jawabnya tegas. “Kalau kau tidak ingin memberitahu mereka tentang ayah mereka, maka biarkan aku sendiri yang memberitahu mereka!”

Related chapters

  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Janji yang Diingkari

    "Aku tidak bisa menikahimu. Jadi, jangan memintaku untuk bertanggung jawab atas kehamilanmu, Aleena."Bagai petir di siang bolong, kata-kata itu menghantam Aleena tanpa ampun.Dunianya yang semula berputar dalam keyakinan bahwa pria yang dicintainya akan bertanggung jawab, seketika runtuh menjadi kepingan yang berserakan.Napasnya tercekat, dadanya terasa sesak, seolah udara di ruangan itu tak lagi cukup untuk membuatnya bertahan.Suara Liam terdengar dingin, tanpa emosi. Seakan-akan hubungan yang mereka jalani selama ini tidak berarti apa-apa.Seakan-akan semua janji yang pernah terucap hanyalah angin lalu yang tak pernah memiliki bobot.Aleena menatap pria itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca, hatinya berteriak, menolak untuk percaya bahwa ini nyata."A—apa yang membuatmu berubah pikiran, Liam? Kau bilang kau akan menikahiku setelah tahu keberadaan bayi di perutku,” suaranya lirih, bergetar menahan luka yang mulai mengoyak.Liam hanya menatapnya datar, seolah tak tergoyahkan sedi

    Last Updated : 2025-03-03
  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Pergi Jauh dari Hidup Liam

    “Jadi, ini alasanmu batal menikahiku, Liam?" tanya Aleena dengan suara bergetar, matanya yang sendu menatap tajam ke arah pria yang pernah ia percayai sepenuh hati.Ia tak tahu lagi harus berkata apa selain itu. Rasa kecewa, marah, dan sakit hati bercampur aduk dalam dadanya.Liam tidak segera menjawab. Justru seorang wanita yang duduk di sebelahnya lebih dulu bersuara. "Apa? Menikah? Apa yang kau katakan? Memangnya kau siapa? Kenapa meminta kekasihku menikahimu?"Rentetan pertanyaan itu meluncur tajam dari bibir Laluna, wanita yang kini tengah menggandeng tangan Liam dengan posesif.Aleena menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. Ingin rasanya ia memberitahu wanita itu bahwa ia sedang mengandung anak dari pria yang kini duduk di hadapannya.Namun, sebelum ia sempat membuka mulut, Liam sudah lebih dulu bangkit dari tempat duduknya. Pria itu menghampirinya dengan ekspresi datar dan tatapan yang begitu dingin."Ya, ini alasanku tidak bisa menikahimu. Jadi, sekarang pergil

    Last Updated : 2025-03-03
  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Dua Bocah Menggemaskan

    Tujuh tahun kemudian ….Angin sore berhembus lembut, mengibarkan beberapa helai rambut Aleena yang tergerai di bahunya. Matanya berbinar penuh kehangatan saat melihat kedua buah hatinya berlari kecil mendekat dengan seragam sekolah mereka yang masih rapi. Meski lelah mengurus restoran yang telah ia bangun selama lima tahun terakhir, semua itu terbayar lunas saat mendengar celoteh ceria Aiden dan Evelyn."Bagaimana dengan hari-hari pertama sekolahnya?" tanya Aleena, suaranya lembut namun penuh rasa ingin tahu. Ia berjongkok, menyesuaikan tinggi tubuhnya dengan dua bocah yang kini berdiri di hadapannya."Seru! Teman-temanku sangat tampan semuanya, Mommy!" seru Aiden dengan mata berbinar dan ekspresi penuh semangat. Bocah kecil itu bahkan menepukkan kedua tangannya seperti seseorang yang sedang berbicara tentang hal paling menarik di dunia.Aleena langsung menyentil kening anak sulungnya dengan gemas. "Dasar centil! Apakah hanya itu yang kau ingat, hm?" tanyanya dengan nada geli.Seme

    Last Updated : 2025-03-03
  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Bertemu Kembali

    Pertanyaan yang diucapkan dengan sedih itu menusuk ke relung hati Liam, membuatnya ikut merasakan kesedihan yang entah bagaimana caranya menjalar ke dalam dirinya. Suara lirih itu seolah membawa luka yang terpendam, membuat hatinya terhimpit oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan.Liam menghela napas pelan, mencoba memahami percakapan dua bocah yang hanya bisa ia lihat puncak kepalanya dari balik meja. Dari obrolan mereka, satu hal yang bisa ia simpulkan—sang ibu telah menyembunyikan sesuatu. Sebuah kebenaran yang barangkali terlalu menyakitkan untuk diungkapkan, terutama tentang sosok ayah mereka.Saat bersamaan, tatapan Liam tertarik pada selembar foto yang jatuh di lantai, tepat di samping mejanya. Ia mengulurkan tangan, mengambilnya dengan niat baik untuk mengembalikannya pada pemiliknya. Namun, ketika tanpa sengaja ia membalik foto itu, dunianya seakan berhenti berputar.Tangannya gemetar. Napasnya tercekat.Di sana, dalam lembaran foto berukuran 4R itu, ada dua wajah yang begit

    Last Updated : 2025-03-03
  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Jangan Temui Mereka!

    Aleena awalnya tak memperhatikan siapa yang sejak tadi tengah berjongkok di antara Aiden dan Eve. Fokusnya masih tertuju pada mereka, hingga tanpa sadar pandangannya akhirnya beralih ke sosok yang sudah bertahun-tahun berusaha ia hindari. Seketika tenggorokannya tercekat, dan tubuhnya langsung panas dingin.Liam.Lelaki itu seperti tak menua walau tujuh tahun telah berlalu. Wajahnya tetap sama, hanya sedikit lebih matang dengan garis-garis halus yang hampir tak terlihat. Sorot matanya tajam, penuh kehati-hatian, seolah sedang menelanjangi pikirannya. Aleena menelan ludah dengan susah payah.Tatapan Aleena tak sengaja turun ke lengannya. Sepertinya Liam kembali menambah tato lagi. Sebuah desain baru menghiasi lengan kanan atasnya, samar terlihat dari lengan kemeja yang digulungnya. Tubuhnya pun masih setegap yang dulu, bahkan massa ototnya tampak bertambah pesat. Aleena bisa melihat perbedaan mencolok dalam penampilan Liam kali ini."Hai." Suaranya lirih, lebih seperti gumaman yang

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Biar Aku yang Memberitahu

    "Aku tidak akan membiarkanmu pergi setelah sekian lama menghilang dan melahirkan darah dagingku, Elena. Mereka anak-anakku, dan mereka berhak tahu siapa ayah mereka!" ucap Liam dengan suara tegas, penuh penekanan.Mata Aleena langsung membulat, dadanya naik turun menahan gejolak emosi yang mendesak ingin meledak. Bisa-bisanya pria itu datang begitu saja, mengklaim hak atas anak-anak yang bahkan tidak pernah diakuinya sejak dalam kandungan. Pria itu seolah lupa dengan segala kepedihan yang telah ia sebabkan."Kau… menginginkan mereka?" suara Aleena bergetar, setengah tak percaya. "Bukankah kau sendiri yang telah mengusirku? Kau bahkan berselingkuh dengan banyak wanita! Aku mencari tahu semuanya, Liam. Dan rupanya bukan hanya Laluna saja yang dekat denganmu, tapi banyak!"Aleena menghela napas panjang setelah mengucapkan kata-kata itu. Dadanya terasa sesak, matanya mulai berkaca-kaca, mengingat betapa ia pernah berharap pria itu berubah, namun semua hanya harapan kosong. Beberapa bula

  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Jangan Temui Mereka!

    Aleena awalnya tak memperhatikan siapa yang sejak tadi tengah berjongkok di antara Aiden dan Eve. Fokusnya masih tertuju pada mereka, hingga tanpa sadar pandangannya akhirnya beralih ke sosok yang sudah bertahun-tahun berusaha ia hindari. Seketika tenggorokannya tercekat, dan tubuhnya langsung panas dingin.Liam.Lelaki itu seperti tak menua walau tujuh tahun telah berlalu. Wajahnya tetap sama, hanya sedikit lebih matang dengan garis-garis halus yang hampir tak terlihat. Sorot matanya tajam, penuh kehati-hatian, seolah sedang menelanjangi pikirannya. Aleena menelan ludah dengan susah payah.Tatapan Aleena tak sengaja turun ke lengannya. Sepertinya Liam kembali menambah tato lagi. Sebuah desain baru menghiasi lengan kanan atasnya, samar terlihat dari lengan kemeja yang digulungnya. Tubuhnya pun masih setegap yang dulu, bahkan massa ototnya tampak bertambah pesat. Aleena bisa melihat perbedaan mencolok dalam penampilan Liam kali ini."Hai." Suaranya lirih, lebih seperti gumaman yang

  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Bertemu Kembali

    Pertanyaan yang diucapkan dengan sedih itu menusuk ke relung hati Liam, membuatnya ikut merasakan kesedihan yang entah bagaimana caranya menjalar ke dalam dirinya. Suara lirih itu seolah membawa luka yang terpendam, membuat hatinya terhimpit oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan.Liam menghela napas pelan, mencoba memahami percakapan dua bocah yang hanya bisa ia lihat puncak kepalanya dari balik meja. Dari obrolan mereka, satu hal yang bisa ia simpulkan—sang ibu telah menyembunyikan sesuatu. Sebuah kebenaran yang barangkali terlalu menyakitkan untuk diungkapkan, terutama tentang sosok ayah mereka.Saat bersamaan, tatapan Liam tertarik pada selembar foto yang jatuh di lantai, tepat di samping mejanya. Ia mengulurkan tangan, mengambilnya dengan niat baik untuk mengembalikannya pada pemiliknya. Namun, ketika tanpa sengaja ia membalik foto itu, dunianya seakan berhenti berputar.Tangannya gemetar. Napasnya tercekat.Di sana, dalam lembaran foto berukuran 4R itu, ada dua wajah yang begit

  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Dua Bocah Menggemaskan

    Tujuh tahun kemudian ….Angin sore berhembus lembut, mengibarkan beberapa helai rambut Aleena yang tergerai di bahunya. Matanya berbinar penuh kehangatan saat melihat kedua buah hatinya berlari kecil mendekat dengan seragam sekolah mereka yang masih rapi. Meski lelah mengurus restoran yang telah ia bangun selama lima tahun terakhir, semua itu terbayar lunas saat mendengar celoteh ceria Aiden dan Evelyn."Bagaimana dengan hari-hari pertama sekolahnya?" tanya Aleena, suaranya lembut namun penuh rasa ingin tahu. Ia berjongkok, menyesuaikan tinggi tubuhnya dengan dua bocah yang kini berdiri di hadapannya."Seru! Teman-temanku sangat tampan semuanya, Mommy!" seru Aiden dengan mata berbinar dan ekspresi penuh semangat. Bocah kecil itu bahkan menepukkan kedua tangannya seperti seseorang yang sedang berbicara tentang hal paling menarik di dunia.Aleena langsung menyentil kening anak sulungnya dengan gemas. "Dasar centil! Apakah hanya itu yang kau ingat, hm?" tanyanya dengan nada geli.Seme

  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Pergi Jauh dari Hidup Liam

    “Jadi, ini alasanmu batal menikahiku, Liam?" tanya Aleena dengan suara bergetar, matanya yang sendu menatap tajam ke arah pria yang pernah ia percayai sepenuh hati.Ia tak tahu lagi harus berkata apa selain itu. Rasa kecewa, marah, dan sakit hati bercampur aduk dalam dadanya.Liam tidak segera menjawab. Justru seorang wanita yang duduk di sebelahnya lebih dulu bersuara. "Apa? Menikah? Apa yang kau katakan? Memangnya kau siapa? Kenapa meminta kekasihku menikahimu?"Rentetan pertanyaan itu meluncur tajam dari bibir Laluna, wanita yang kini tengah menggandeng tangan Liam dengan posesif.Aleena menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. Ingin rasanya ia memberitahu wanita itu bahwa ia sedang mengandung anak dari pria yang kini duduk di hadapannya.Namun, sebelum ia sempat membuka mulut, Liam sudah lebih dulu bangkit dari tempat duduknya. Pria itu menghampirinya dengan ekspresi datar dan tatapan yang begitu dingin."Ya, ini alasanku tidak bisa menikahimu. Jadi, sekarang pergil

  • Anak Kembar Milik Sang Cassanova   Janji yang Diingkari

    "Aku tidak bisa menikahimu. Jadi, jangan memintaku untuk bertanggung jawab atas kehamilanmu, Aleena."Bagai petir di siang bolong, kata-kata itu menghantam Aleena tanpa ampun.Dunianya yang semula berputar dalam keyakinan bahwa pria yang dicintainya akan bertanggung jawab, seketika runtuh menjadi kepingan yang berserakan.Napasnya tercekat, dadanya terasa sesak, seolah udara di ruangan itu tak lagi cukup untuk membuatnya bertahan.Suara Liam terdengar dingin, tanpa emosi. Seakan-akan hubungan yang mereka jalani selama ini tidak berarti apa-apa.Seakan-akan semua janji yang pernah terucap hanyalah angin lalu yang tak pernah memiliki bobot.Aleena menatap pria itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca, hatinya berteriak, menolak untuk percaya bahwa ini nyata."A—apa yang membuatmu berubah pikiran, Liam? Kau bilang kau akan menikahiku setelah tahu keberadaan bayi di perutku,” suaranya lirih, bergetar menahan luka yang mulai mengoyak.Liam hanya menatapnya datar, seolah tak tergoyahkan sedi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status