Namun setelah Braden menyelidiki beberapa saat, dia masih tidak menemukan petunjuk apa pun. Kedua kakek buyut itu bagai telah menghilang dari peredaran saja ….Sesuai logika, Kakek Buyut Keempat adalah peretas. Wajar kalau kesulitan untuk menyelidikinya. Namun, Braden tahu dengan identitas Kakek Buyut Pertama. Kenapa dia tidak berhasil menemukan informasi apa pun mengenainya?Nenek Buyut berkata, Kakek Buyut Pertama ada sedikit urusan keluarga. Dia butuh bantuan Kakek Buyut Keempat. Itulah sebabnya dia mengajak Kakek Buyut Keempat untuk menuruni gunung bersama. Hanya saja, setelah menyelidiki keluarganya Kakek Buyut Pertama, tidak ditemukan telah terjadi sesuatu, juga tidak ditemukan jejak Kakek Buyut Pertama pernah pulang ke rumah.Braden mengerutkan keningnya. Dia duduk di depan laptop dengan terdiam dalam waktu lama. Saat kedengaran suara dari luar pintu, Braden baru menghela napas panjang, menutup laptop, lalu pergi membasuh tubuhnya.…Pada pukul 8 pagi, Joseph dan Maria membawa a
Braden dan Rayden mengerutkan kening mereka. Mereka kelihatan sangat tidak tenang!Virus generasi ke-8 pada dasarnya berbahaya. Ditambah lagi dengan adanya pantauan orang misterius yang sedang bersembunyi. Sekarang virus belum ditemukan, jadi semuanya terasa sangat tenang. Namun begitu virus ditemukan, sepertinya kondisi akan menjadi kacau balau!Mereka mencintai ibu mereka, juga mencintai ayah mereka. Mereka pun tidak bersedia melihat terjadi sesuatu dengan ayah!Caden setengah berjongkok. Dia menatap kedua bersaudara dengan tersenyum manja. “Papa janji sama kalian, aku pasti nggak akan terluka! Melindungi diri sendiri itu nomor 1, sedangkan mencari virus itu nomor 2.”Mereka bertiga saling bertukar pandang selama beberapa menit. Braden dan Rayden masuk ke dalam pelukan Caden.“Kamu mesti selamat!”“Jangan sampai terluka!”Caden memeluk kedua anak. Dia sungguh merasa bersyukur. Rasa suka sang istri dan perhatian anak-anak. Sepertinya Caden tergolong orang beruntung.“Papa janji sama k
Ciuman berakhir. Mereka berdua kelihatan terengah-engah.Ujung mata Naomi kelihatan memerah. “Selama nggak ada kami di sisimu, kamu mesti jaga dirimu dengan baik.”Caden membalas, “Aku mengerti.”Naomi berpesan, “Kamu mesti makan dengan teratur.”Caden menjawab, “Oke.”Naomi berpesan lagi, “Malam hari juga mesti tidur dengan baik.”Caden membalas lagi, “Oke.”Apa pun yang dikatakan Naomi, Caden selalu mengangguk dan mengatakan “oke”. Sembari berbicara, mata Naomi sedikit basah. Sekarang dia sangat amat mencintai Caden!Ketika kepikiran akan segera berpisah dan tidak bisa melihatnya malam ini, Naomi malah ingin menangis. Padahal mereka hanya berpisah selama 7 hari saja!Naomi sungguh kesal dengan dirinya yang manja itu. Dia memalingkan kepalanya untuk menyeka air mata, lalu berkata, “Ayo, pergi. Papa, Mama, dan anak-anak lagi tunggu di bawah.”Caden menarik Naomi ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat. “Aku akan selalu merindukanmu, merindukanmu setiap saat.”Hati Naomi terasa hang
Dengan adanya budi dan juga hubungan persahabatan, Steven saja bersedia mati demi Caden, mana mungkin akan mengkhianatinya?Kecuali Caden berjalan ke jalur yang salah, melanggar kebenaran!Caden bertanya, “Seandainya aku nggak mengecewakanmu, ‘kan?”Steven menjawab, “Lebih nggak mungkin lagi untuk mengecewakanmu.”Kening Caden sedikit berkerut ketika melihat ke luar jendela. Dia bergumam, “Iya, aku saja nggak mengecewakanmu, kenapa kamu bisa mengkhianatiku?”Steven paling memahami Caden. Dia menatap Caden dengan penuh sakit hati. Dia sedang bertanya soal orang misterius ….Steven berpikir sejenak, lalu berkata, “Kalau nggak pernah mengecewakan, malah mengkhianatimu, hal itu menunjukkan bahwa orang itu memang jahat sejak lahir. Hanya saja biasanya dia menyembunyikan dengan sangat dalam, jadi memberikan kesan palsu bahwa dia adalah orang baik.”“Contohnya seperti hubungan petani dengan ular. Nggak peduli betapa baiknya petani memperlakukan ular, ular tetap akan menggigitnya! Ada orang ya
Setelah sejam kemudian, mereka tiba di rumah senior.Senior itu bernama Tosca. Dia adalah penduduk asli Kota Amari. Tahun ini, dia sudah berusia 71 tahun. Tubuhnya kurus kering dengan uban di kepalanya. Meskipun demikian, dia masih kelihatan bersemangat, kondisinya sangat bagus.Ketika melihat Caden, Tosca langsung menyapanya, “Halo, apa kamu itu Pak Caden?”Caden membalas dengan sopan, “Halo, namaku Caden.”“Halo, halo, selamat datang ke Kota Amari. Selamat datang ke rumahku.”Tosca bersalaman dengan Caden sembari tersenyum. Caden juga membalasnya. Tangan Tosca agak bertenaga. Tiba-tiba dia menyadari sesuatu, dia pun melihat Caden dengan ekspresi kaget.Ekspresi Caden kelihatan lembut. Dia menatap Tosca tanpa berekspresi.Beberapa saat kemudian, Tosca melepaskan tangan Caden. Raut wajahnya berubah normal. Dia memanggil mereka ke dalam rumah. “Ayo, kita bicarakan di dalam rumah. Aku sudah seduh teh untuk kalian.”Caden melihat ke sisi Steven. Setelah berinteraksi mata sekilas, mereka m
“Kalau waktu itu dia nggak melukaiku dengan menggunakan senjata rahasia, aku pasti sudah menang! Tapi aku nggak tahu di mana dia menyembunyikan senjata rahasia itu? Aku juga nggak tahu bagaimana mewaspadainya? Seharusnya aku nggak bisa membantumu.”Caden berkata, “Kamu pasti familier dengan jurus Raffi.”Tosca segera berkata, “Aku familier! Waktu itu, aku nggak tahan melihat dia yang begitu menjunjung tinggi Negara Amuriko. Jadi, aku pun ingin mengalahkan mereka! Oleh sebab itu, aku banyak melakukan penelitian.”“Kalau begitu, kamu bisa membantuku agar aku memahami jurus mereka untuk berwaspada. Dengan begitu, aku baru bisa menang.”Tosca mengangguk. “Kalau benar aku bisa membantumu, aku pasti akan membantumu. Mengalahkan Raffi adalah impianku! Sekarang aku masih nggak terima nggak bisa naik ke atas pentas untuk berkelahi dengannya!”Caden berkata, “Kalau 3 bulan kemudian, kamu ingin pergi ke lokasi, aku akan atur orang untuk membawamu ke sana.”Begitu Tosca mendengar, kedua matanya sp
Setelah pemimpin setempat meninggalkan tempat, Steven segera bertanya, “Kak Caden, aku melihat Pak Tosca agak aneh ketika bersalaman sama kamu. Apa dia menyadari sesuatu?”Caden menjawab dengan tenang, “Dia menyadari aku lebih hebat daripada dia. Dia juga sudah menebak aku datang bukan demi belajar.”Steven merasa panik. “Bagaimana kamu menjelaskannya?”“Aku nggak berterus terang. Aku sudah berhasil mengelabuinya.”Caden tidak berterus terang demi tidak membocorkan masalah. Lagi pula, terkadang akan semakin berbahaya kalau mengetahui terlalu banyak. Jadi, alangkah baiknya Tosca tidak mengetahuinya.Steven menghela napas panjang. “Dia bisa menyadari kemampuan seni bela dirimu lebih bagus daripada dia. Itu berarti dia benar-benar menguasai seni bela diri.”Seseorang yang tidak memahami teknik seni bela diri tidak mungkin bisa mengetahui kemampuan lawannya hanya dengan bersalaman tangan dengannya.Steven berkata lagi, “Hari ini aku ikut pemimpin setempat untuk keliling rumah setiap pendud
Naomi berkata, “Jayden tinggal di rumah sakit buat menemui kakak dan kakeknya.”“Apa … Mia baik-baik saja?”Naomi mengerutkan keningnya sembari menggeleng. “Nggak terlalu baik. Entah dia bisa bertahan sampai musim semi tahun depan, nggak? Dia itu mengidap penyakit bawaan yang nggak bisa disembuhkan, nggak bisa diobati lagi.”“Apa bisa pindah ke rumah sakit lain?”“Pindah sih bisa. Hanya saja, Mia nggak ingin pindah rumah sakit. Hubungannya cukup dekat dengan Yuna. Berhubung Yuna berada di Kota Lokin, dia juga ingin tinggal di Kota Lokin.”Caden menghela napas. “Setiap orang memiliki takdirnya masing-masing. Ada yang terlahir untuk menikmati hidupnya. Ada juga yang ditakdirkan untuk hidup menderita. Semoga dia bisa hidup bahagia di kehidupan barunya.”Seumur hidup ini, hidup Mia boleh dikatakan tidak baik. Naomi juga menghela napas panjang. Setiap orang memang memiliki takdirnya masing-masing. Ada beberapa orang bisa melanjutkan hidupnya, tapi ada juga yang memilih untuk mengakhiri hid
[ Astaga, apa kalian berdua benar-benar telah jadian? ]Kepala Camila berdengung. Dia tidak membalas pesan, melainkan memalingkan kepala untuk membelalaki Dylan. “Apa kamu gila! Apa aku pulang demi kamu? Aku pulang karena Bibi Lyana dan Paman Kevin! Lagi pula ….”Dylan memotongnya, “Bukannya sama saja pulang demi orang tuaku dengan pulang demiku? Lagi pula, semua itu juga masalahku!”“Apa bisa disamakan?”“Kenapa nggak bisa? Sama saja!”Camila menggertakkan giginya. Kalau bukan karena sedang mengendarai mobil, Camila pasti akan menendangnya!Jika mengatakan Camila pulang demi Lyana dan Kevin, Helen pasti tidak akan berpikir banyak. Dia tahu hubungannya dengan Lyana cukup dekat.Namun sekarang, Camila pulang demi Dylan. Masalah itu akan memicu prasangka orang-orang.Apalagi Dylan juga mengatakan dirinya tidak memiliki selera makan. Hanya karena masalah kecil ini, Camila malah diam-diam pulang. Bukannya semua itu adalah gerak-gerik yang dimiliki sepasang kekasih?Kekasih yang lagi diland
Camila menjulingkan bola matanya. Dia mengendarai mobil sembari menghubungi Naomi.“Naomi, apa kalian sudah sampai di rumah sakit?”“Kami akan segera tiba. Apa kamu sudah lapar?”“Lapar sekali. Tapi kali ini, terjadi sesuatu sama aku dan Dylan. Kalau kamu nggak ada masalah lain, kamu tunggu kami di kamar pasien.”Naomi merasa penasaran. “Kalian mau keluar?”“Emm, kalau nggak ada masalah, seharusnya kita bisa kembali dalam waktu 40 menit.”“Oke, kalau begitu, aku tunggu kamu di kamar pasien.”“Emm, emm.”Ketika melihat Camila memutuskan panggilan, Dylan spontan berkata, “Apa kita bisa pulang dalam waktu 40 menit?”“Bisa.”Dylan melihat navigasi sekilas.“Sekarang masih ada 10 menit baru bisa tiba di kantor catatan sipil. Dari kantor catatan sipil ke rumah sakit sekiranya butuh waktu 30 menit. Apa kamu nggak perlu tatap muka sama Catherine?”Camila membalas, “Ketemuan sama dia juga nggak butuh waktu panjang.”Saat Dylan ingin mengatakan sesuatu, ponsel Camila berdering. Dia menerima pang
[ Kak, siapa yang bikin video ini? Tolong lepaskan Kota Yorta! Ular keberuntungan Kota Yorta nggak boleh disebarluaskan lagi! ][ Kak, dunia Kota Yorta sudah runtuh. Mohon danai yang versi baru. ]Selesai warganet di Kota Yorta menangis, giliran warganet Kota Ciawi yang menangis.[ Kak, mohon selamatkan ular pemakan manusia kami! ]Selesai warganet Kota Ciawi menangis, giliran warganet Kota Gora menangis.[ Kak, mohon selamatkan kami. Kami kebanyakan makan kentang di rumah. Huhuhu. ]Selesai warganet Kota Gora menangis, giliran warganet Kota Howi yang menangis.[ Kak, saudara kami sudah pingsan di toilet karena menangis kebanyakan. Mohon selamatkan mereka. Kami nggak sanggup lihat ular keberuntungan kami lagi. ]Bahkan ada yang sengaja datang untuk berlutut memohon kepada orang berotoritas untuk menstabilkan dunia hiburan.Pihak berotoritas pun melakukan respons.[ Dia nggak berada di dunia hiburan, tapi kedudukannya di dunia hiburan nggak bisa tergoyahkan. ]Dylan bahkan tidak membaca
Camila merasa penasaran. “Kenapa kamu tiba-tiba melepaskannya?”Dylan terdiam beberapa detik baru membalas, “Aku juga nggak tahu. Tiba-tiba aku bisa mengobrol masalah dia dengan terang-terangan.”Camila pun terdiam.Mereka berdua bertukar pandang selama beberapa saat. Tiba-tiba Dylan berdeham, lalu berkata, “Itu … kamu jangan sembarangan tidur di luar sana. Cara yang aku ajari sepertinya nggak terlalu bagus.”Camila terdiam membisu.Dylan menjelaskan, “Coba kamu lihat aku, aku sudah tidur dengan begitu banyak wanita, tapi aku tetap nggak bisa melepaskannya. Hari ini aku baru merasa bisa melepaskannya. Jadi, cara bermain di luar sana nggak efektif!”Topik pembicaraan ini membuat Camila merasa canggung. Dia pun memaksa dirinya untuk bertanya sekali lagi, “Sebenarnya bagaimana kamu bisa melepaskannya hari ini?”Dylan membalas, “Aku juga nggak tahu, mungkin aku sudah melepaskannya dari beberapa hari lalu. Semuanya terasa aneh, tapi aku yakin bukan karena tidur dengan yang lain. Pokoknya, k
Biasanya rasa sedih di hati tidak akan dibicarakan kepada orang luar. Dylan sama sekali tidak memberi Furla kesempatan untuk berbicara. Dia pun berkata, “Jujur saja, sekarang kamu adalah orang yang paling menjijikkan di antara mantan-mantanku.”“Kita nggak usah omong kosong lagi. Semakin banyak kamu bicara, aku malah akan semakin kesal sama kamu! Kelak mohon jauhi aku, juga jauhi leluhurku. Coba saja kalau kamu mengganggunya lagi!”Terlintas ekspresi syok di dalam mata Camila.Furla malah melihat Dylan dengan takut. Kali ini, dia merasa syok hingga tidak berani bernapas.Pemikirannya dibongkar dengan terang-terangan. Furla bukan hanya merasa gugup, melainkan juga merasa lebih takut lagi!Siapa si Dylan itu? Hanya dengan menggerakan jari tangannya, dia pun bisa menghabisi Furla!Furla bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Dia menopang dirinya untuk berdiri, lalu meninggalkan kamar pasien dengan keadaan berantakan.Suasana di dalam kamar pasien kembali hening ….Camila masih sedang m
Dylan bersandar di ranjang pasien sembari meminum air. Setelah tenggorokannya tidak kering lagi, dia baru berkata, “Masalah aku sakit juga nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan, apalagi merasa bersalah. Kamu seharusnya tahu karakterku. Setiap kalinya aku akan putus dengan tegas, nggak suka tarik ulur. Kalau sudah putus, ya berarti kita sudah putus. Aku pasti nggak akan bersedih.”“Kita juga nggak mungkin akan baikan lagi. Aku nggak suka balikan dengan mantan. Jadi, aku dan kamu sudah nggak memungkinkan lagi.”Furla pun menangis. “Waktu itu, aku juga gegabah, makanya aku bisa kepikiran untuk putus sama kamu. Aku ….”Furla benar-benar tidak menyangka Dylan benar-benar tidak mencarinya!Selama beberapa hari ini, Dylan bahkan tidak mengirim pesan apa pun kepadanya!Dylan berkata dengan tersenyum, “Furla, aku memang gampang luluh sama cewek cantik, tapi aku hanya peduli dengan air mata pacarku.”“Kita berdua sudah putus. Nggak ada gunanya kamu menangis di hada
Furla merasa putus asa. Dia meminta pengampunan kepada Dylan dengan menangis. “Dylan, selamatkan aku. Huhuhu ….”Tanpa menunggu buka mulut dari Dylan, Camila mengambil setangkai bunga mawar merah dari buket bunga bawaan Furla. Dia mengopek kelopak bunga, lalu memasukkannya ke dalam mulut Furla!“Enak?” Furla merasa kesal hingga air mata tidak berhenti mengalir.Camila menyembunyikan senyumannya. Ekspresinya kelihatan dingin. “Kelak, kalau kamu berani menyinggungku lagi, aku nggak akan kasih kamu makan bunganya, aku akan kasih kamu makan duri bunga mawar! Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba!”Kedua mata Furla memerah. Dia sungguh ketakutan.Camila melepaskannya, lalu melempar tangkai bunga ke wajahnya.Duri di tangkai bunga itu mengenai pipi Furla. Furla pun tidak berani bersuara lagi.Camila berdiri, lalu berjalan ke sisi ranjang. Dia mengambil tisu basah untuk menyeka tangannya, lalu merapikan rambutnya sembari melihat ke sisi Dylan. “Aku sudah selesai ngobrol sama dia. Aku kelu
Furla benar-benar tidak menyangka ada Camila di dalam kamar pasien. Dia menatap Camila selama beberapa saat, baru tersadar dari bengongnya. Setelah itu, dia menyapa dengan tersenyum, “Kak Camila ….”Camila tidak menghiraukan Furla. Dia hanya tersenyum sembari mengamati Furla saja ….Hari ini Furla berpenampilan sederhana. Dia hanya merias wajahnya dengan polos, menguncir tinggi rambutnya, dengan mengenakan set seragam santai dan sepasang sepatu kanvas.Furla bergaya anak sekolah hari ini, kelihatannya seperti anak SMA saja.Tiba-tiba Camila teringat dengan cinta pertama Dylan, gadis yang bernama Citrus itu. Camila pun tersenyum sinis sembari membatin, ‘Furla ini cukup pintar. Dia tahu memanfaatkan keunggulannya untuk mendapatkan rasa suka Dylan.’Dylan bisa bersama Furla karena dia mirip sama Citrus. Dia belum pasti tahu siapa si Citrus itu. Hanya saja, Furla pasti bisa menebak orang yang tidak bisa dilupakan Dylan hanyalah cinta pertamanya.Bagaimanapun, cinta pertama itu biasanya ter
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu