“Uhuk, uhuk!” Caden terbatuk beberapa kali, lalu mulai mengusap dadanya dengan kening berkerut. Dia terlihat sangat menderita.“Papa!” Begitu melihat keadaan Caden, Rayden buru-buru berlari menghampirinya. Kemudian, dia berjongkok di sisi Caden dan mengusap dada Caden sambil bertanya, “Papa, kamu kenapa? Apa kamu merasa nggak enak badan?”Rayden merasa sangat marah terhadap Caden karena Caden sudah melukai perasaan Naomi malam ini. Selain itu, Rayden juga merasa kesal karena Caden begitu bodoh hingga tidak tahu bahwa Naomi adalah wanita yang dicarinya selama ini, juga berulang kali melukai Naomi dan membuatnya menangis. Namun, Rayden tetap mencintai Caden dengan tulus. Dia memang tidak pandai mengutarakan perasaannya, tetapi dia tahu dengan jelas siapa yang bersikap baik terhadapnya. Melihat Caden yang begitu menderita, dia pun merasa sangat khawatir.Di sisi lain, Naomi benar-benar tidak ingin peduli pada pria berengsek itu. Namun, yang akan merasa tersiksa jika dia mengabaikan Caden
Naomi tidak berani mengungkit tentang ibunya Rayden karena khawatir Rayden akan merasa sedih. Namun, Rayden malah menatap Naomi dengan penuh arti dan berkata, “Seharusnya dia rindu pada Mama.”“Emm.”Rayden bertanya, “Kalau kamu itu mama kandungku, apa kamu akan memaafkannya?”Naomi tidak pernah memikirkan hal ini. Namun, dia sendiri tidak pernah berpikir untuk memaafkan Caden. Hanya saja, dia tidak mungkin berkata jujur pada Rayden. Bagaimanapun juga, Rayden selalu berharap ayah dan ibunya bisa bersama. Jika dia menjawab dirinya tidak bisa memaafkan Caden, Rayden pasti merasa sedih.Naomi pun menjelaskan, “Cara orang menanggapi masalah dan pola pikir setiap orang berbeda. Jadi, aku nggak bisa menggantikan mamamu untuk menjawab pertanyaan ini.”Rayden masih tidak menyerah dan berkata, “Aku mau dengar pendapatmu jujur. Kamu nggak usah berpikir dari sudut pandang mamaku.”Setelah ragu sejenak, Naomi bertanya, “Rayden, apa kamu tahu apa yang sudah dilakukan papamu terhadap mamamu?”“Emm!”
Naomi pun tercengang dan tidak berani bergerak. Dia menatap Caden dengan penuh waspada. Namun, Caden hanya mencengkeram lengannya dan mengerutkan keningnya sejenak. Naomi pun mengambil handuk itu dengan tangannya yang lain dan mencoba untuk menyeka wajah Caden lagi. Sesuai dugaan, sebelum dia sempat menyentuh wajah Caden, Caden langsung menepis tangannya dalam keadaan mata terpejam. Hanya saja, kerutan di keningnya bertambah dalam untuk menunjukkan kekesalannya.Naomi memelototi Caden dengan marah .... Apa alam bawah sadar pria bajingan ini melarang dirinya menyentuhnya? Cih! Memangnya Naomi ingin menyentuh pria bajingan ini? Jika bukan demi Rayden, dia tidak mungkin peduli pada Caden! Dia sudah menahan kekesalannya dan berbaik hati menyeka wajah Caden, tetapi Caden malah merasa keberatan. Huh! Jika begitu, biarkan saja Caden tidur dalam keadaan kotor!Naomi pada dasarnya memang tidak ingin peduli pada Caden. Setelah menepis tangan Caden, dia pun membawa handuk itu kembali ke kamar m
Setelah sesaat, Caden mengalihkan pandangannya dan membuang gelasnya ke wastafel. Kemudian, dia berjalan ke arah kloset untuk buang air kecil.Saat melihat Caden membuka ikat pinggangnya, wajah Naomi langsung memerah karena malu. Berhubung terlalu terkejut, kaus kaki di tangannya juga jatuh ke lantai. Namun, dia tidak lagi peduli pada kaus kaki itu dan buru-buru berlari keluar dari kamar mandi.“Siapa itu?” Saat mendengar suara dari belakangnya, Caden ingin mengejar Naomi, tetapi malah tersandung.Rayden berjalan keluar dari kamarnya lagi dan berdiri di depan kamar sambil bertanya, “Mama, ada apa?”Naomi menjawab dengan malu, “Papamu lagi buang air kecil di kamar mandi.”“Apa dia terjatuh?” tanya Rayden sambil berjalan ke arah kamar mandi.Alhasil, Caden memang jatuh karena sudah mabuk berat. Saat ini, tubuhnya sangat lemas dan tidak bertenaga. Rayden pun berlari ke arahnya, lalu memapahnya sambil berseru, “Papa!”Caden mengelus wajah Rayden dan berkata, “Ternyata Rayden, ya!”“Iya, in
Di sisi lain, Caden merasa sangat gembira. Dia menatap Rayden dengan tatapan mabuk dan tersenyum berseri-seri, seperti seorang anak yang telah mendapatkan sebutir permen.Naomi pun menatap Caden dengan perasaan campur aduk .... Ini adalah pertama kalinya dia melihat Caden yang sama sekali tidak menutupi perasaannya. Saat ini, Caden terlihat bagaikan seorang anak kecil, sedangkan Rayden lebih mirip dengan ayahnya.Ada yang pernah mengatakan bahwa dalam hati setiap pria dewasa, selalu tersembunyi kepolosan seorang anak. Kepolosan ini jarang muncul karena berbagai tekanan hidup. Namun, saat bertemu dengan orang atau masalah tertentu yang bisa membuatnya mengesampingkan semua harga dirinya, kepolosannya ini akan muncul sehingga dia bertindak layaknya seorang anak kecil. Selain menunjukkan sisi terlemahnya, dia mungkin akan bermanja-manja atau mengutarakan apa yang tersembunyi dalam hatinya selama ini.Sesuai dugaan, pada detik selanjutnya, Caden tiba-tiba bertanya dengan hati-hati, “Rayde
“Rayden, apa kamu nggak bisa tidur?” tanya Naomi. Melihat Rayden yang keluar dari kamar dengan wajah segar, dia tahu bahwa Rayden sama sekali belum tidur dari tadi.Rayden tidak mengangguk maupun menggeleng. Hari ini, sudah terjadi banyak hal. Baru saja dia menemukan ibunya, ayahnya yang bodoh itu malah membuat ibunya menangis. Baru saja ibunya merasa lebih baik, ayahnya malah membuat dirinya mabuk karena merasa sedih ....Rayden merasa kasihan pada ibunya, tetapi juga khawatir pada ayahnya. Intinya, beban pikirannya lumayan banyak.Naomi menatap Rayden dengan khawatir, lalu menariknya masuk ke kamar dan menyuruhnya untuk berbaring. Dia memberikan pengobatan akupunktur pada Rayden agar Rayden bisa tidur. Bagaimanapun juga, Rayden masih berada dalam masa pertumbuhan dan tidak boleh bergadang.Sebelum tidur, Rayden menatap Naomi dan berkata, “Mama, Papa sebenarnya sangat kasihan.”“Hmm?”“Orang yang mencintainya sangat sedikit, sedangkan yang ingin mencelakainya malah begitu banyak. Sela
Naomi merasa sangat terkejut hingga jantungnya berdebar kencang. Jika bukan karena mencium bau alkohol yang berat dan mengetahui itu adalah Caden, dia pasti akan merasa ketakutan.“Ngapain kamu?” seru Naomi sambil mendorong Caden secara refleks.“Gubrak!” Begitu didorong oleh Naomi, Caden langsung jatuh ke lantai. Naomi pun tercengang. Apa-apaan ini? Dia hanya mendorong Caden dengan ringan, tetapi Caden langsung jatuh? Dia jelas-jelas hanya menggunakan sebuah jari! Jika bukan karena mengetahui kekuatannya sendiri, dia mungkin mengira dirinya adalah seorang ahli bela diri yang hebat.Naomi buru-buru menyalakan lampu, lalu memeriksa apakah Caden terluka. Setelah memastikan Caden tidak terluka, dia baru diam-diam merasa lega. Jika terjadi sesuatu pada Caden, dia pasti harus bertanggung jawab. Jadi, wajar saja dia merasa khawatir.“Woi, bangun! Tidur di tempat tidur sana!”Melihat Caden yang masih belum sepenuhnya kehilangan kesadaran, Naomi buru-buru memapahnya untuk berdiri, lalu berjal
Naomi memalingkan wajahnya dan bergumam dalam hati, ‘Wow, apa ini sesuatu yang dapat kulihat secara gratis?’Namun, Naomi juga tidak dapat menahan diri dan melirik Caden lagi. Dia tidak perlu membayar untuk menyaksikan pertunjukan ini. Kenapa dia tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan baik? Dia bahkan juga berseru dalam hati, ‘Buka! Buka! Habis buka, pakai balik pakaianmu, lalu buka lagi ....’ Gerakan Caden saat membuka baju sangat elegan. Naomi merasa gerakan Caden saat mengenakan baju seharusnya juga sangat menggoda. Untuk sesaat, dia pun tidak berhenti mengalihkan pandangannya dari jendela ke Caden, lalu dari Caden ke jendela lagi. Seluruh wajahnya sudah semerah tomat.Hingga Caden melepaskan tali pinggangnya dan menunjukkan celana dalam berwarna biru tua, Naomi baru buru-buru berbalik dan berlari keluar. Dia mengunci diri dalam kamar mandi dan menatap wajahnya yang merah sambil terengah-engah. Malam ini, dia memang agak mesum!Naomi menggenggam pipinya dengan kedua tangan, lalu
Caden masih tidak bisa menebaknya. Dia pun terlebih dahulu menghibur Naomi, “Nenek mungkin terkejut karena nggak nyangka ada orang yang mampu meneliti virus sehebat ini.”Naomi mengedip-ngedipkan matanya. “Hmm ... benar juga.”Caden mencubit pipi Naomi dengan berpura-pura tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan lagi. Intinya, Nenek yang punya cara untuk kendalikan virus ini adalah hal baik!”“Emm! Benar!”“Cepat tidur. Aku mau mandi dulu.”Setelah membaringkan Naomi, Caden mengecup dahi Naomi lagi sebelum berjalan ke kamar mandi. Begitu keluar dari jangkauan pandang Naomi, ekspresinya langsung berubah ....Ada sebuah pemikiran baru yang melintasi benak Caden. Apa mungkin Nenek memiliki hubungan dengan orang misterius? Yang menyebarkan virus ini adalah orang misterius. Sementara itu, Nenek jelas mengetahui keberadaan virus ini. Nenek dan orang misterius ....Apa mungkin Caden yang berpikir kejauhan? Atau Nenek dan orang misterius memang saling mengenal dari dulu? Apa mereka pernah berint
“Kalau mereka mampu menghasilkan virus ini, aku pasti dapat informasinya. Caden, jujurlah pada Nenek. Kamu sengaja menutupi masalah mengenai virus dari Naomi atau kamu memang juga nggak tahu?”Setelah terdiam sejenak, Caden menjawab dengan jujur, “Aku sengaja menutupinya dari Naomi. Soalnya, virus ini berkaitan dengan seseorang yang sangat berbahaya. Aku takut dia khawatir, makanya aku nggak bilang.”“Leon cuma mitra kerja orang itu karena perusahaan Leon sedang naik daun dan punya prospek bagus. Memang benar Leon berpikiran untuk menyebarkan virus, lalu menjual obat penawarnya demi mendapat keuntungan. Tapi, aku masih belum tahu apa tujuan orang itu. Aku nggak tahu apa dia cuma mau dapat keuntungan atau punya motif lain.”Nenek mengernyit dan diam-diam menghela napas. Dia tidak terlihat terlalu terkejut. Sebelum Caden menceritakan semua ini, dia sudah bisa menebak garis besarnya. “Siapa orang itu?”Caden menjawab dengan jujur, “Aku mencurigai seseorang, tapi masih belum ada bukti yang
Entah apa yang ditemukan Nenek, ekspresinya sontak berubah drastis. Dia mengamati sampel virus itu untuk sesaat dengan kening berkerut, lalu buru-buru membaca data yang dibawa datang Naomi. Semakin membacanya, kerutan di keningnya makin dalam.Begitu melihat ekspresinya, Naomi bisa menebak bahwa masalah ini tidaklah sederhana. Dia pun bertanya dengan cemas, “Nenek, ada apa?”Nenek terdiam sejenak, lalu balik bertanya, “Naomi, dari mana datangnya virus ini?”Naomi tertegun sejenak. Tadi, dia sudah memberi tahu Nenek mengenai hal itu. Kenapa Nenek bertanya lagi? Naomi pun mengulangi jawaban yang sama.“Suami berengsek sahabatku membuka sebuah perusahaan farmasi. Sampel virus dan obat penawar ini berasal dari sana.”“Siapa namanya?”“Leon.”“Leon?” Nenek pun mengerutkan kening dan tenggelam dalam pikirannya. Setelah sesaat, dia bertanya, “Apa nama perusahaannya?”“Perusahaan Farmasi Sehat.”“Aku nggak pernah dengar. Itu perusahaan baru?”“Emm, perusahaan itu masih belum resmi berjalan. Ta
Sampai kembang apinya selesai, Caden baru berhenti mencium Naomi. Suami istri itu saling berpelukan untuk menenangkan diri, lalu baru tertawa dan berjalan masuk ke kabin. Sembari berjalan, mereka juga mengobrol.“Gimana keadaan bajingan-bajingan itu sekarang?”“Mereka lagi ketakutan. Semuanya berjalan sesuai rencana.”Naomi tidak mengetahui secara spesifik mengenai rencana Caden, dia pun bertanya lagi, “Kamu yakin nggak akan terjadi kesalahan?”“Yakin. Kamu tenang saja.”“Oh iya, Kakek Kedua sudah ketemu sama orang itu? Orang yang wajahnya dipenuhi luka itu.”“Emm. Kakek Kedua yang kasih tahu kamu?”“Nggak. Aku lihat sikap Kakek Kedua waktu balik agak aneh. Dia juga nggak berhenti pura-pura ceria. Apa hubungan Kakek Kedua dengan orang itu?”“Mereka itu saudara seperguruan Ada sedikit dendam di antara mereka, tapi semuanya sudah berakhir. Kamu sudah kasih tahu Nenek tentang masalah virus?” Caden berbohong dan langsung mengalihkan topik pembicaraan. Dendam di antara Kakek Kedua dan mast
Ekspresi Caden langsung melembut. “Kenapa kamu keluar dengan berpakaian setipis itu? Nggak dingin?”“Nggak.” Naomi datang untuk menengahi situasinya. Dia merangkul lengan Caden, lalu menoleh ke arah dua pria tua itu dan berkata dengan nada manja, “Kakek Ketiga, Kakek Kelima, bukannya kalian sudah tahu kebenaran tentang apa yang terjadi dulu? Kalian juga bilang nggak akan mempermasalahkannya lagi. Jangan takut-takuti dia lagi.”Kakek Ketiga dan Kakek Kelima saling memandang, lalu mengejek diri sendiri, “Apa ini termasuk anak gadis yang sudah besar nggak bisa diharapkan lagi?”Naomi langsung menyahut, “Nggak! Nggak! Cintaku terhadap Kakek dan Nenek sama banyaknya dengan cintaku terhadapnya!”Kakek Ketiga dan Kakek Kelima pun tertawa terbahak-bahak. “Iya, kami akan patuhi keinginan Naomi. Sudah, jangan ungkit masalah ini lagi. Ayo pulang! Sudah waktunya makan!”Kedua pria tua itu terlebih dahulu berjalan pergi, sedangkan Caden masih diam di tempat. Naomi menarik lengannya dan berkata, “Ay
Setelah bertemu Putih, Caden merasa makin yakin lagi. Putih keluar untuk mencari orang. Ia tentu saja baru akan pulang setelah menemukan orangnya. Sementara itu, Kakek Pertama dan Kakek Keempat sedang tidak berada di hutan. Caden sudah bertemu dengan Kakek Kedua. Jadi, kedua pria tua ini pasti adalah Kakek Ketiga dan Kakek Kelima.Kedua pria tua itu mengamati Caden untuk sesaat.“Dia kelihatan kayak orang yang hebat.”“Sayangnya, dia juga yang membuat Naomi hidup menderita dulu.”Caden pun tidak bisa berkata-kata. Beberapa orang tua ini menganggap Naomi sebagai cucu kandung mereka dan memiliki kesan yang buruk terhadapnya. Seberapa besar kasih sayang mereka terhadap Naomi, seberapa besar pula kesan buruk mereka terhadap Caden.Bagaimanapun juga, tidak peduli apa pun alasannya, seluruh penderitaan dan bahaya yang menimpa Naomi serta anak-anak berkaitan dengan Caden. Ancaman Nenek, serangan Kakek Kedua tanpa belas kasihan, ranjau darat yang “dihadiahkan” Kakek Ketiga dan Kakek Kelima ada
Setelah berpikir sejenak, Caden pun kembali ke kabin seorang diri.Di kejauhan, perburuan di hutan masih belum berakhir. Berhubung jaraknya jauh, Caden tidak mendengar jeritan orang. Namun, dia bisa mendengar auman binatang buas yang samar. Saat ini, dari 50 pemburu ilegal, yang masih hidup hanyalah 22 orang.Caden melirik angka pada jam tangan pintar tanpa terkejut atau merasa iba. Dia beralih layar, lalu mengikuti petunjuk navigasi untuk pulang ke rumah.Rumah para kakek terdiri dari 8 bangunan kecil. Setiap bangunan terbuat dari kayu dan memiliki 2 tingkat. Modelnya juga pada dasarnya sama. Keenam orang tua menempati masing-masing satu bangunan, Naomi dan anak-anak menempati satu bangunan, dan bangunan yang satu lagi dijadikan sebagai gudang. Gudang itu menyimpan makanan dan kebutuhan hidup sehari-hari semua orang.Kedelapan bangunan itu berdiri bersebelahan dan membentuk lingkaran. Di luar bangunan, tidak ada tembok yang tinggi, hanya ada pagar bambu yang tingginya semeter. Pagar i
“Aku benar-benar nggak berdaya. Jadi, aku beri tahu dia, di saat dia bisa mengalahkanku, aku akan kasih tahu dia siapa pelaku pembunuh ibunya dan membawanya pergi balas dendam bersama. Dia percaya pada ucapanku dan berlatih bela diri dengan sangat rajin. Seolah-olah, tujuan hidupnya hanya itu. Tapi ....”Kakek Kedua memandang ke kejauhan dan menghela napas panjang lagi.“Sebenarnya, sampai sekarang, aku juga masih belum temukan siapa pelakunya. Aku nggak berhenti selidiki hal ini, tapi mereka sama sekali nggak tinggalkan petunjuk apa pun. Kalau bahkan aku juga nggak bisa menyelidikinya, dia juga lebih nggak mungkin bisa menyelidikinya.”“Jadi, aku hanya bisa bersembunyi dan menolak untuk menemuinya. Aku nggak tahu siapa pelaku pembunuh ibunya. Aku pun nggak bisa membiarkannya menang. Tapi, begitu kalah, dia akan merasa sangat sedih dan marah. Haih ....”Caden dan Hayden hanya mendengar cerita Kakek Kedua dalam diam. Setelah sesaat, Caden baru berkata, “Kakek sudah memalsukan kematian
Ketika berbicara, Kakek Kedua terlihat menyesal dan merasa bersalah.“Aku memang berhasil balas dendam, juga memopulerkan nama guruku. Aku bahkan membawakan kehormatan bagi negara. Tapi, caraku balas dendam terlalu arogan. Orang yang nggak bisa mengalahkanku pun mulai berniat buruk.”“Mereka pakai cara yang sangat kejam untuk bunuh istri guruku, juga mengancamku dengan nyawa adik seperguruanku. Mereka paksa aku untuk melakukan pertarungan curang, juga menyuruhku untuk sengaja kalah dari para ahli bela diri luar negeri supaya bisa mengembalikan harga diri negara mereka. Kalau aku menolak, mereka mau aku bunuh diri. Kalau nggak, mereka akan bunuh adik seperguruanku.”“Para penculik itu juga membiarkanku melakukan panggilan video dengan adik seperguruanku. Adik seperguruanku sangat sedih dan sudah putus asa karena kematian ibunya. Dia menatapku dan menyuruhku untuk balas dendam dengan penuh amarah. Dia mau aku balaskan dendam ibunya dan nggak usah peduli padanya.”“Setelah guruku meningga