Beranda / Romansa / Amorem Te Odium / Bab 8. Salah Paham

Share

Bab 8. Salah Paham

Penulis: Indraqilasyamil
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-31 13:34:05

Jordi menyelamatkan wanita yang terserempet motor di jalan raya saat akan menyeberang, Pria pengendara motor yang menyerempetnya kabur. Jordi bergegas menolong wanita paruh baya itu.

Bagian kening dan tangan Ibu itu terluka, sedangkan kakinya tidak tampak luka. Namun saat dia mencoba berdiri kakinya lemas dan tidak dapat menopang tubuhnya.

“Aw!” rintihnya merasa sakit tepat di pergelangan kaki kanan. 

“Sepertinya kaki Ibu cedera, saya akan membawa Ibu ke rumah sakit,” ucap Jodi, yang bergegas mengangkat wanita itu   di atas motornya, lalu meluncur menuju rumah sakit.

Setibanya disana dia segera mendaftarkan serta melaporkan kejadian yang di alami wanita korban tabrak lari itu. 

“Ada nomor keluarga yang bisa kami hubungi,” tanya petugas administrasi. 

“Sementara nomor saya, nanti saya akan tanyakan ke beliau,” jawab Jordi. Setelah mengurus administrasi Jodi kembali menghampiri Wanita paruh baya itu.

“Bu maaf, ada keluarga yang bisa saya hubungi untuk menginformasikan kejadian ini?” tanya nya penuh sopan santun.

Wanita itu meminta tolong membukakan tasnya yang berwarna hitam merek Gucci. Di bagian kantong kecil di depan tas dia meletakkan gawainya.

Wanita itu membuka kunci layar lalau menekan tombol hijau yang bertuliskan anakku. 

Setelah nada dering berbunyi, diserahkan gawai itu ke Jordi. Wanita itu lanjut di tangani Dokter, tidak lama seseorang menjawab panggilan itu.

“Assalamuallaikum, ya ma?” jawabnya.

“Waallaikumsalam,” balas Jordi. Dengan nada tinggi karena, terkejut mengapa gawai mamanya yang menjawab seorang lelaki.

Pria di panggilan itu bertanya. "Kamu siapa! Kenapa gawai mama denganmu?” tanyanya  berentetan. 

“Ma–af sebelumnya, Ibu Anda di serempet saat akan menyeberang sekitaran jalan Opu To Sappaile ( Opsal ). Pelakunya melarikan diri, mohon maaf saya tidak mengejar pelakunya nyawa Ibu Anda lebih penting,” jelas Jordi yang awalnya sedikit terbata, saat mendengar bentakan dari orang lawan bicaranya. 

“Maaf tadi sempat berpikir macam-macam, terimakasih banyak telah menolong Ibu saya. Sekarang beliau di mana?” tanya Pria itu. 

“Di rumah sakit dekat daerah situ juga,” jawab Jordi. Lelaki itu menjawab lagi segera menuju rumah sakit lalu mematikan sambungan telepon. 

Sekitar tiga puluh menit, Lelaki itu bertemu dengan Jordi. Betapa terkejutnya Jordi ternyata Pria yang menghampirinya adalah Senior di sekolah SMK Duta Karsa. Dia kakak OSIS yang bernama Farhan Putra Bramasta.

“Dimana Ibu saya?” tanya Pemuda itu. 

Jordi langsung menemaninya menuju ruang ibunya di periksa, setelah mereka menunggu sekitar lima belas menit Dokter keluar, beliau mengatakan bahwa di bagian pergelangan kaki Ibunya mengalami retak, sehingga harus di lakukan tindakan lebih lanjut. 

Mendengar pernyataan Dokter, Farhan langsung terduduk di tarik rambutnya bingung harus bagaimana. Dengan spontan Jordi  langsung menenangkan Farhan.

“Kamu hubungi saja Ayahmu mengenai hal ini, tetap tenang setidaknya Ibumu masih sadar dan tidak terlampau parah,” ujar Jordi memberi masukan, agar Farhan tidak salah mengambil keputusan. 

Farhan segera menghubungi Ayahnya, jawaban dari Ayahnya agar Farhan menyetujui saran dari Dokter. Ayahnya meminta agar ibunya di beri penanganan terbaik.

“Terimakasih ya Jordi kamu sudah mau menolong Ibu saya. Kamu anak baru di SMK Duta Karsa ya?” tanya Farhan. 

“Iya Kak, maaf  kalau ada salah kata tadi saya memanggil dengan nama saja,” jawab Jordi malu-malu. 

“Hahaha ... panggil saja Farhan. Karena, kita sebenarnya seusia, saya dulu waktu SMP ikut kelas Akselerasi di pulau Jawa sebab itu saat ini saya sudah senior di atasmu. Hanya saja saat SMA orang tua saya memindahkan saya kesini,” jelas Farhan. 

“Oh berarti kakak, masih baru di sini?” tanya Jordi. 

“Iya, baru dua tahun berjalan. Di sini Ayah membuka cabang perusahaannya. Seharusnya kami tinggal di kota Makassar, tetapi Ibuku lebih memilih kota Palopo. Entah mengapa dia meminta seperti itu,” jawab Farhan. 

“Oke kak, kalau begitu saya pulang dahulu. Takut di cari Mama,” balas Jordi berpamitan. Farhan saat ini sendiri di rumah sakit. 

Sepanjang jalan Jordi tidak habis pikir, berarti Farhan adalah murid yang cerdas. Tapi, mengapa Valencia yang disuruh mengerjakan tugasnya.

Pikiran-pikiran konyol menemani perjalanan pulangnya. Hingga dia memutuskan akan menceritakan kejadian ini, dengan Valencia. “Pasti Val, bakalan senang dapat informasi ini,” gumamnya. 

***

Matahari mulai menunjukkan senyum kebahagiaan, Valencia kali ini tidak kesiangan. Dia sempat sarapan bersama dengan Nenek dan Kakeknya karena, Selvi sedang berada di luar kota. Sekitar tiga puluh menit kemudian, suara klakson motor Jordi sudah terdengar. 

Pemuda itu setia mengantar serta menjemput sahabatnya, sehingga beberapa teman sebayanya sering salah paham dengan persahabatan mereka. “Sudah siap?” tanya Jordi. Valencia mengangguk dan berpegangan di bahu Jodi untuk naik ke belakang motor. 

“Jordi! Aku lupa buat topi daun,” jerit Valencia, membuat Jordi berhenti mendadak. 

“Aku pikir kenapa, tenang sudah aku siapkan buatmu,” jawab Jordi. Dia sangat paham dengan sahabatnya ini jadi selalu menyediakan dua untuk setiap tugas prakarya atau sejenisnya. 

“Ow ... Jordi senang sekali punya sahabat seperti kamu. Aku sayang kamu Jordi,” ucap Valencia sambil memeluk Jordi dari belakang. 

Ada perasaan aneh saat Valencia memeluknya, perasaan yang sangat berbeda. Sehingga membuat dia bingung, perasaan ini tidak seperti biasanya ada rasa senang dan berdegup tepat di jantungnya. 

Motor mereka memasuki halaman sekolah, seperti biasa semua mata memandang ke arah mereka yang menjadi primadona siswa baru.

“Jordi!” panggil Bulan dari kejauhan. 

“Ehem ... ada fans yang sudah menanti,” ejek Valencia. Merasa temannya jahil Jordi langsung menggenggam tangan Valencia, sambil tersenyum ke arah Bulan. 

Bulan yang tadinya ingin mendekat ke Jordi langsung putar balik merasa tidak nyaman dengan, pandangan keromantisan mereka.

“Eits, ada maksud apa ini. Jordi bagaimana kita mau punya pacar kalau setiap ada yang mau dekati kamu selalu begini,” ujar Valencia yang menepis tangan Jordi. 

“Sengaja, aku mau fokus sekolah dulu Val. Lagian kalau aku sudah punya pacar, otomatis mereka akan minta antar jemput. Memangnya kamu mau jalan kaki ke sekolah?” tanya Jordi mengejek tepat di wajah Valencia. 

Gadis itu menghela napas. “Terserah kamu saja, yang penting kalau nanti enggak punya pacar jangan salahi aku,” cetusnya sambil lalu, sedangkan Jordi menatapnya dengan senyuman lega.

“Duh kak Farhan, mana aku belum buat tugas yang dia berikan,” gumam Valencia yang di dengar Jordi. “Memangnya dia ngasi tugas apaan?” tanya Jordi. 

“Membuat cerpen, tapi biarkan paling di hukum,” ujar Valencia lirih. Merasa kasihan dengan sahabatnya itu, Jordi menariknya.

“Ayo kita buat, bergantian  menulisnya agar cepat selesai,” ajak Jordi. 

Betapa senangnya Valencia memiliki sahabat seperti Jordi seperti malaikat pelindung baginya. Masih ada waktu dua puluh menit sebelum bel berbunyi, mereka segera menyelesaikan tugas yang di berikan Farhan. 

“Akhirnya selesai, terimakasih kamu selalu ada buatku,” ucap Valencia memegang tangan Jordi.

“Sudahlah itu memang sudah tugas sahabat, saling menjaga dan saling membantu,” ujar Jordi. 

Bel sudah berbunyi kali ini semua siswa, langsung berkumpul berdasarkan kelompoknya. Valencia terpisah lagi dengan Jordi, saat ini dia tidak terlambat. Awalnya dia pikir akan mendapatkan tugas sama seperti timnya ternyata, dia di tinggal lagi bersama Farhan. 

“Valencia disini saja, ada tugas khusus dari saya,” ucap Farhan. Valencia menelan salivanya, merasa tugasnya kali ini sama seperti kemarin mengerjakan tugas sekolah Farhan. 

“Huff....” keluhnya mengembuskan napas kesal. Gadis itu kesal karena, dari hari pertama dia benar-benar hanya di tempat itu tanpa mengenal lingkungan sekolah.

Hari ini dia juga masih di berikan tugas yang sama, seakan kebosanan mulai melanda dirinya. 

“Kak salah saya apa lagi? Kenapa saya hanya disini?” tanyanya merasa sudah tidak tahan, dengan sikap ketua OSIS super  aneh ini. 

“Kamu duduk saja, selesaikan tugas-tugas saya,” jawab Farhan santai, seakan perkataan Valencia tidak berarti buatnya. 

Saat Valencia mulai mengerjakan tugas dari dia tiba-tiba Pria itu membuka suara.

“Sebenarnya aku bisa mengerjakan semua itu, tapi saat ini aku merasa bosan. Melihat tulisan kamu kemarin membuatku merasa ada motivasi lagi. Seharusnya saat ini aku juga termasuk siswa baru seperti kalian, hanya saja aku ikut kelas akselerasi hingga jadi senior dari kalian,” cerita Farhan menatap kosong ke tengah lapangan. 

“Jadi, sebenarnya Kakak bosan bersekolah atau ingin bersekolah normal?” tanya Valencia. 

“Aku ingin bersekolah normal, merasakan seperti kalian. Tugas yang kamu kerjakan ini tidak semua siswa mendapatkannya,” jelasnya lagi. “Menurut kamu bagaimana?” tanyanya. 

“Menurutku, keren. Tidak semua siswa bisa mengikuti kelas seperti itu, setidaknya saat semua orang masih belajar kakak sudah bisa menghasilkan uang dari keringat kakak sendiri, jadi mandiri gitu,” jawab Valencia jujur. 

“Benar juga ya saran kamu,” balasnya sambil menyapu rambut Valencia. Valencia mencibir kesal, biasanya Jordi yang suka seperti itu ini ada lagi satu orang berani, merusak rambutnya. 

“Ma—af, pantas saja siapa temanmu itu, senang bersama denganmu. Ternyata kamu memang anaknya adik ya,” ujarnya lagi, pipi Valencia langsung merona. Ada rasa bangga di puji oleh lelaki yang sempat membuatnya terpesona. 

Bersambung ...

Jangan lupa follow Instagram @Indraqilsyamil 

Bab terkait

  • Amorem Te Odium    Bab 9. Terbakar Cemburu

    Seseorang memperhatikan Farhan dan Valencia, di mata orang tersebut mereka nampak akrab dan bersenda gurau sehingga membuatnya menjadi terbakar.“Hebat dia bisa membuat Farhan akrab begitu cepat, sedangkan aku berjuang selama ini hanya di pandang sebelah mata,” ujar Hana, dengan perasaan sesak seakan ada batu yang menganjal di hatinya.“Hai, Hana kemari,” panggil Farhan. Merasa dia sebagai siswa baru Valencia kembali menjaga jarak dan fokus pada tugasnya.“Iya,” jawab Hana seakan tidak bersemangat.Valencia menyadari hal itu, dia bisa membaca raut wajah seseorang. Teringat saat masih SMP, salah seorang siswa pernah menaruh hati padanya. Ketika Jordi akrab dengannya, pria itu menunjukkan raut wajah yang sama seperti Hana.“Sepertinya dia menyukaimu kak,” ungkap Valencia dengan nada pelan. Farhan terkejut, dia tidak menyangka Valencia berkata seperti itu.“Ini

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • Amorem Te Odium    Bab 10. Hari Terakhir Pengenalan Sekolah

    Akhirnya bel pulangan berbunyi, Valencia bergegas pulang ke rumah. Namun saat di parkiran dia melihat Jordi, sedangkan Bulan disamping-Nya. Seakan memaksa untuk di antar pulang, merasa itu kesempatan buat Jordi.Valencia segera mengirim pesan singkat, yang isinya bahwa dia sudah pulang naik angkutan umum. Di pesan terakhirnya Valencia meminta maaf sengaja dia begitu agar Jordi bisa menuruti Bulan.“Val, mau kamu apa?” pekik Jordi kesal. “Ayo Bulan, naik saya antar. Tetapi hanya sekali ini, besok-besok biar kamu berdiri di situ, akan saya biarkan,” ucap Jordi kesal.Namun Bulan tidak ambil pusing soal itu, yang penting dia bisa pulang bareng Jordi dan jadi sorotan para kaum Hawa di sekolah itu.Melihat Jordi sudah jauh, suasana sekolah juga mulai sepi. Barulah Valencia keluar dari tempat dia bersembunyi, langkahnya sedikit gontai. Ada penyesalan membiarkan sahabatnya itu pergi dengan Bulan,

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • Amorem Te Odium    Bab 11. Niat Busuk

    Siswa di kumpulkan lagi untuk pembekalan, hari ini mereka akan berkemah di sekolah. Sebagai hari terakhir pengenalan lingkungan sekolah. Kegiatan hari ini puncak dari kegiatan sebelumnya, sebagai hari pelantikan siswa baru juga.“Val!” panggil Jordi menghampiri sahabatnya.“Kenapa Jor?” tanya Valencia. Gadis itu menyiapkan tempat untuk membangun tenda. Jordi berjalan mendekatinya.“Sini aku bantu,” ucapnya mengambil alih tali yang di pegang, Valencia.“Memangnya tendamu sudah berdiri?” tanya Valencia. Dia tidak ingin Jordi mendapat masalah karena, selalu membantunya.“Sudah, sekarang aku tinggal menyiapkan buat kegiatan menjelajah sebentar sore,” jawabnya.Mereka membuat tenda bersamaan, disisi lain terlihat Bulan menatap sinis ke arah mereka.“Jor, lihat Bulan menatapku sinis,” ujar Valencia. Jordi berus

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • Amorem Te Odium    Bab 12. Jeruji atau Damai

    Suara sirene ambulance memasuki SMK Duta Karsa, beberapa warga yang kebetulan melintas merasa penasaran dan berbondong-bondong berhenti. Hanya sekedar ingin tahu apa yang terjadi. Beberapa pihak keamanan dari kepolisian juga mengamankan daerah itu.Sehingga Valencia bisa di bawa menuju rumah sakit. Jordi bersama Farhan ikut mengantarkan Valencia ke rumah sakit.“Val! Bangun.Jangan tinggali aku, nanti siapa yang akan aku jahili,” bujuk Jordi berusaha membangunkan sahabatnya.Melihat sikap Jordi, Farhan merasa bersalah. Seandainya dia peka seharusnya dia yang paling belakang, bukan membiarkan Hana.Bahkan dia sempat di beritahu Valencia jika Hana menyukainya, tetapi dia tidak menyangka rasa suka Hana, bisa mencelakakan Valencia seperti ini.Sedikit banyak ini juga kesalahan dia. “Jor, sabar ya semoga dia baik-baik saja. Mungkin dia kelelahan, sepertinya dia suda

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • Amorem Te Odium    Bab 13. Jeruji atau Damai ( 2)

    Hujan turun deras, mobil Terios putih memasuki halaman Rumah sakit, saat itu cuaca seakan mendukung perasaan Selvi. Langkahnya diiringi Jordi menuju ruang ICU, di depan ruangan itu masih setia menunggu Darno dan Winarsih.“Bagaimana, Pak sudah ada perkembangan?” tanya Selvi cemas.“Belum Nduk ( nak), sepertinya kita harus banyak berdoa,” jawab Darno, mengelus pundak Selvi.Wajah Selvi semakin cemas, Dia takut jika Valencia tidak akan sadar. “Aku akan kesekolah, ingin ku temui siswa itu,” ungkapnya geram.Saat dia akan melangkahkan kaki menuju SMK Duta Karsa, salah satu perawat meminta di masuk ke ruangan Dokter. Akhirnya dia menuju ruangan Dokter, di buka pintu berwarna putih tulang. “Masuk Bu, silakan duduk,” ucap Dokter Ivan.“Bagaimana, kondisi anak saya Dokter? Apakah dia masih bisa sembuh?” tanya Selvi.“Alhamdulillah anak Ib

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • Amorem Te Odium    Bab 14. Terpaksa Mengabulkan

    Selvi menghela napas panjang, memikirkan permintaan yang sangat berat menurut dia. Betapa baiknya putrinya ini, nyawanya hampir melayang dia masih mau memaafkan orang yang mencelakainya.Melihat ketulusan Valencia, membuat Selvi luluh. Akhirnya Selvi menghubungi pengacaranya untuk mencabut semua tuntutannya itu.Valencia senang karena, Bunda nya mau memaafkan Hana dan bulan. Memandang jauh keluar kaca jendela rumah sakit, terlihat pasien lain yang di antar oleh ke dua orang tuanya.Perasaan Selvi seakan hancur, dia merindukan kehadiran Ayahnya. Tetapi dia tidak tahu apakah Ayahnya masih hidup atau tidak, terkadang ingin bertanya tapi ada perasaan takut jika bundanya marah.“Bunda,” panggilnya dengan suara lirih.“Iya ada apa?” tanya Selvi.“Bunda tidak ingin memiliki pendamping hidup? Seperti mereka,” tanya Valencia.Selvi tertegun mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • Amorem Te Odium    BAB 15. Serba Salah

    Panggilan itu masih Valencia abaikan, perasaannya benar-benar bingung. Mau menjawab takut di tanya oleh Bundanya.Satu panggilan terabaikan, ada rasa lega di hati Valencia. Mereka bergegas keluar menuju lobi. Sekitar lima belas menit dari panggilan itu. Gawai Valencia berbunyi lagi, nama yang tertera kali ini Jordi.Segera dia menggeser lambang telepon berwarna hijau.“Assalamuallaikum, ada apa Jor?” tanya Valencia dalam panggilan itu.“Waallaikumsalam, kata ART kamu pulang hari ini Val?” tanya Jordi antusias.“Hem, bagaimana ya. Mau kamu pulang hari ini atau tidak?” goda Valencia.“Huff, aku serius Val? Kamu enggak kasihan aku merana seperti pena kehilangan buku,” ujar Jordi.“Hahaha ... jangan sedih gitu. Aku sekarang dalam perjalanan, Kamu siapkan coklat kalau tidak ...,” ancam Valencia yang menghentikan ucapannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • Amorem Te Odium    16. Perasaan Farhan

    Di tempat lain di mana Farhan berada, pria itu mendapat pesan singkat dari Valencia. Awalnya dia tidak yakin akan membalas pesan itu atau langsung menghubunginya. Hati kecilnya sempat bergelut merasa tidak yakin. Jika dia menghubungi langsung, maka dia tidak perlu repot-repot menghapus setiap kata. Akhirnya dia memutuskan menekan tanda telepon di gawainya. Panggilan mulai berdering, Farhan menunggu dengan sabar hingga ada jawaban dari Valencia. Tetapi hingga dering terakhir Valencia tidak menjawabnya. Mungkin dia sedang sibuk akhirnya Farhan memutuskan menjawab melalui pesan singkat, dia kembali meletakkan gawainya di atas nakas. Kegiatan hari ini dia ikut ayahnya ke salah satu perusahaan mereka, jadi perjalanan yang akan di tempuh lumayan lama dari kota Palopo ke Makassar. “Farhan sudah siap?” tanya Bramasta. “Sebentar lagi Farhan keluar, ini lagi mengenakan sepatu,” ujarnya. Sekitar lima belas menit kemudian Bramasta melihat Putranya dengan kemeja hitam dan sepatu ala kant

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26

Bab terbaru

  • Amorem Te Odium    Bab 18. Rasa Penasaran

    Farhan menunggu balasan dari pesan singkatnya, tapi tidak kunjung di balas oleh Valencia. Hingga dia menyium bau dupa yang keluar dari ruangan khusus ibunya.Langkanya semakin dekat hingga dia menemukan sesuatu yang menjadi kecurigaannya selama ini, sosok menyeramkan sedang berdiskusi dengan Ibunya.'A-apa itu?' tanyanya terbata di dalam hati.Sebuah sosok besar menyerupai ular dengan separuh badan manusia, kaki Farhan tidak dapat bergerak dia mematung seketika."Jangan kau ambil anakku, tunggu beberapa hari aku akan memberikan permintaanmu." Farhan hanya bisa menelan saliva. Hingga sebuah notif pesan singkat menyadarkannya dari lamunan.[ Aku baik-baik saja, saat ini sudah berada di rumah]Farhan menutup smartphonenya lalu gersenyum, dia masih bingung harus membalas apa. Saat ini ia masih tidak menyangka, Ibunya bersekutu dengan Jin.[ Alhamdulillah , kalau kamu sudah baik- baik saja] balas Farhan dalam pesan singka

  • Amorem Te Odium    Bab 17. Sosok

    Farhan kembali menuju tempat Ayahnya berada dia tidak habis pikir, dengan apa yang dia lihat. Sosok yang dingin itu tiba-tiba menghilang. Menurut Farhan seperti ada pesan yang ingin di ceritakan gadis itu. Walau Farhan berupaya menyingkirkan kejadian yang dia alami, tetapi semua seakan sia-sia. Benaknya masih bertanya-tanya ke mana perginya gadis dengan ekspresi dingin, yang membuat bulu kuduknya merinding. Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, Pria itu terkejut. Hampir saja dia memukul orang yang dibelakanginya itu. “Duh Ayah, hampir jantungku copot,” ungkapnya. “Kenapa, seperti habis lihat setan saja?” tanya Bramasta. Farhan diam sejenak seakan masih bingung harus bagaimana memulainya. “Tadi pas ke lantai atas ada anak seusiaku, dia sendirian. Mungkin salah satu anak rekan kerja Ayah,” ceritanya. “Bisa jadi, tapi apa yang membuat kamu jadi seperti ini. Seperti habis melihat setan saja,” ujar Bramasta. Wajah Farhan terlihat pucat, menurut Bramasta ada yang janggal.

  • Amorem Te Odium    16. Perasaan Farhan

    Di tempat lain di mana Farhan berada, pria itu mendapat pesan singkat dari Valencia. Awalnya dia tidak yakin akan membalas pesan itu atau langsung menghubunginya. Hati kecilnya sempat bergelut merasa tidak yakin. Jika dia menghubungi langsung, maka dia tidak perlu repot-repot menghapus setiap kata. Akhirnya dia memutuskan menekan tanda telepon di gawainya. Panggilan mulai berdering, Farhan menunggu dengan sabar hingga ada jawaban dari Valencia. Tetapi hingga dering terakhir Valencia tidak menjawabnya. Mungkin dia sedang sibuk akhirnya Farhan memutuskan menjawab melalui pesan singkat, dia kembali meletakkan gawainya di atas nakas. Kegiatan hari ini dia ikut ayahnya ke salah satu perusahaan mereka, jadi perjalanan yang akan di tempuh lumayan lama dari kota Palopo ke Makassar. “Farhan sudah siap?” tanya Bramasta. “Sebentar lagi Farhan keluar, ini lagi mengenakan sepatu,” ujarnya. Sekitar lima belas menit kemudian Bramasta melihat Putranya dengan kemeja hitam dan sepatu ala kant

  • Amorem Te Odium    BAB 15. Serba Salah

    Panggilan itu masih Valencia abaikan, perasaannya benar-benar bingung. Mau menjawab takut di tanya oleh Bundanya.Satu panggilan terabaikan, ada rasa lega di hati Valencia. Mereka bergegas keluar menuju lobi. Sekitar lima belas menit dari panggilan itu. Gawai Valencia berbunyi lagi, nama yang tertera kali ini Jordi.Segera dia menggeser lambang telepon berwarna hijau.“Assalamuallaikum, ada apa Jor?” tanya Valencia dalam panggilan itu.“Waallaikumsalam, kata ART kamu pulang hari ini Val?” tanya Jordi antusias.“Hem, bagaimana ya. Mau kamu pulang hari ini atau tidak?” goda Valencia.“Huff, aku serius Val? Kamu enggak kasihan aku merana seperti pena kehilangan buku,” ujar Jordi.“Hahaha ... jangan sedih gitu. Aku sekarang dalam perjalanan, Kamu siapkan coklat kalau tidak ...,” ancam Valencia yang menghentikan ucapannya.

  • Amorem Te Odium    Bab 14. Terpaksa Mengabulkan

    Selvi menghela napas panjang, memikirkan permintaan yang sangat berat menurut dia. Betapa baiknya putrinya ini, nyawanya hampir melayang dia masih mau memaafkan orang yang mencelakainya.Melihat ketulusan Valencia, membuat Selvi luluh. Akhirnya Selvi menghubungi pengacaranya untuk mencabut semua tuntutannya itu.Valencia senang karena, Bunda nya mau memaafkan Hana dan bulan. Memandang jauh keluar kaca jendela rumah sakit, terlihat pasien lain yang di antar oleh ke dua orang tuanya.Perasaan Selvi seakan hancur, dia merindukan kehadiran Ayahnya. Tetapi dia tidak tahu apakah Ayahnya masih hidup atau tidak, terkadang ingin bertanya tapi ada perasaan takut jika bundanya marah.“Bunda,” panggilnya dengan suara lirih.“Iya ada apa?” tanya Selvi.“Bunda tidak ingin memiliki pendamping hidup? Seperti mereka,” tanya Valencia.Selvi tertegun mendenga

  • Amorem Te Odium    Bab 13. Jeruji atau Damai ( 2)

    Hujan turun deras, mobil Terios putih memasuki halaman Rumah sakit, saat itu cuaca seakan mendukung perasaan Selvi. Langkahnya diiringi Jordi menuju ruang ICU, di depan ruangan itu masih setia menunggu Darno dan Winarsih.“Bagaimana, Pak sudah ada perkembangan?” tanya Selvi cemas.“Belum Nduk ( nak), sepertinya kita harus banyak berdoa,” jawab Darno, mengelus pundak Selvi.Wajah Selvi semakin cemas, Dia takut jika Valencia tidak akan sadar. “Aku akan kesekolah, ingin ku temui siswa itu,” ungkapnya geram.Saat dia akan melangkahkan kaki menuju SMK Duta Karsa, salah satu perawat meminta di masuk ke ruangan Dokter. Akhirnya dia menuju ruangan Dokter, di buka pintu berwarna putih tulang. “Masuk Bu, silakan duduk,” ucap Dokter Ivan.“Bagaimana, kondisi anak saya Dokter? Apakah dia masih bisa sembuh?” tanya Selvi.“Alhamdulillah anak Ib

  • Amorem Te Odium    Bab 12. Jeruji atau Damai

    Suara sirene ambulance memasuki SMK Duta Karsa, beberapa warga yang kebetulan melintas merasa penasaran dan berbondong-bondong berhenti. Hanya sekedar ingin tahu apa yang terjadi. Beberapa pihak keamanan dari kepolisian juga mengamankan daerah itu.Sehingga Valencia bisa di bawa menuju rumah sakit. Jordi bersama Farhan ikut mengantarkan Valencia ke rumah sakit.“Val! Bangun.Jangan tinggali aku, nanti siapa yang akan aku jahili,” bujuk Jordi berusaha membangunkan sahabatnya.Melihat sikap Jordi, Farhan merasa bersalah. Seandainya dia peka seharusnya dia yang paling belakang, bukan membiarkan Hana.Bahkan dia sempat di beritahu Valencia jika Hana menyukainya, tetapi dia tidak menyangka rasa suka Hana, bisa mencelakakan Valencia seperti ini.Sedikit banyak ini juga kesalahan dia. “Jor, sabar ya semoga dia baik-baik saja. Mungkin dia kelelahan, sepertinya dia suda

  • Amorem Te Odium    Bab 11. Niat Busuk

    Siswa di kumpulkan lagi untuk pembekalan, hari ini mereka akan berkemah di sekolah. Sebagai hari terakhir pengenalan lingkungan sekolah. Kegiatan hari ini puncak dari kegiatan sebelumnya, sebagai hari pelantikan siswa baru juga.“Val!” panggil Jordi menghampiri sahabatnya.“Kenapa Jor?” tanya Valencia. Gadis itu menyiapkan tempat untuk membangun tenda. Jordi berjalan mendekatinya.“Sini aku bantu,” ucapnya mengambil alih tali yang di pegang, Valencia.“Memangnya tendamu sudah berdiri?” tanya Valencia. Dia tidak ingin Jordi mendapat masalah karena, selalu membantunya.“Sudah, sekarang aku tinggal menyiapkan buat kegiatan menjelajah sebentar sore,” jawabnya.Mereka membuat tenda bersamaan, disisi lain terlihat Bulan menatap sinis ke arah mereka.“Jor, lihat Bulan menatapku sinis,” ujar Valencia. Jordi berus

  • Amorem Te Odium    Bab 10. Hari Terakhir Pengenalan Sekolah

    Akhirnya bel pulangan berbunyi, Valencia bergegas pulang ke rumah. Namun saat di parkiran dia melihat Jordi, sedangkan Bulan disamping-Nya. Seakan memaksa untuk di antar pulang, merasa itu kesempatan buat Jordi.Valencia segera mengirim pesan singkat, yang isinya bahwa dia sudah pulang naik angkutan umum. Di pesan terakhirnya Valencia meminta maaf sengaja dia begitu agar Jordi bisa menuruti Bulan.“Val, mau kamu apa?” pekik Jordi kesal. “Ayo Bulan, naik saya antar. Tetapi hanya sekali ini, besok-besok biar kamu berdiri di situ, akan saya biarkan,” ucap Jordi kesal.Namun Bulan tidak ambil pusing soal itu, yang penting dia bisa pulang bareng Jordi dan jadi sorotan para kaum Hawa di sekolah itu.Melihat Jordi sudah jauh, suasana sekolah juga mulai sepi. Barulah Valencia keluar dari tempat dia bersembunyi, langkahnya sedikit gontai. Ada penyesalan membiarkan sahabatnya itu pergi dengan Bulan,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status