Daniah sedikit terkejut saat melihat Ellena menangis."Ellena, ada apa?" Dia menghampiri Putrinya yang terisak di sudut Ranjang.Daniah segera memeluk Ellena."Sayang, kenapa? Apa yang terjadi? Cerita pada ibu." Daniah menepuk halus punggung Putrinya dengan rasa penasaran yang menumpuk. Selama ini tidak pernah ia melihat putrinya menangis tersedu seperti ini."Ibu. Fic!" Ellena mendongak, menatap ibunya dan bersuara.Daniah terbelalak, mengusap wajah Putrinya. Apa benar Fic yang telah membuat Ellena menangis? Tapi mana mungkin?"Kenapa dengan Fic, Ellena? Apa Fic melakukan sesuatu padamu?" Daniah seperti ingin menebak, tapi dia tidak bisa menebak.Ellena mengangguk, membuat Daniah terkejut."Katakan Ellena, apa yang dilakukan Fic sampai kamu menangis seperti ini? Jangan takut, cerita pada Ibu."Ellena mengusap air matanya. Masih dengan sesenggukan. "Fic menolak cinta Ellena."Seperti disambar petir, Daniah terkejut bulan main. Dan mengira bukan seperti ini ceritanya. Ia pikir, Fic tel
Fic merebahkan tubuhnya di ranjang, dengan perasaan yang begitu resah."Ellena." Fic berkali-kali menyebut nama Ellena.Hingga malam semakin larut, Fic belum juga bisa tidur. Fic kembali beranjak dari tempat tidurnya memasuki kamar mandi. Membasuh wajahnya berkali-kali. Baru saja ia keluar dari kamar mandi, pintunya diketuk seseorang.Fic melangkah untuk membuka."Nona!" Mata Fic terbelalak saat melihat Ellena sudah berdiri di depan pintu kamarnya."Fic.""Kenapa belum tidur? Ini sudah malam." Tanya Fic."Aku tidak bisa tidur." Ellena melangkah masuk, Fic mau tidak mau mengikutinya.Ellena duduk di ujung sofa."Ini sudah malam Nona. Kembalilah ke kamarmu.""Kamu mau mengantarku?" Ellena Menoleh pada Fic.Fic mengangguk. "Mari."Ellena pun berdiri kembali, mengikuti langkah Fic."Masuklah dan tidur. Jangan pikirkan apapun lagi." Fic membuka pintu kamar Ellena."Aku tidak bisa tidur Fic! Temani aku dulu, jika aku sudah tidur kamu boleh pergi." ucap Ellena sembari menarik tangan Fic."N
Pagi ini, seperti biasa Fic sudah menghentikan mobilnya di depan gerbang Sekolah.Fic belum terlihat bergerak, Tak ada suara, hingga Fic menoleh pada Ellena yang juga belum bersuara. Sejak bertemu pagi tadi, mereka belum berbicara sepatah kata pun.Kejadian yang semalam, benar-benar membuat Fic bungkam."Belajarlah yang benar. Sebentar lagi Nona ujian. Jika tidak, Nona tidak akan lulus." ucap Fic membuka suara."Hanya itu?" Ellena menoleh.Fic menarik nafas. Sudah mengerti maksud Ellena. Fic pun menggeser duduknya.Mengangkat wajah Ellena. Mencium sebentar bibir Ellena. Ellena tersenyum. Mengusap bibir Fic."Terima kasih."Fic kembali menarik nafas. Ada rasa perih di hatinya ketika Ellena mengucapkan Terima Kasih kepadanya.Sungguhkah aku ini, menjadi penyemangat bagimu Nona?"Fic. Terima kasih." kembali Ellena berucap.Fic tidak menjawab, namun tiba-tiba memeluk Ellena. Matanya berkaca-kaca. Sekuatnya Fic menahan agar tidak meneteskan air mata."Seharusnya Fic yang berterima kasih."
Pagi seperti hari-hari yang kemarin, Triple K berhenti di tempat biasa mereka menjemput Friya.Namun hari ini yang ditunggu merek tidak juga kelihatan batang hidungnya.Khale nampak mulai gelisah. Beberapa kali dia menghubungi nomor Friya. Namun tidak ada jawaban dari Friya."Tidak ada Jawaban?" Kimmy bertanya."Nomornya tidak aktif." jawab Khale."Coba kirim chat." Keyan menyarankan."Sudah dari tadi. Tapi masih contreng satu!" Khale menoleh pada Keyan yang duduk dibelakang.Ketiga pemuda itu menarik nafas. Ini tidak seperti biasa. Khale terlihat mulai resah."Sepuluh menit lagi masuk kelas. Apa kita akan tetap menunggu?"Khale mengusap wajahnya. Kemudian menghidupkan mesin mobil. Sesekali masih menoleh pada tempat dimana biasanya Friya berdiri melambaikan tangannya.Hingga mobil kembali melaju dan berhenti di Gerbang sekolah.Khale masih saja berkali kali menoleh pada Gerbang itu, saat mereka sudah memasuki gedung sekolahan.Sampai waktu jam pelajaran hingga usai. Friya benar ben
Hari berganti, dan berganti lagi.Fic terus berupaya untuk membuat jarak dengan Ellena.Ujian Nasional tiba bertepatan untuk mendukung usaha Fic. Hanya itu alasan yang dapat digunakan Fic."Jika Nona peduli dengan Fic, selesaikan Ujian Nasional ini dengan nilai yang bagus. Karena Fic bertanggung jawab atas keberhasilan Nona. ""Kenapa begitu?" Tanya Ellena seperti tidak terima dengan perintah Fic."Fic yang mengatur semua jadwal waktu Nona Ellena. Belajar dengan baik atau tidak, Fic yang mengamati. Jadi Fokuslah! Jika Fic gagal, maka besar kemungkinan Tuan Glen akan menggantikan Fic dengan orang lain yang lebih bisa dipercaya.""Akan ku buktikan padamu Fic, jika otakku masih berfungsi dengan baik meskipun sudah dipenuhi olehmu!" Ellena menunjuk dada Fic dengan ibu jari, kemudian meninggalkan Fic melangkah ke kamarnya.Fic hanya bisa menelan ludah kasar. "Maafkan aku, Ellena." hanya ini atau satunya cara yang bisa Fic ambil.Meskipun tidak bisa dipungkiri oleh Fic, perasaan di hatinya
Ellena sudah meninggalkan kamar Fic setelah pria itu harus berkali-kali membujuk Ellena.Sepeninggal Ellena, Fic seharusnya bahagia dan berbunga bunga hatinya seperti halnya orang lain yang sedang dilanda kasmaran pada umumnya.Namun Fic tidak.Tiap kali mengingat perlakuannya tadi pada Ellena, tiap itu juga Fic membenturkan kepala ke meja."Seharusnya aku mencegah agar tidak kembali terjadi. Seharusnya aku membuat Nona Ellen membenciku. Seharusnya, aku bisa menghindarinya. Tapi kenapa malah seperti ini? Perasaan kami jadi semakin dalam." tubuh Fic gemetaran. Dia memeluk dirinya sendiri. Berusaha mengusir semua bayangan tadi.Namun lagi lagi Fic gagal! Yang ada malah bayangan saat ia mencumbu Ellena."Arg... Sial! Kenapa kamu ceroboh Fic!"Seharusnya, seharusnya, dan seharusnya! Namun semua sudah terjadi. Tanpa jawaban dari Fic, tentu Ellena sudah bisa mengambil kesimpulan jika Fic juga merasakan seperti apa yang ia rasakan.Ellena merasa sangat bahagia. Hatinya dipenuhi bunga bunga b
Fic akhirnya mengangguk, perlahan bangun dan menghampiri meja, dimana Daniah tengah menyiapkan sarapan untuk Ellena ke sebuah nampan.Daniah mengisi dua piring.Fic melihat itu."Kamu sekalian sarapan juga, Fic. Kamu belum sarapan kan?" tanya Daniah mengulurkan Nampan.Fic mengangkat nampan, sekali lagi menoleh pada Glen.Glen hanya mengangguk dengan senyuman tipis.Lalu menoleh pada Daniah."Pergilah Fic. Kamu harus memikirkan kesehatan Ellena, bukan?" ucap Daniah diiringi gelak kecil dari Glen."Istriku benar, anak itu bisa masuk angin jika terlambat sarapan."Fic hanya bisa mengangguk. Kemudian melangkah.Mungkin jika orang lain, ini sudah termasuk lampu hijau yang diberikan Glen dan Daniah pada Fic. Tapi untuk Fic, justru ini seperti semakin menyesatkan langkahnya.Fic tidak bisa lagi berpikir untuk saat ini, kecuali Ellena sarapan. Anak itu sudah sering sekali terlambat makan bahkan jarang makan jika sedang merajuk. Dan lagi lagi merajuknya hanya karena kesalahan Fic.Fic mengetu
Hari kembali berganti lagi, begitu cepat hingga tidak terasa.Pagi ini, Ellena sudah berdandan dengan rapi. Cepat menemui Fic yang sedang menunggunya di ruang tengah."Fic, aku sudah siap!" Ellena tersenyum kearah Fic yang menunduk ke arahnya.Fic belum juga bergerak dari kakinya berdiri. Hingga Ellena yang berjalan menghampiri."Ayo!" Ellena meraih tangan Fic."Ah, Nona. Ada Tuan muda Khale dibawah."Ellena cepat menoleh. "Khale?aku apa kesini?"Fic mengangguk. "Triple K. Anda harus pergi ke Fakultas bersama mereka."Ellena melepaskan tangannya ketika mendengar suara langkah kaki mendekat."Nona Ellena, ada kamu sudah siap?" Khale menghampiri."Ah iya. Aku sudah siap!""Kalau begitu, ayo kita berangkat." ajak Khale.Ellena tidak segera menjawab, menoleh dulu pada Fic."Mari Nona." Fic mempersilahkan Ellena untuk melangkah. Ellena pun melangkahkan setelah memastikan Fic mengikutinya dari belakang.Sampai di depan, Ellena dapat melihat dua saudara Khale yang duduk manis di dalam mobil