LOGINAt the end of the day, my colleague, Melody Christie, came to find me. She wanted me to cover her night shift. I turned her down because I had commitments after work. That night, she was caught abandoning her shift and she got fired. Melody blamed me for it. Just when I was almost going into labor, she pushed me down the stairs. "Do you know how hard I worked to get this job? If it was not for you, I wouldn't have been fired! If I'm going down, I'm taking you down with me!" I died, and my baby did not survive either. When I opened my eyes once more, I was back to the same day when Melody asked me to cover her shift. Only this time, I knew the truth. Turns out, she had left her shift for a rendezvous with my husband.
View More1 NODA LIPSTIK DI BAJU SUAMIKU
Malam terasa begitu dingin. Angin yang bertiup menerpa pepohonan dan melambaikan dedaunan nan elok. Hari ini suamiku berjanji untuk pulang. Setelah dua minggu lebih berada di salah satu cabang restoran karena ada sedikit masalah. Sebenarnya jadwal kepulangannya seharusnya seminggu yang lalu. Namun karena terkendala sesuatu hal mengharuskan tinggal untuk beberapa lama lagi.
Aku mengelus perutku yang mulai membesar. Kehamilan yang kelima ini terasa lebih berat, Berbeda dengan kehamilan sebelumnya. Kali ini badan lebih mudah letih. Apalagi Arya, suamiku jarang berada di rumah. Sejak enam bulan yang lalu dia harus keliling restoran kami yang sudah mempunyai 7 cabang di berbagai kota. Hal itu tentu membuat suamiku semakin sibuk. Walau sebenarnya ada yang bertugas mengelola yaitu orang kepercayaan suamiku. Namun suamiku akhir-akhir ini lebih suka untuk mengontrol secara langsung. Aku tidak masalah, yang penting semuanya baik-baik saja.
Dari seminggu yang lalu, perasaanku selalu tak enak. Ada rasa yang tidak nyaman muncul dari dalam dada
Takut terjadi apa-apa dengan suamiku. Saat kuhubungi manager resto yang ada disana, dia menjawab selama satu minggu suamiku tak berada di sana. Aku ngotot dengan argumenku bahwa suamiku ada disana selama seminggu yang lalu karena sedang mengatasi masalah. Namun jawaban pria itu meyakinkanku tak ada masalah yang berarti. Aku semakin panik, dan mulai berfikir tak jelas.
Ting tong. Bel berbunyi dan membuyarkan lamunanku. Kuayunkan langkah menuju pintu utama. Suamiku muncul dari balik pintu. Senyumnya terlihat manis sekali. Tak terlihat lelah di matanya. Seolah baru saja mengalami sesuatu hal yang menggembirakan.
Aku mencium punggung tangan suamiku dan mengambil travelbag dari tangannya.
“Kau baik-baik saja, Sayang? Bagaimana dengan si dede?” tanya Mas Arya sambil mengelus perutku..
“Aku baik-baik saja, Mas. Aku sangat mengkhawatirkanmu.”
“Aku baik-baik saja. Anak-anak mana?”
“Sudah tidur.“
“Oh, ya sudah.“
“Mau aku siapin makan?”
“Enggak usah, aku sudah makan tadi. Aku cape mau tidur.”
“Ayo!” menggandeng lengan suamiku. Aku mencium wangi parfum yang tidak biasa. Hal ini bukan menjadi kebiasaannya. Biasanya saat pulang dari bepergian, tak ada bau parfum yang masih melekat. Namun kali ini, aku merasakan ada perbedaan. Tubuh suamiku begitu wangi dan terlihat sangat tampan. Wajahnya yang terbiasa dipenuhi jambang dan kumis tipis, kini bersih dan menambah ketampanannya. Walau sudah berusia empat puluh tahun, suamiku masih terlihat muda.
“Oh, ya, mas. Kita punya tetangga baru lo. Orangnya masih muda dan sangat cantik<” Ucapku sambil menaiki anak tangga satu persatu.
“Oh, ya! Rumah yang sebelah mana? Apa kau sudah bertemu dengannya? Dan dia cerita apa saja padamu?” suamiku menghentikan langkahnya. Dia menatap wajahku dengan seksama, lalu mengajukan pertanyaan yang beruntun.
“Iih nafsu amat sih nanya’nya.”Aku mencubit lengan suamiku sambil tersenyum.
“Mmm, enggak sih, biasa aja,” jawab suamiku sambil berlalu.
“Sebelah rumah kita persis. Yang dulu aku bilang ingin membelinya supaya bisa dijadikan satu dengan rumah kita. Anak kita kan banyak. Tapi kamu bilang katanya belum ada uang. Ya, sayang banget sudah kebeli orang.”
“Sudahlah! gak usah bahas hal itu lagi. Aku baru pulang, cape!” Mas arya berlalu. Dia terlihat sangat marah. Entahlah padahal aku juga tidak berkata yang menyinggung perasaannya. Mungkin saja dia sedang sensitif.
Kami sampai di dalam kamar. Aku langsung menyiapkan piyama untuk suamiku. Sementara suamiku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
***
POV ARYA WIGUNA
Aku mematung di depan cermin. Berkali-kali mengusap wajah kasar. Apa yang harus aku katakan pada Miranti, kalau rumah itu memang sudah aku beli, tapi bukan untuknya. Dan bagaimana kalau dia sampai tahu jika tetangga baru itu adalah istriku yang berarti madunya. Kenapa juga aku menerima persyaratan yang tidak masuk akal dari Stefani. Saat dia meminta mahar rumah yang ada di sebelah Miranti, aku menyetujuinya tanpa berfikir panjang.
Bodohnya aku saat dia memintanya aku terbuai dengan tubuh moleknya yang dengan sukarela diserahkan kepadaku. Aku tak peduli dia gadis atau bukan. Bagiku dia sangat menggairahkan. Stefani tahu aku menggilainya. Bukan hanya tubuhnya yang sexy, kemahirannya di atas ranjang benar-benar membuatku tak bisa lepas darinya. Satu hal yang tak pernah aku dapatkan lagi dari Miranti. Aku akui aku tergila-gila padanya.
Sangat berbeda dengan Miranti. Diusianya yang sama denganku, sudah tidak menggairahkan. Tubuhnya yang bergelambir sana sini sangat berbeda dengan tubuh Stefani yang masih padat dan kencang. Apalagi dia sudah melahirkan berkali-kali membuatku malas menyentuhnya. Jangankan menyentuhnya, melihat dia membuka pakaian saja aku tak bernafsu.
Sekarang, apa yang harus aku katakan pada Miranti. Cepat atau lambat dia pasti akan mengetahuinya. Apalagi mulut Stefani itu tak bisa dipercaya. Dia bisa saja berbicara sendiri kepada Miranti tentang pernikahan kami.
“Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Aku meremas rambutku. Rasanya pusing tak terkira.
“Aku tak bisa meninggalkan Stefani karena dia gairah hidupku. Aku juga tak mungkin meninggalkan Miranti karena dia assetku. Kalau Miranti sampai mengetahui pernikahan keduaku di saat yang tak tepat, bisa-bisa dia menendangku dari hidupnya.”
Kupejamkan mata sejenak, mengenang kembali betapa indahnya bulan maduku bersama Stefani. Pulau dewata, disanalah aku dan Stefani mengikat janji. Dulu menjadi impianku dan Miranti untuk bisa mengikat janji suci disana. Namun dulu karena terkendala masalah biaya, hingga kami memutuskan untuk acara sederhana saja di rumah Miranti. Hucu, rasanya menyebalkan.
Tapi kini, aku sudah memenuhi keinginanmu Miranti. Tapi bukan denganmu, melainkan dengan madumu. Stefani aku menggilaimu. Kau begitu pandai menyenangkanku. Rasanya seminggu tak cukup untuk berbulan madu. Wajahmu, tubuhmu oh Stefaniku kau benar-benar membuatku gila. Membuatku lupa kalau aku bukan hanya milikmu. Tapi ada seorang wanita hamil yang menanti kepulanganku. Shiitt, mengingat wanita hamil itu, membuatku muak.
****
POV ASMARA MIRANTI
Kupegang pinggangku yang terasa pegal. Seharian tadi aku begitu lelah. Mengurus rumah dan ke empat anak tanpa ART sangat melelahkan. Aku sudah pernah meminta untuk dicarikan ART kepada Mas Arya. Namun suamiku menolaknya secara halus. Dia bilang kalau kami harus berhemat, karena omset restoran kami sedang turun. Bahkan uang bulananku dipotong lima puluh persen.
Restoran AYAM GORENG KAMPUNG MIRANTI adalah warisan dari orangtuaku. Dulu memang hanya mempunyai dua cabang. Berada ditangan dingin Mas Arya bisa menambah lima cabang lagi. Suamiku sangat pandai dalam berbisnis.
“Mir, jangan lupa siapin baju untuk besok ya! Aku mau ke bandung selama seminggu!” seru suamiku dari dalam kamar mandi.
“Pergi lagi? Bukannya kamu baru pulang?”
“Iya, masih banyak urusan di sana! Pokoknya kamu siapin aja!”
“Iya!”
Mata terasa sangat mengantuk Ingin rasanya memejamkan mata saat ini juga.
Aku lalu membongkar pakaian kotor untuk diganti dengan yang baru. Tunggu, aku melihat ada noda seperti lipstik. Aku tak percaya dan meneteliti ulang dan hasilnya sama. Noda lipstik ada disetiap bajunya.
Aku meneliti seluruh isi koper. Saat membuka bagian resleting bagian dalam, aku menemukan alat kontrasepsi pria di dalamnya.
Deg, dadaku bergemuruh. Untuk apa dia membawanya saat bepergian. Benarkah suamiku berselingkuh. Alat itu sudah menunjukkan kalau suamiku punya wanita lain. Tidak mungkin seorang pria membawanya tanpa bersama seorang wanita. Belum lagi bekas lipstik yang ada di bajunya.
“Ohh,” Aku mendadak limbung dan hampir terjatuh. Kupegang perut yang agak mulas. Aku tak percaya dengan semua ini. Mas Aryaku adalah lelaki setia. Tidak mungkin dia menghianatiku. Tega sekali kau Mas. Kedua mata mulai mengembun. Tanpa terasa airmata jatuh menetes. Aku lemah, aku tak berdaya. Kenapa aku harus mengalami hal ini. Oh Tuhan, tolonglah hambaMu.
I opened my chat with Melody.[Melody, there's something you should know. I'm afraid that Zach has lied to you. Before the divorce, we went for a body checkup. I just got the results back today. Zach has most likely contracted HIV.]Melody wrote back furiously in a barrage of messages.[Lucy! Have you gone nuts? How could you curse Zach like this!][Zach isn't the type of person who sleeps around! You're just jealous of us!][If Zach has HIV, you'll most likely have it too!]She sent me a last message. [Lucy, are you for real? You have your results back, right? Are you HIV positive, too?][I'm negative. But I'd advise you to go and get yourself checked as soon as possible and start treatment early.]A few days later, I received messages from Evan.[Lucy, how do you know that Zach has HIV? The results are out. He's positive. Melody's negative.]Then, I received another message from Evan.[He's been trying to borrow money for treatment, but he barely has any relatives, let alo
After the divorce, I was on cloud nine. Nothing could ever bother me anymore.However, I could not say the same for Zach and Melody.I heard that even bootlicker Brandon had asked Melody for a divorce. Melody got nothing out of the divorce. However, she did not care that she was broke. She immediately moved in with Zach.[Lucy, be at Stellar Restaurant this evening at six. Come and see what will happen. I assure you it'll be thrilling.] Vivian had sent me that message.I immediately got ready. The moment I finished work, I headed straight to the restaurant.My god. It was a scene with Vivian, Zach, and Melody. It could be an award-winning film.I stood upstairs, watching them fight over each other downstairs.Melody was playing the pitiful act. "Zach, please don't break up with me. I just got divorced. We can finally be together openly."Vivian looked at Zach angrily. "Honey, who the hell is she? You better explain to me. Otherwise, let's break up."Zach looked at Vivian, his
That afternoon, I got Evan to hand the divorce papers to Zach. I changed the locks at home, too.Then, I went straight to my parents' place to tell them about Zach's situation. I only told them about how Zach had an affair. I did not dare to mention that Zach had killed me once. I was afraid my parents would not be able to take it.Thankfully, my father was still influential. He quickly took back Zach's power and fired all the people Zach had gotten to his side.I had to give it to Zach. He went missing right at that moment. However, two days later, he came to my house, kneeling and begging for forgiveness."Lucy, I was wrong. It was all Melody's fault for seducing me. I couldn't ignore her because she was your colleague. That was how she took advantage of me. It was all her fault," he said while knocking on the door.There were even tears streaming down his face."Lucy, I'm sorry. I will never fall for another woman again. I'll only love you in this life. Lucy, our baby is about
In the surveillance footage, I saw that Melody had also gone to my place to look for the phone."Babe, look fast. We have to delete the photos before she sees it.""Zach, so what if she sees the photos? I'm not afraid. I don't want to share you with her anymore. Every time I think about you two together, I get nauseous!""Melody, I don't want to be close to her either. Don't worry. Her father has already handed me most of the power in the company. I'm almost calling all the shots now."Zach placed his hand on Melody's body. "Just bear with it a little longer. When she goes into labor, we'll kill her and the baby. Then, I'll marry you. Now is not the time yet. People will call you a mistress. How can I bear to let them call you that?""Zach, you're a good man. For your words, I'll wait. I'll keep myself for you. I won't let Brandon touch me." Melody looked at Zach dotingly like a woman in love.Zach sure had his way with words. He could easily console Melody with just a few words.
In my previous life, Melody tricked me into going to the staircase. Then, I was shoved down the stairs. Zach only found me after seven hours. He should have returned home right after work that day.I would have survived if he had returned home at the usual time.Finally, I knew why.How silly of me! Zach was a wolf in sheep's clothing. I was being played for a fool without even knowing it.Luckily, the universe was fair. I guessed the universe gave me a second chance to show my stupidity.I wiped my tears and flushed the bank transaction receipt down the drain.I instantly understood Zach's point of view. I grew up in a relatively affluent family. My mother worked for the government, and my father owned a business.When Zach and I got married, my father's company was one of the leading businesses in the city. My father even roped Zach in to help with the company.Zach did not let my parents down. He was diligent, and he worked hard. My father held him in high regard. He was pla
Melody became flustered. She stopped crying. Instead, she turned to threats. "Officer Lowe, I want to remind you that I'm in charge of the proposals and dealings with Newton Properties. If I leave, you'll have nothing."Oh, right. About that. I quickly ran to Officer Lowe and said, "Officer Lowe, Mr. Walker instructed Melody and me to work on the Newton Properties proposal. I just finished it. Do you want to have a look?"Melody glared at me. I flashed my innocent eyes at her. "Melody, I heard you talking about Newton Properties, so I quickly came over. Did I do something wrong?""You… You…" Melody huffed."Melody, just go. If you have any issues, take it up with the city council," Officer Lowe said.Officer Lowe had just gained some cookie points on my side. He sure was great at getting other people to do his job."Alright, enough. Everyone, get back to your desk!" Officer Lowe yelled.There was finally a change in the situation. This round, Melody had no reason to hold a grudg






Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments