Share

Perubahan

Author: niandez
last update Last Updated: 2023-09-11 18:00:09

Biasanya tiap membicarakan perihal bisnis, Enrique dan George berbincang di bar murahan. Minum alkohol murah dan tidak ada musik mendayu di telinga. Rupanya selera Luis jauh lebih baik—tudak seperti sang ayah, pria ini tahu betul soal hiburan. Penyanyi jazz di bergaun ketat di panggung beberapa kali bertemu pandang dengan Enrique, pria itu kerap membalas dengan kerlingan mata. Habis urusannya selesai, ia berencana kenalan dengan wanita itu. Namun, sebelum niatnya terlaksana, terlebih dahulu urusan utamanya diselesaikan.

"Bagaimana kabar produk baru? Penjualannya lancar, kan?" tanya Luis seraya menyundut rokok.

"Seperti jalur bebas hambatan. Permintaan melonjak, sebaiknya kita menambah kru agar bisa memperluas jaringan."

"Maksudmu apa? Kita mau bikin kelompok gangster? Mau jadi kartel di kota ini? Sekalian saja jual senjata, dan perdagangkan wanita biar dapat untung lebih banyak." Luis bergurau.

"Kalau bagus untuk bisnis, kenapa tidak? Coba saja."
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ambisi Sang Penguasa   Rendezvous Mengejutkan

    Luis memenuhi keinginan Charlotte, pulang cepat untuk berkencan sesuai rencana sang istri. Semenjak kejadian unboxing bermalam-malam lalu, Charlotte merasa tidak bisa lepas dari Luis. Sedang pria itu dalam tahap proses membuka hati untuk Charlotte, sangat sulit baginya mencintai perempuan lain selain gadis pertama yang ia miliki.Mereka pergi ke restoran Italia mewah pertama di kota. Baru buka hari ini, dan antuasiasnya luar biasa. Antrean mengular hingga ke bagian luar ujung bangunan. Luis menghitung barisan di depan, jumlahnya sepuluh, ia dan Charlotte berada di barisan ke sebelas. Di dalam meja-meja tampak penuh, kalau begini situasinya, bagaimana caranya bisa masuk."Charlotte, tidak mau cari restoran lain saja? Ke restoran seafood saja, ya, yang lebih sepi.""Tidak mau! Aku sangat ingin makan di tempat ini! Katanya enak.""Seafood juga enak!" Luis bersikeras keluar dari antrean. Sepasang pengunjung berhasil masuk, artinya sembilan baris lagi

    Last Updated : 2023-09-12
  • Ambisi Sang Penguasa   Ide Gila

    "Emma?""Luis!"Luis mendapati gadis itu memakai kalung kupu-kupu pemberiannya, dan itu membuat Luis sedikit bahagia. "Apa yang kau lakukan di sini?"Emma menjawab ketus. "Tamu tidak akan membawa alat bersih-bersih. Sudah jelas aku bekerja di sini."Mereka diam setelahnya, menyelami keterkejutan masing-masing. Luis terkejut mengetahui bahwa Emma bekerja di tempat usaha milik teman baiknya. Sedang, Emma terkejut berjumpa dengan Luis di waktu yang tidak tepat, tatkala dirinya memakai seragam pegawai kebersihan. Melihat perbandingan keduanya, dari penampilan saja saling berbanding terbalik. Pakaian Luis tampak mahal nan berkilau, sementara Emma nampak tidak mengesankan mata.Usai berdetik-detik bungkam, Luis memutuskan melanjutkan percakapan, "Em—"Emma memotong lebih cepat, "Kau pasti datang bersama istrimu. Selamat menikmati makan malam kalian, ya." Emma hendak pergi, tapi Luis mencegahnya. Sekian lama tidak berinteraksi, Luis ber

    Last Updated : 2023-09-13
  • Ambisi Sang Penguasa   (Bukan) Rencana Bahagia

    "Aku tidak selingkuh!" bantah Luis. "Hubungan kita sudah berjalan sejak lama, sebelum aku bertemu dengan Charlotte. Kita tidak pernah putus, bukan? Memang aku atau kau, ada yang pernah bilang kalau kita putus hubungan?"Emma tercekat. Fakta bahwasanya tidak ada satupun dari mereka yang bilang putus. Namun, jelas saja hubungan mereka tidak bisa berlanjut sebab Luis telah menikah dengan seorang wanita yang kini menjadi istri sahnya."Aku memang selingkuh, tapi bukan denganmu. Justru aku menyelingkuhimu, Emma. Aku ingin memperbaiki hubungan kita.""Kenapa?" Emma menanggapi lebih serius."Agar aku hidup. Aku ingin hidup seperti dulu, bahagia karena ada dirimu."Emma merasa bimbang, keyakinannya pun goyah. Satu alasan yang menggugah isi hatinya, ternyata Emma penting bagi Luis. Jujur saja, Emma masih punya secercah rasa kepada Luis yang ia tampik terus-menerus. Tentu saja menjadi berat, sebab ada Charlotte di antara mereka."Aku tidak

    Last Updated : 2023-09-14
  • Ambisi Sang Penguasa   Terbangnya Phoenix

    Bos besar duduk murung di kursi belakang, mobilnya dikemudikan oleh sang asisten yang sudah beberapa kali mencuri pandang melalui spion tengah. Menjadi pimpinan perusahaan ternyata tidak se-menggembirakan perkiraannya. Buktinya, Luis kerap tertangkap tengah berekspresi lusuh. Mungkin dia memikirkan arus uang perusahaan, atau bonus karyawan, atau beban pajak, entahlah."Kenapa, Bos?" Ed tidak tahan menahan penasaran.Luis melirik, pantulan wajahnya mengenai spion. "Istriku hamil.""Wah, benarkah? Selamat!" Ed belum menemukan alasan di balik raut kusut Luis."Hm, terima kasih." Luis tidak terdengar bahagia."Istrimu hamil, kenapa malah cemberut?" Sekarang Ed paham, pasti ada kaitannya dengan jabang bayi itu."Aku khawatir, Ed. Aku ingin punya anak laki-laki agar bisa jadi pewaris. Aku takut istriku melahirkan anak perempuan."Ed tidak percaya seorang Luis yang dikenalnya memiliki pemikiran maju berubah konyol akibat jenis

    Last Updated : 2023-09-15
  • Ambisi Sang Penguasa   Untuk Orang Tersayang

    Berkali-kali Luis menyambangi restoran Italia milik sahabatnya, berkali-kali juga ia menemui Emma. Luis datang di malam hari tanpa Charlotte curiga, saat seluruh kru berhamburan keluar dari tempat kerja, itulah waktunya berjumpa dengan gadisnya. Berkali-kali menolak akhirnya pun takluk, itulah Emma, dia tidak mampu menahan hasrat yang sekeras mungkin dipendam. Namun, akhirnya ia takluk oleh rayuan Luis. Laki-laki itu selalu bilang bahwa ia merindukannya, padahal ia sudah memiliki seorang wanita di rumah sana. Sama sekali tidak cukup, Luis hanya menginginkan Emma sampai kapan pun.Hingga saat hubungan mereka benar-benar telah membaik, Luis berniat memberi kejutan pada Emma. Di hari libur Emma, Luis menggunakan waktu makan siang untuk menemuinya sebab ini adalah hari kerja bagi orang kantoran."Harusnya kita bertemu nanti saja saat kau sudah pulang kerja." Emma khawatir mengganggu pekerjaan Luis."Makanya cepat naik. Waktuku tidak banyak," desak Luis.

    Last Updated : 2023-09-16
  • Ambisi Sang Penguasa   Orang Lain

    "Lama-lama aku menyukai tempat ini. Bar ini lebih baik dari tempat nongkrongku dan ayahmu dulu." Enrique mengagumi kenyamanan bar yang semakin lama pas di hatinya, tapi kalau untuk minum biar Luis yang bayar."Hm, lain kali saat bisnis sudah berjaya, aku tidak akan mentraktirmu lagi." Luis merasa terlalu baik selama ini memanjakan rekan bisnis baiknya."Ya, asalkan bagianku sudah dapat banyak, aku akan bayar sendiri. Tapi sekali-kali boleh lah kau yang bayar."Luis tidak menyahut."Hei, lihat, penyanyi favoritmu tampil, tuh!" Luis menunjuk panggung yang baru saja diisi penyanyi cantik yang tempo lalu pernah Enrique ajak berkenalan.Enrique menyeringai lebar bagai karnivora menyasar mangsa. Ia menghabiskan minumannya dulu sebelum beranjak menuju bawah panggung. Saat Enrique menaruh kembali gelas ke meja, seseorang datang menyela."Luis!" Abra tiba-tiba muncul dan menghampiri kawannya."Abra! Kau di sini juga?" Mereka sali

    Last Updated : 2023-09-17
  • Ambisi Sang Penguasa   Kekonyolan Charlotte

    Charlotte merasa konyol, ia tidak pernah bersenang-senang sekadar menghabiskan waktu luang berdua dengan Luis. Namun, kali ini dia malah jalan-jalan di pusat perbelanjaan bersama teman baik suaminya—teman Charlotte juga. Charlotte mungkin baru ingat memori mereka sewaktu SMA. Abra beda kelas, beda jurusan, tapi entah mengapa lelaki itu selalu meluangkan waktu menjemput Charlotte di kelasnya yang berbeda gedung. Abra kerap ikut bergabung dengan kelompok pertemanan Charlotte, ikut tertawa walau membicarakan hal yang tidak dia suka. Setidaknya sampai sekarang Abra tidak pernah menyatakan apapun, itulah yang membuat Charlotte yakin pria itu hanya sekadar teman.Sementara, Abra tengah berkecamuk. Abra remaja bisa tahan menyembunyikan perasaannya dari gadis yang sekarang telah menjadi wanita seutuhnya, tetapi rasanya sudah tidak sanggup lagi. Abra sudah cukup dikejutkan dengan fakta pernikahan kedua temannya, ditambah matanya menangkap bukti perselingkuhan walaupun tidak benar-be

    Last Updated : 2023-09-18
  • Ambisi Sang Penguasa   Biang Masalah

    Sebagai pemilik restoran, kehadiran Abra di tempat usahanya terasa wajar meski ada maksud tertentu dari kedatangannya siang ini. Bukan tanpa sebab Abra berdiri di balik pintu dapur, bukan untuk memerhatikan koki meracik hidangan, atau memastikan kualitas masakan tetap terjaga. Ia bersandar sambil melipat tangan di dada, memandangi seorang gadis yang tengah mencuci piring sehabis mengepel lantai tadi."Kenapa bisa dia bekerja di sini? Bisa-bisanya aku tidak tahu kalau dia adalah Emma mantannya Luis." Abra jadi ingat jika kakaknya Emma masih bekerja di gedung apartemen milik orang tuanya. Keluarga itu sungguh memanfaatkan kelebihan keluarga Lincoln dengan maksimal.Emma tersadar kalau ada pandangan mata yang sedari tadi menyorot ke arahnya. Seperti sebuah sinyal alami yang merambat ke otaknya, Emma melirik-lirik kepada sang pemilik restoran. Ada apa sebenarnya hingga dia diawasi sebegitu ketat. Emma tidak melakukan kesalahan apa pun. Sejak detik pertama bekerja hari

    Last Updated : 2023-09-19

Latest chapter

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 15

    Luis mengantar Reiner pulang dengan rupa berdarah-darah. Sebagian wajahnya telah bersih diusap tisu basah, namun tetap meninggalkan noda. Cipratan titik merah di kemeja putih seragam sekolah juga masih tersisa, mulai mengering. Luis menepikan mobil di ambang gerbang. "Masuklah. Bersihkan dirimu," perintah Luis."Kau tidak masuk?""Tidak, aku harus pergi ke tempat lain."Tatapan Reiner masih menyisakan trauma. Luis peka, ia menyentuh bahu sang putra."Kau harus melawan ketakutanmu. Jangan biarkan rasa takut menghalangimu," ucapnya bijak."Menghilangkan nyawa tidak termasuk dalam hal yang kau ucapkan. Kau hanya menyuruhku melakukan perbuatan keji dengan dalih melawan rasa takut."Luis menyeringai. "Lakukan saja perintahku. Aku lebih tahu apa yang perlu dan tidak perlu kau lakukan. Kau tidak akan menyesal dengan apa yang kuajarkan selama ini. Suatu hari nanti kau akan menyadarinya."Reiner menatap datar. Entahlah,

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 14

    “Reiner!” Charlotte mencari anak itu hampir ke seluruh rumah, meneriaki namanya berkali-kali namun nihil. “Di mana anak itu?”Charlotte beralih ke halaman rumah, ia melihat tukang kebun memberi isyarat bahwa pria kecil yang dicarinya berada di semak-semak. Tangan Charlotte menyingkap kumpulan ranting dan daun-daun, “Reiner!”“Ibu!” seru bocah itu dengan ceria tatkala sang ibu berhasil menemukannya.“Apa yang kau lakukan di situ, Nak?”“Aku sedang main.”“Main apa?” Charlotte tidak bisa melihat dengan jelas sebab terhalang dedaunan.“Main ini ....” Reiner menunjukkan sesuatu di telapak tangan.Mata Charlotte hampir melompat saat melihat darah menyelimuti telapak tangan anak itu dan sebuah benda di atasnya. Ia tidak yakin, tapi itu terlihat seperti bola mata.“A-apa itu, Sayang?” Charlotte terbata-bata.“Matanya Mickey. Lucu, kan?” ucap Reiner disertai tawa kecil khas anak-anak.“Hah?!” Tubuh Cha

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 13

    Sekujur tubuh Charlotte menegang hebat. Ia bersembunyi di belakang pagar, mengintip dari celah pada pagar itu. Tubuhnya keringat dingin dengan napas tersengal-sengal, Charlotte menatap nyalang sambil menutup mulut tatkala menyaksikan pemandangan luar biasa menakutkan. Suara tembakan baru saja menggema, Charlotte tersentak dan mengeluarkan air mata. Kedua tangannya menutup mulut rapat-rapat agar tidak ada suara yang lolos."Aku harus pergi dari sini!" batinnya.Charlotte merangkak mundur dari lokasi, tetapi sepasang kaki jenjang menghalanginya. Ia mendongak melihat pria dengan sebuah pistol di tangannya. Benda itu kini diarahkan tepat di tengah-tengah dahi Charlotte, ia menangis ketakutan. Yang lebih menakutkan, pemilik senjata api itu adalah orang yang sangat ia cintai melebihi apapun."Ibu sudah melihat terlalu banyak. Sekarang saatnya ... giliranmu!"***Charlotte siuman di tengah ruang rawat inap yang lebih pantas disebut hotel berbint

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 12

    Sudah berhari-hari Reiner tidak pulang, semakin mirip Luis. Kendati begitu, ia tetap berbalas pesan dengan sang ibu yang kekhawatirannya tidak kunjung reda.[Hari ini aku menginap di rumah Ivan. Mau mengerjakan tugas kelompok,] dalih Reiner dalam sebuah pesan yang dikirimkan untuk Charlotte.Saat ini ia sedang berbaring di atas kursi-kursi gimnasium lama—markas gengnya. Pesan itu telah terkirim lima menit lalu, tetapi belum ada tanda pesan telah dibaca.“Tumben selama ini,” batin Reiner, “mungkin dia sedang buat kue.”Tak mau ambil pusing, Reiner melanjutkan niatnya untuk tidur siang sejenak sebab semalam ia dan Niguel main di ruang bermain di rumah teman berkulit eksotis itu sampai pagi. Namun, keinginannya tidak bisa berjalan tenang.“Ahhh!” Baru saja Reiner berpejam, suara teriakan murid pindahan yang jadi mainan gengnya memekik kencang.Ivan dan Niguel sedang bersenang-senang, menaruh sebuah apel merah sebesar genggaman telap

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 11

    “Selamat siang, Tuan Muda!” Sapaan menyambut Reiner tatkala ia berjalan mengendap-endap masuk ke dalam rumah.Ia baru pulang, pukul 11 siang. Beruntung Merry yang menyambut Reiner, bukan ibu apalagi ayahnya.“Di mana ayahku?” Reiner celingak-celinguk dengan perasaan cemas.“Semalam Tuan pergi dan belum pulang sampai sekarang.”Reiner bisa bernapas lega. “Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu.”Untuk sesaat ia merasa aman. Jika Luis tidak ada di rumah, setidaknya satu beban telah berkurang. Namun, belum berhasil menyelesaikan langkah, saat berbalik badan hendak menaiki tangga, seseorang tengah menghadang. Sang malaikat kini berganti rupa menjadi menyeramkan.“Dari mana saja kau? Pukul berapa ini? Kenapa tidak ada kabar? Ibu mencemaskanmu semalaman. Teleponku bahkan tidak diangkat!” Charlotte mengomel dengan tatapan murka.Reiner teramat takut dengan sorot mata tidak biasa dari ibunya. “Aku— eh ... aku—“ Reiner terbata-bata.

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 10

    “Kau habis mandi minyak wangi?” Reiner sontak menjepit hidung. Aroma Niguel sangat menusuk, rasanya ingin muntah.“Ivan, aku ikut denganmu,” pinta Niguel.“Eh—tidak, tidak! Kali ini menumpang dengan yang lain saja!” Ivan menolak, tidak tahan dengan wangi berlebihan itu.Carl telah mengunci pintu dari dalam. Sedangkan Reiner belum berpindah tempat, masih bersandar di sisi mobilnya. Niguel segera menyelinap masuk ke dalam mobil Reiner sebelum si empunya mampu menghentikan.“Astaga! Kenapa aku?!” Reiner menduga perjalanannya tidak akan terasa baik.“Ayo, pergi! Ivan dan Carl sudah meninggalkan kita.” Niguel memberi instruksi tanpa peduli perasaan temannya.Reiner masuk dengan geram. Ya ampun, ia benar-benar harus menyumpal hidung!Reiner berusaha dengan keras untuk konsentrasi menyetir. Aroma ini sungguh mengganggu penciuman dan pikirannya.Beberapa kilometer dan akhirnya sampai. Reiner melihat plang nama tempat it

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 9

    Sabtu—akhirnya tiba. Setelah banyak hal yang terjadi kemarin, juga banyak membuatnya berpikir, hari ini Reiner mendedikasikan diri untuk pemulihan. Menyenangkan diri sepanjang hari, mungkin dengan lego ataupun berlatih taekwondo juga terdengar asyik. Kendati hari libur bukan berarti ia bangun terlambat. Pukul lima tepat alarm alami di alam bawah sadarnya selalu membangunkan Reiner dari tidur—selain dentingan jam besar di kamarnya. Ia tidak pernah merasa keberatan maupun terbebani, sudah terbiasa dilakukan sejak belia jadi Reiner tidak pernah kesulitan untuk bangun pagi.Hari masih fajar namun Reiner telah menginjak rumput-rumput di halaman, berlarian merasakan embun membasahi kaki telanjang. Ia mengatur pernapasan dengan baik, terus berlari hingga matahari mulai menyingsing. Aktivitas berganti setelahnya, memasang sikap sempurna, membungkuk meski tanpa lawan dan mulai menggerakkan badan melakukan gerakan-gerakan bela diri yang dikuasainya. Reiner melawan udara pagi, anggap

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 8

    Restoran Italia bernuansa mewah di tengah kota, berornamen klasik dengan lampu kristal besar menggantung di tengah langit-langit. Atmosfernya tidak jauh berbeda jika disandingkan dengan hunian tempat tinggal Reiner. Mungkin ini menjadi salah satu alasan mengapa Charlotte sangat ingin berkunjung lagi ke tempat ini. Selain gaya bangunan, rasa hidangannya juga patut dipertimbangkan. Ravioli di tengah piring Reiner serta tortelini di atas piring Charlotte begitu kaya akan cita rasa. Juga segelas wine mahal disuguhkan untuk ibunda tercinta, sementara gelas milik Reiner terisi mocktail—bebas alkohol.Reiner senang bisa membuat wanita kesayangannya berekspresi cerah. Ide makan malam yang ia gagas tampaknya berhasil mengubah tema dalam benak sang ibu yang lagi-lagi ditinggal oleh suami-keparat-bekunya sejak kemarin. Reiner justru bersyukur alih-alih bersedih hati, sebab rencana ini bisa terlaksana lancar tanpa gangguan dan pertanyaan. Reiner mengamati wanita empat puluh tahunan yan

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 7

    Empat sekawan tengah berkumpul di markas mereka, masing-masing berbaring di tengah-tengah lapangan basket yang sudah tidak terpakai dengan bantalan tas mengganjal kepala. Gawai menyibukkan tangan dari setiap pemuda, tidak ada pembicaraan untuk sekian lama—sampai Carl mengubah posisi. Ia duduk bersila lantas menarik sesuatu dari dalam tas. Sebuah lintingan yang tampak seperti rokok, tetapi ketika dibakar menimbulkan aroma khas.Indra penciuman Ivan terpancing, aroma ini membuatnya sontak menegakkan posisi. Ia melihat Carl menghisap benda yang diapit jarinya dengan santai, sementara Ivan masih melongo.“Hei, kau bawa barang itu ke sekolah?” sontak Ivan.“Tidak masalah. Tidak ada pemeriksaan juga,” balas Carl santai.Niguel sebenarnya tahu apa yang Ivan dan Carl ributkan. Namun, ia memilih tidak ikut-ikutan seperti Reiner.“Benar juga. Lagipula tidak ada yang berani menyentuh kita.” Bibir Ivan menyimpul lengkungan. “Aku minta satu, ya?”

DMCA.com Protection Status