Hayden buru-buru mencegah mereka. “Tunggu!”Jika dijumlahkan, total usia Kakek Kedua dan master sudah lebih dari 130 tahun. Namun, mereka malah terlihat seperti anak kecil yang bandel. Mereka mengabaikan ucapan Hayden dan langsung melompat ke atas pohon. Kemudian, mereka mulai melompat dari pohon yang satu ke pohon lain. Hanya dalam sekejap, mereka sudah menghilang dari pandangan Hayden.Hayden merasa sangat kewalahan. Setelah memeras otak dan menghabiskan banyak air ludah, dia baru berhasil membujuk Kakek Kedua dan master untuk mengesampingkan dendam mereka, lalu bekerja sama untuk menghadapi musuh. Alhasil, mereka malah berselisih lagi pada saat mengajarinya ilmu bela diri. Mereka merasa ajaran masing-masing lebih baik.Putih sudah memilih posisi terbaik untuk menonton keramaian.Ada seekor ular piton yang melingkar di pohon. Mungkin karena mengira Putih mengambil tempatnya, ia pun menjulurkan lidah ke arah Putih dan hendak menyerang Putih. Putih langsung menoleh dan memancarkan tat
Pada saat ini, Caden sedang berdiri di samping pagar sambil merokok. Sekarang, dia sudah makin jarang merokok. Namun, dia belum sepenuhnya berhenti. Ketika ada beban pikiran, dia masih bisa memiliki keinginan untuk merokok.Naomi dan anak-anak sedang mempelajari pengetahuan baru, sedangkan Caden sedang memikirkan masalah. Dia ingin menemukan virus generasi ke-8 secepatnya.Caden sudah berulang kali mengenang segala sesuatu yang terjadi ketika orang tuanya masih hidup dan kejadian pada hari mereka meninggal. Dia ingin menemukan sedikit petunjuk dari ingatannya.Ada kenangan yang manis, ada juga kenangan yang pahit. Namun, karena akhir yang tidak sempurna, kenangan manis terasa pahit, sedangkan kenangan pahit terasa makin pahit. Pada akhirnya, semua kepahitan itu berubah menjadi kesedihan.Kesedihan yang melanda Caden membuatnya mengernyit. Dia tidak ingin mengenang masa lalu, tetapi harus memaksakan diri untuk mengenangnya. Sambil merokok, dia memaksakan diri untuk memikirkan kenangan i
Hayden langsung berlari ke sisi Kakek Kelima dan bertanya, “Kakek Buyut, kamu sudah siap makan?”“Sudah. Kenapa?”“Ayo jalan! Kita kembali ke markasmu. Aku mau belajar cara meredam suara ledakan ini!”Hayden langsung menyeret Kakek Kelima pergi. Baru berjalan beberapa langkah, dia menoleh dan berpesan pada Kakek Kedua dan master, “Kakek Buyut Kedua, Paman Seperguruan, jangan cari aku besok. Aku mau belajar cara buat bo ....”Melihat Naomi yang sedang menatapnya, Hayden buru-buru mengganti kata-katanya. “Aku mau belajar cara buat kembang api dari Kakek Buyut Kelima!”Kakek Kedua dan master pun terdiam. Murid mereka direbut Kakek Kelima?Naomi tidak tahu apa sebenarnya yang dipelajari Hayden. Dia hanya berpesan pada Hayden, “Kamu lebih hati-hati, ya!”“Emm! Mama tenang saja, Kakek Buyut Kelima akan melindungiku!”Hayden sudah tidak sabar untuk mulai belajar. Dia segera menarik Kakek Kelima sambil berlari menjauh. Dia pada dasarnya suka berlatih bela diri, juga meneliti berbagai macam ba
“Ingat! Kekuatan dan kekuasaan menentukan harga diri dan kebenaran!”“Emm. Yang lain?”“Di mana pun kita berada, hati kita akan tetap setia pada tanah air!” Suara Hayden terdengar nyaring dan tegas. Kakek Kelima mengangguk dan memuji, “Anak baik!”Pada saat ini, orang yang menangis paling hebat adalah Jayden. Jayden pada dasarnya memang sentimental dan gampang menangis. Dia memeluk leher Kakek Ketiga dengan kuat dan sangat enggan untuk berpisah.Mata Kakek Ketiga juga berkaca-kaca. “Jayden, Kakek Buyut percaya kamu pasti bisa raih kesuksesan besar dan bersinar di dunia seni dan mode. Ingat kata-kata Kakek Buyut. Seni itu jiwa sebuah negara, dan mencintai tanah air adalah misi seorang seniman! Cintailah tanah airmu di atas segalanya.”Jayden mengangguk. “A ... aku akan mengingatnya. Mencintai tanah air di atas segalanya.”“Emm!” Suara Kakek Ketiga juga terdengar tercekat.Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Naomi dan anak-anak, kakek dan nenek mengobrol secara pribadi dengan Cad
Braden, Jayden, dan Rayden sudah melihat apa yang ada di permukaan sungai. Mereka pun menatap Caden dan menunggunya bersuara.Caden terdiam beberapa detik sebelum menjawab, “Ada bangkai hewan yang keadaannya agak mengerikan. Aku khawatir kamu dan Baby akan kaget setelah melihatnya, makanya aku suruh kalian jangan lihat.”Setelah mendengar ucapan Caden, Braden, Jayden, dan Rayden pun membelalak. Mereka menatap Caden, seolah-olah sedang mengatakan ‘Bohong!’Caden memberi isyarat mata mereka, seolah membalas, ‘Ini kebohongan yang diperlukan.’Ketiga bocah itu memanyunkan bibir mereka, lalu menunduk tanpa membongkar kebohongan Caden.Naomi bertanya dengan bingung, “Bangkai hewan?”“Emm.”“Hewan apa?”“Aku nggak lihat jelas, seharusnya hewan yang diserang binatang buas lainnya. Bangkainya cuma sisa setengah.”Naomi mengernyit. “Apa masih ada binatang buas lain di sisi bangkai itu? Hayden bahaya nggak?”“Nggak kok. Lagian, Putih dan adik seperguruan Kakek Kedua juga menemaninya.”“Benar juga
Saat mengungkit tentang kakek dan nenek yang tidak ingin turun gunung, Caden mengernyit lagi. Dia merasa alasan sekelompok orang itu memalsukan kematian mereka dan hidup mengasingkan diri tidaklah sederhana. Dia harus menyelidiki hal ini dengan baik.Caden tidak memberi tahu Naomi bahwa kakek dan nenek mungkin memiliki kesulitan tersendiri. Dia hanya menghibur, “Lingkungan di hutan memang kurang bagus, tapi mereka punya rumah sendiri. Kabin mereka lengkap, kondisi hidup mereka di sana juga lumayan baik.”“Lagian, meski sudah tua, mereka masih sehat. Waktu mereka sudah nggak mampu urus diri sendiri, kita baru cari cara untuk jemput mereka pulang. Kalau mereka bersikeras nggak mau turun gunung, kita bisa temani mereka hidup di sini. Beberapa tahun lagi, anak-anak sudah besar dan nggak akan begitu bergantung pada kita seperti sekarang. Nanti, kita bisa tinggal di sini.”Begitu membicarakan hal ini, Naomi pun merasa bersemangat.“Kalau bukan demi anak-anak, aku benar-benar lebih ingin lanj
Di dalam tenda, Braden, Hayden, Jayden, dan Rayden masih bersemangat. Begitu melihat Caden masuk ke tenda, Hayden langsung bertanya, “Mama dan Baby sudah tidur?”“Emm, baru tidur.”Sebelum Caden sempat bertanya, Hayden sudah berkata, “Papa datang untuk tanyakan kejadian tadi, ‘kan? Tapi, begitu aku tiba di pinggir sungai tadi, Putih langsung menghalangiku. Katanya, ada sesuatu yang berbahaya di dalam sungai. Dia melarangku mengikutinya dan masuk ke sungai, lalu pergi ke seberang sendiri.”“Aku sebenarnya pengen ikut, tapi Paman Seperguruan juga melarangku pergi. Setelah beberapa saat, Putih baru kembali. Waktu kutanya kenapa, dia nggak jawab, cuma bilang itu urusan keluarganya.”Caden bertanya dengan bingung, “Urusan keluarga? Putih punya keluarga?”“Nggak tahu, Putih juga nggak ngomong lebih lanjut.”“Di mana Putih?”“Di luar. Dia harusnya tidur di atas pohon.”“Apa keadaannya aneh?”“Nggak. Aku nggak berhenti mengamatinya. Tapi, dia nggak berbeda dari biasa. Waktu perlu semangat, dia
Caden memang tidak menyuarakannya. Namun, itu tidak berarti dia tidak tahu. Hayden sangat mengkhawatirkan Putih.Putih menjulurkan lidahnya lagi dan menatap Caden untuk sesaat. Setelah itu, dia baru melompat turun dari tangan Caden dan menjalar ke dalam tenda. Ia langsung menjalar ke sisi Hayden, lalu menempelkan kepalanya ke wajah Hayden dan tidur bersandar di sana.“Sudah pulang? Kamu masih akan pergi?”Hayden yang tiba-tiba berbicara membuat Putih terkejut sampai melompat sangat jauh. Ketika melihat Hayden membuka mata, ia baru menjulurkan lidahnya.Maya Hayden terlihat merah. “Aku kira kamu akan ikut mereka pergi dan nggak kembali lagi.”Hayden tahu Putih menyelinap keluar. Akhir-akhir ini, dia tidak berhenti mengamati Putih. Mana mungkin dia tidak tahu? Meskipun Putih tidak mengatakan apa-apa, dia tahu bahwa makhluk-makhluk itu tidak berhenti mengikuti mereka karena ingin membawa Putih pergi.Putih menjalar ke arah Hayden dan menunduk. Hayden mengulurkan tinjunya dan menyentuhkann
[ Astaga, apa kalian berdua benar-benar telah jadian? ]Kepala Camila berdengung. Dia tidak membalas pesan, melainkan memalingkan kepala untuk membelalaki Dylan. “Apa kamu gila! Apa aku pulang demi kamu? Aku pulang karena Bibi Lyana dan Paman Kevin! Lagi pula ….”Dylan memotongnya, “Bukannya sama saja pulang demi orang tuaku dengan pulang demiku? Lagi pula, semua itu juga masalahku!”“Apa bisa disamakan?”“Kenapa nggak bisa? Sama saja!”Camila menggertakkan giginya. Kalau bukan karena sedang mengendarai mobil, Camila pasti akan menendangnya!Jika mengatakan Camila pulang demi Lyana dan Kevin, Helen pasti tidak akan berpikir banyak. Dia tahu hubungannya dengan Lyana cukup dekat.Namun sekarang, Camila pulang demi Dylan. Masalah itu akan memicu prasangka orang-orang.Apalagi Dylan juga mengatakan dirinya tidak memiliki selera makan. Hanya karena masalah kecil ini, Camila malah diam-diam pulang. Bukannya semua itu adalah gerak-gerik yang dimiliki sepasang kekasih?Kekasih yang lagi diland
Camila menjulingkan bola matanya. Dia mengendarai mobil sembari menghubungi Naomi.“Naomi, apa kalian sudah sampai di rumah sakit?”“Kami akan segera tiba. Apa kamu sudah lapar?”“Lapar sekali. Tapi kali ini, terjadi sesuatu sama aku dan Dylan. Kalau kamu nggak ada masalah lain, kamu tunggu kami di kamar pasien.”Naomi merasa penasaran. “Kalian mau keluar?”“Emm, kalau nggak ada masalah, seharusnya kita bisa kembali dalam waktu 40 menit.”“Oke, kalau begitu, aku tunggu kamu di kamar pasien.”“Emm, emm.”Ketika melihat Camila memutuskan panggilan, Dylan spontan berkata, “Apa kita bisa pulang dalam waktu 40 menit?”“Bisa.”Dylan melihat navigasi sekilas.“Sekarang masih ada 10 menit baru bisa tiba di kantor catatan sipil. Dari kantor catatan sipil ke rumah sakit sekiranya butuh waktu 30 menit. Apa kamu nggak perlu tatap muka sama Catherine?”Camila membalas, “Ketemuan sama dia juga nggak butuh waktu panjang.”Saat Dylan ingin mengatakan sesuatu, ponsel Camila berdering. Dia menerima pang
[ Kak, siapa yang bikin video ini? Tolong lepaskan Kota Yorta! Ular keberuntungan Kota Yorta nggak boleh disebarluaskan lagi! ][ Kak, dunia Kota Yorta sudah runtuh. Mohon danai yang versi baru. ]Selesai warganet di Kota Yorta menangis, giliran warganet Kota Ciawi yang menangis.[ Kak, mohon selamatkan ular pemakan manusia kami! ]Selesai warganet Kota Ciawi menangis, giliran warganet Kota Gora menangis.[ Kak, mohon selamatkan kami. Kami kebanyakan makan kentang di rumah. Huhuhu. ]Selesai warganet Kota Gora menangis, giliran warganet Kota Howi yang menangis.[ Kak, saudara kami sudah pingsan di toilet karena menangis kebanyakan. Mohon selamatkan mereka. Kami nggak sanggup lihat ular keberuntungan kami lagi. ]Bahkan ada yang sengaja datang untuk berlutut memohon kepada orang berotoritas untuk menstabilkan dunia hiburan.Pihak berotoritas pun melakukan respons.[ Dia nggak berada di dunia hiburan, tapi kedudukannya di dunia hiburan nggak bisa tergoyahkan. ]Dylan bahkan tidak membaca
Camila merasa penasaran. “Kenapa kamu tiba-tiba melepaskannya?”Dylan terdiam beberapa detik baru membalas, “Aku juga nggak tahu. Tiba-tiba aku bisa mengobrol masalah dia dengan terang-terangan.”Camila pun terdiam.Mereka berdua bertukar pandang selama beberapa saat. Tiba-tiba Dylan berdeham, lalu berkata, “Itu … kamu jangan sembarangan tidur di luar sana. Cara yang aku ajari sepertinya nggak terlalu bagus.”Camila terdiam membisu.Dylan menjelaskan, “Coba kamu lihat aku, aku sudah tidur dengan begitu banyak wanita, tapi aku tetap nggak bisa melepaskannya. Hari ini aku baru merasa bisa melepaskannya. Jadi, cara bermain di luar sana nggak efektif!”Topik pembicaraan ini membuat Camila merasa canggung. Dia pun memaksa dirinya untuk bertanya sekali lagi, “Sebenarnya bagaimana kamu bisa melepaskannya hari ini?”Dylan membalas, “Aku juga nggak tahu, mungkin aku sudah melepaskannya dari beberapa hari lalu. Semuanya terasa aneh, tapi aku yakin bukan karena tidur dengan yang lain. Pokoknya, k
Biasanya rasa sedih di hati tidak akan dibicarakan kepada orang luar. Dylan sama sekali tidak memberi Furla kesempatan untuk berbicara. Dia pun berkata, “Jujur saja, sekarang kamu adalah orang yang paling menjijikkan di antara mantan-mantanku.”“Kita nggak usah omong kosong lagi. Semakin banyak kamu bicara, aku malah akan semakin kesal sama kamu! Kelak mohon jauhi aku, juga jauhi leluhurku. Coba saja kalau kamu mengganggunya lagi!”Terlintas ekspresi syok di dalam mata Camila.Furla malah melihat Dylan dengan takut. Kali ini, dia merasa syok hingga tidak berani bernapas.Pemikirannya dibongkar dengan terang-terangan. Furla bukan hanya merasa gugup, melainkan juga merasa lebih takut lagi!Siapa si Dylan itu? Hanya dengan menggerakan jari tangannya, dia pun bisa menghabisi Furla!Furla bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Dia menopang dirinya untuk berdiri, lalu meninggalkan kamar pasien dengan keadaan berantakan.Suasana di dalam kamar pasien kembali hening ….Camila masih sedang m
Dylan bersandar di ranjang pasien sembari meminum air. Setelah tenggorokannya tidak kering lagi, dia baru berkata, “Masalah aku sakit juga nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan, apalagi merasa bersalah. Kamu seharusnya tahu karakterku. Setiap kalinya aku akan putus dengan tegas, nggak suka tarik ulur. Kalau sudah putus, ya berarti kita sudah putus. Aku pasti nggak akan bersedih.”“Kita juga nggak mungkin akan baikan lagi. Aku nggak suka balikan dengan mantan. Jadi, aku dan kamu sudah nggak memungkinkan lagi.”Furla pun menangis. “Waktu itu, aku juga gegabah, makanya aku bisa kepikiran untuk putus sama kamu. Aku ….”Furla benar-benar tidak menyangka Dylan benar-benar tidak mencarinya!Selama beberapa hari ini, Dylan bahkan tidak mengirim pesan apa pun kepadanya!Dylan berkata dengan tersenyum, “Furla, aku memang gampang luluh sama cewek cantik, tapi aku hanya peduli dengan air mata pacarku.”“Kita berdua sudah putus. Nggak ada gunanya kamu menangis di hada
Furla merasa putus asa. Dia meminta pengampunan kepada Dylan dengan menangis. “Dylan, selamatkan aku. Huhuhu ….”Tanpa menunggu buka mulut dari Dylan, Camila mengambil setangkai bunga mawar merah dari buket bunga bawaan Furla. Dia mengopek kelopak bunga, lalu memasukkannya ke dalam mulut Furla!“Enak?” Furla merasa kesal hingga air mata tidak berhenti mengalir.Camila menyembunyikan senyumannya. Ekspresinya kelihatan dingin. “Kelak, kalau kamu berani menyinggungku lagi, aku nggak akan kasih kamu makan bunganya, aku akan kasih kamu makan duri bunga mawar! Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba!”Kedua mata Furla memerah. Dia sungguh ketakutan.Camila melepaskannya, lalu melempar tangkai bunga ke wajahnya.Duri di tangkai bunga itu mengenai pipi Furla. Furla pun tidak berani bersuara lagi.Camila berdiri, lalu berjalan ke sisi ranjang. Dia mengambil tisu basah untuk menyeka tangannya, lalu merapikan rambutnya sembari melihat ke sisi Dylan. “Aku sudah selesai ngobrol sama dia. Aku kelu
Furla benar-benar tidak menyangka ada Camila di dalam kamar pasien. Dia menatap Camila selama beberapa saat, baru tersadar dari bengongnya. Setelah itu, dia menyapa dengan tersenyum, “Kak Camila ….”Camila tidak menghiraukan Furla. Dia hanya tersenyum sembari mengamati Furla saja ….Hari ini Furla berpenampilan sederhana. Dia hanya merias wajahnya dengan polos, menguncir tinggi rambutnya, dengan mengenakan set seragam santai dan sepasang sepatu kanvas.Furla bergaya anak sekolah hari ini, kelihatannya seperti anak SMA saja.Tiba-tiba Camila teringat dengan cinta pertama Dylan, gadis yang bernama Citrus itu. Camila pun tersenyum sinis sembari membatin, ‘Furla ini cukup pintar. Dia tahu memanfaatkan keunggulannya untuk mendapatkan rasa suka Dylan.’Dylan bisa bersama Furla karena dia mirip sama Citrus. Dia belum pasti tahu siapa si Citrus itu. Hanya saja, Furla pasti bisa menebak orang yang tidak bisa dilupakan Dylan hanyalah cinta pertamanya.Bagaimanapun, cinta pertama itu biasanya ter
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu