Home / Urban / Ambisi Sang Penguasa / Di Tepi Jurang

Share

Di Tepi Jurang

Author: niandez
last update Last Updated: 2023-09-30 18:00:03

Dia adalah Henry, pria bermartabat di balik kesuksesan berdirinya Hotel Emerald yang megah. Pewujud cita-cita keluarga kecil Arias yang ingin berhasil dengan ide brilian mereka. Henry praktis ikut menikmati hasil pencapaian Emerald yang sangat besar, kendati bertarif tinggi hotel tersebut tidak pernah sepi. Sesuai keyakinan para pendiri, tempat berkelas punya pangsa pasar tersendiri, orang-orang berduit yang tidak segan merogoh kocek demi gengsi. Namun, di balik apa yang telah diraih, Henry dapatkan bukan tanpa pengorbanan. Tentu modal dana nomor satu agar bisnis bisa terwujud, lebih dari itu, ia menggadaikan sang cucu sebagai jaminan agar pria dari keluarga yang namanya tidak dikenal—tidak masuk jajaran orang-orang kaya di negeri, berkomitmen mengelola bisnis dengan benar. Karena Emerald ide orisinil Arias, dibangun meneruskan tanah yang telah mereka miliki, tanah dan bisnis kecil yang sekarang tumbuh berkali-kali lipat.

Sebenarnya Henry masih punya hati, ia bukan pria ber
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ambisi Sang Penguasa   Sebab Akibat

    Daun pintu dibuka lebar dari dalam. Bukan ingin, Charlotte hanya tidak tahan dengan ketukan berkali-kali dari luar sambil terus menyebut namanya. Tampang datar dilemparkan, buat apa laki-laki itu datang ke sini. Bukankah sudah cukup menghinanya di rumah? Harusnya saat ini Luis hidup tenang alih-alih berpura-pura meratapi kepergian Charlotte dan Reiner."Charlotte ...."Oh, ayolah, Charlotte muak melihat ekspresi palsu ini."Ayo, pulang. Maafkan aku, aku tidak bermaksud berkata seperti kemarin." Luis menggerakkan tangan hendak mendekap Charlotte, tapi wanita itu minggir. "Aku kelelahan, Charlotte. Kemarin aku sangat lelah dan ingin istirahat. Aku mengaku salah karena tidak mengabari keberadaanku selama dua hari, aku benar-benar tidak punya kesempatan, Sayang. Aku sudah jelaskan semuanya pada Kakek dan dia mengerti, ini cuma salah paham. Ayo, kita pulang. Aku rindu ocehan Reiner.""Kau punya waktu semalaman untuk menjelaskan kebenarannya padaku, tap

    Last Updated : 2023-10-01
  • Ambisi Sang Penguasa   Nasib Malang

    "Kenapa kau senang menghancurkan keluargaku?! Dasar keluarga bajingan!""Haa!" Luis membuka mata tiba-tiba dengan napas terengah-engah. Mimpi yang membayangi tidur panjangnya membuat ia terbangun. Adegan itu lebih dari sekadar mimpi, teriakan Ed kepadanya adalah memori terakhir sebelum Luis jatuh tak sadarkan diri. Luka tusuk cukup dalam, Luis sekarat berhari-hari di rumah sakit. Beruntung seorang tunawisma menemukannya terkapar di lahan kosong tepat setelah Ed kabur. Luis dibawa ambulans ke rumah sakit guna mendapat pertolongan. Tindakan operasi tak kunjung membuatnya sadar, barulah empat hari kemudian—yaitu hari ini, Luis siuman seperti mayat hidup.Tubuhnya belum mampu bergerak, hanya tatapan mata berputar memandangi langit-langit kamar rawat inap nomor satu rumah sakit. Keinginan Luis cuma satu, kembali bugar dan membalaskan dendam atas tindakan brutal musuh lamanya. Ia tidak akan berbelas kasihan jika berhasil mendapatkan Ed. Luis sudah membayangkan hal apa ya

    Last Updated : 2023-10-02
  • Ambisi Sang Penguasa   Menduga-duga

    Ed sudah lama pergi dari rumah, tanpa kabar. Setiap detik, Imelda selalu mencemaskan putra semata wayangnya. Apa yang terjadi, ke mana perginya anak itu. Apa mungkin ... Ed diculik? Tapi apa motifnya? Ia bukan lagi anak orang terpandang seperti dahulu, cuma mantan.Bukan tanpa usaha, Imelda kerap mendatangi kantor Emerald tempat Ed bekerja. Sayangnya, tidak ada yang tahu, sudah satu minggu lebih ia bolos. Aneh, Ed hilang bak ditelan bumi. Terakhir Imelda bertemunya waktu pamit berangkat kerja. Namun, anak itu tidak pernah pulang.Wajah yang keriputnya kian hari kian bertambah kerut tampak mendung. Sudah suaminya dipenjara, kini anaknya menghilang. Imelda bimbang perlu memberi tahu Dean atau tidak, takut akan menambah beban di pundak sang suami, tapi ia tidak punya orang lain untuk berbagi cerita dan memecahkan masalah.Imelda memutuskan menjumpai Dean. Saat jam besuk mereka saling tatap muka meski berjarak. Dean tersenyum ke arahnya, tetapi bibir Imelda ti

    Last Updated : 2023-10-03
  • Ambisi Sang Penguasa   Akhir Rahasia

    Tatapan waspada terus diaktifkan. Ed memandang ke sekeliling rumah kosong terbengkalai, tempat persembunyiannya beberapa hari terakhir. Tanpa teman, hanya perapian di dalam drum yang ia buat. Balok-balok kayu dan daun-daun kering dikumpulkan dari pekarangan. Setidaknya di sini hangat walau sepi, justru tempat seperti itu yang dia butuhkan. Bersembunyi tanpa diendus oleh siapa pun.Mengambil tindakan serius, menusuk Luis demi meluapkan amarah dan kekecewaannya, Ed pergi tanpa kabar. Kabur dari hiruk pikuk perkotaan, menyusup ke daerah pinggiran kota. Ia baru sadar perbuatannya sangat beresiko beberapa saat setelah melancarkan aksi balas dendam. Luis adalah seorang pemilik hotel yang tengah naik daun. Merenggut nyawa orang ternama, seketika nama Ed akan ikut terseret. Kalau dia mati, praktis Ed menjadi buronan polisi.Berteman sebatang rokok, Ed mengarungi malam dingin tanpa selimut hangat. Di tempat hening ia tetap saja tidak bisa tidur. Matanya selalu diajak waspad

    Last Updated : 2023-10-04
  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 1

    "Kau apakan ibuku, bajingan?!" Reiner sudah lupa memanggil pria di hadapannya dengan panggilan hormat. Sebutan kasar itu lebih pantas diucapkan ketimbang harus menyebutnya ayah.Luis takluk dalam tangan sang putra. Reiner menarik kerah pria itu dengan tatapan garang. Tak main-main, ia bahkan menempelkan ujung pistol ke dada pria yang telah membesarkannya."Ini demi kebaikanmu, Reiner. Kau akan paham suatu hari nanti. Sekarang terlalu dini bagimu untuk mengerti." Itulah jawaban terbaik yang Luis punya atas kemarahan Reiner."Tidak ... jangan memberi alasan yang tidak-tidak. Kata-katamu tidak masuk akal! Bagaimana bisa kematian Ibu kau bilang untuk kebaikanku, hah?!" teriak Reiner.Reiner mengokang senjata, kali ini mengarahkannya tepat di dahi Luis. Si tua mengalah, mengangkat kedua tangan ke udara. Namun, tatapannya tak kalah menantang, ia belum mau menyerah. Luis tidak ingin mati di tangan anaknya sendiri."Tembak saja aku, maka semua ra

    Last Updated : 2023-10-06
  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 2

    Malam tahun baru menjadi malam paling dinanti bagi mayoritas orang. Sorak-sorai, gegap-gempita, riuh kesenangan di sana-sini, terompet nyaring, pesta, dan kembang api menerangi langit gelap. Momen yang sangat menyenangkan. Namun, menjadi penderitaan bagi seseorang. Sejak bertahun-tahun lalu, Charlotte tidak pernah bisa tidur setiap malam 1 Januari. Bukan karena ikut merayakan pergantian tahun, melainkan ketakutan. Ia menutup telinga rapat-rapat dengan tangan, tidak cukup, dengan bantal meski tidak berguna. Bunyi ledakan tetap berhasil menembus telinga. Kalau sudah begini, ia akan cemas, mendesah, bahkan menjerit.Charlotte tidak pernah nyaman setiap ada suara keras, letusan atau ledakan memancing traumanya akan kejadian bertahun-tahun lalu. Kenangan yang kerap membawa mimpi buruk hampir setiap malam, hingga membuat Charlotte didiagnosis menderita PTSD. Obat dan terapi nyatanya tak membuatnya benar-benar sembuh, alasannya sebab ia tinggal bersama seorang pembunuh.M

    Last Updated : 2023-10-08
  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 3

    Sang ayah hadir tepat saat detik-detik terakhir. Tak heran, senyum melegakan tergurat pada bibir Reiner dan Charlotte yang tadinya pesimis jika Luis peduli dengan hari pertama sekolah putranya."Ayo, berangkat! Waktuku sedikit, ada banyak hal yang perlu kuurus," desakan Luis menggerakkan ibu-anak itu melangkah ke luar.Sopir pribadi keluarga Arias telah menepikan mobil mewah andalan keluarga ini, mobil produksi Inggris keluaran terbaru. Kendaraan lama milik Luis masih setia teronggok di garasi, sesekali ia mengendarainya walau sekarang lebih suka limosin. Jenis kendaraan yang cocok menggambarkan statusnya sebagai pengusaha besar.Dalam beberapa tahun terakhir, nama Luis melesat tinggi menjadi bagian dari daftar orang-orang terkaya di negeri. Termasuk urutan atas. Ia menjadi orang yang banyak dipuji dan disegani. Hal itu lantas membuat Luis semakin tamak, hasil pendapatan bisnisnya dirasa tidak pernah cukup. Maka dari itu, Emerald terus berekspansi. Sekaran

    Last Updated : 2023-10-09
  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 4

    Reiner tidak menyukai sikap anak itu, tatapannya terkesan sinis. Apa dia salah satu calon pembully? Yang benar saja, kelas bahkan belum dimulai, masa Reiner sudah menjadi sasaran siswa lain."Tidak," jawab siswa di depannya."Aku tidak suka tatapanmu." Reiner terus terang.Siswa di depan Reiner masih menyorot ke arahnya, lalu melirik Ivan dan Niguel. "Mereka temanmu?""Ya, kami temannya. Ada masalah?" cetus Niguel."Orang sepertimu harus hati-hati dalam memilih teman," pungkas si siswa kepada Reiner."Kau mengenalku?" Reiner rasa dia tidak pernah bertemu dengan pemuda itu sebelumnya."Kau putra Luis Arias, bukan?"Reiner terkejut, anak itu tahu identitasnya."T-tunggu! Kau anak Luis Arias pemilik Hotel Emerald?" tanya Ivan serius."Kau tidak tahu dia siapa?" Siswa itu bertanya balik kepada Ivan."Selain namanya Reiner, aku tidak tahu. Kau tahu, Niguel?"Niguel bergeleng. Dia j

    Last Updated : 2023-10-10

Latest chapter

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 15

    Luis mengantar Reiner pulang dengan rupa berdarah-darah. Sebagian wajahnya telah bersih diusap tisu basah, namun tetap meninggalkan noda. Cipratan titik merah di kemeja putih seragam sekolah juga masih tersisa, mulai mengering. Luis menepikan mobil di ambang gerbang. "Masuklah. Bersihkan dirimu," perintah Luis."Kau tidak masuk?""Tidak, aku harus pergi ke tempat lain."Tatapan Reiner masih menyisakan trauma. Luis peka, ia menyentuh bahu sang putra."Kau harus melawan ketakutanmu. Jangan biarkan rasa takut menghalangimu," ucapnya bijak."Menghilangkan nyawa tidak termasuk dalam hal yang kau ucapkan. Kau hanya menyuruhku melakukan perbuatan keji dengan dalih melawan rasa takut."Luis menyeringai. "Lakukan saja perintahku. Aku lebih tahu apa yang perlu dan tidak perlu kau lakukan. Kau tidak akan menyesal dengan apa yang kuajarkan selama ini. Suatu hari nanti kau akan menyadarinya."Reiner menatap datar. Entahlah,

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 14

    “Reiner!” Charlotte mencari anak itu hampir ke seluruh rumah, meneriaki namanya berkali-kali namun nihil. “Di mana anak itu?”Charlotte beralih ke halaman rumah, ia melihat tukang kebun memberi isyarat bahwa pria kecil yang dicarinya berada di semak-semak. Tangan Charlotte menyingkap kumpulan ranting dan daun-daun, “Reiner!”“Ibu!” seru bocah itu dengan ceria tatkala sang ibu berhasil menemukannya.“Apa yang kau lakukan di situ, Nak?”“Aku sedang main.”“Main apa?” Charlotte tidak bisa melihat dengan jelas sebab terhalang dedaunan.“Main ini ....” Reiner menunjukkan sesuatu di telapak tangan.Mata Charlotte hampir melompat saat melihat darah menyelimuti telapak tangan anak itu dan sebuah benda di atasnya. Ia tidak yakin, tapi itu terlihat seperti bola mata.“A-apa itu, Sayang?” Charlotte terbata-bata.“Matanya Mickey. Lucu, kan?” ucap Reiner disertai tawa kecil khas anak-anak.“Hah?!” Tubuh Cha

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 13

    Sekujur tubuh Charlotte menegang hebat. Ia bersembunyi di belakang pagar, mengintip dari celah pada pagar itu. Tubuhnya keringat dingin dengan napas tersengal-sengal, Charlotte menatap nyalang sambil menutup mulut tatkala menyaksikan pemandangan luar biasa menakutkan. Suara tembakan baru saja menggema, Charlotte tersentak dan mengeluarkan air mata. Kedua tangannya menutup mulut rapat-rapat agar tidak ada suara yang lolos."Aku harus pergi dari sini!" batinnya.Charlotte merangkak mundur dari lokasi, tetapi sepasang kaki jenjang menghalanginya. Ia mendongak melihat pria dengan sebuah pistol di tangannya. Benda itu kini diarahkan tepat di tengah-tengah dahi Charlotte, ia menangis ketakutan. Yang lebih menakutkan, pemilik senjata api itu adalah orang yang sangat ia cintai melebihi apapun."Ibu sudah melihat terlalu banyak. Sekarang saatnya ... giliranmu!"***Charlotte siuman di tengah ruang rawat inap yang lebih pantas disebut hotel berbint

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 12

    Sudah berhari-hari Reiner tidak pulang, semakin mirip Luis. Kendati begitu, ia tetap berbalas pesan dengan sang ibu yang kekhawatirannya tidak kunjung reda.[Hari ini aku menginap di rumah Ivan. Mau mengerjakan tugas kelompok,] dalih Reiner dalam sebuah pesan yang dikirimkan untuk Charlotte.Saat ini ia sedang berbaring di atas kursi-kursi gimnasium lama—markas gengnya. Pesan itu telah terkirim lima menit lalu, tetapi belum ada tanda pesan telah dibaca.“Tumben selama ini,” batin Reiner, “mungkin dia sedang buat kue.”Tak mau ambil pusing, Reiner melanjutkan niatnya untuk tidur siang sejenak sebab semalam ia dan Niguel main di ruang bermain di rumah teman berkulit eksotis itu sampai pagi. Namun, keinginannya tidak bisa berjalan tenang.“Ahhh!” Baru saja Reiner berpejam, suara teriakan murid pindahan yang jadi mainan gengnya memekik kencang.Ivan dan Niguel sedang bersenang-senang, menaruh sebuah apel merah sebesar genggaman telap

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 11

    “Selamat siang, Tuan Muda!” Sapaan menyambut Reiner tatkala ia berjalan mengendap-endap masuk ke dalam rumah.Ia baru pulang, pukul 11 siang. Beruntung Merry yang menyambut Reiner, bukan ibu apalagi ayahnya.“Di mana ayahku?” Reiner celingak-celinguk dengan perasaan cemas.“Semalam Tuan pergi dan belum pulang sampai sekarang.”Reiner bisa bernapas lega. “Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu.”Untuk sesaat ia merasa aman. Jika Luis tidak ada di rumah, setidaknya satu beban telah berkurang. Namun, belum berhasil menyelesaikan langkah, saat berbalik badan hendak menaiki tangga, seseorang tengah menghadang. Sang malaikat kini berganti rupa menjadi menyeramkan.“Dari mana saja kau? Pukul berapa ini? Kenapa tidak ada kabar? Ibu mencemaskanmu semalaman. Teleponku bahkan tidak diangkat!” Charlotte mengomel dengan tatapan murka.Reiner teramat takut dengan sorot mata tidak biasa dari ibunya. “Aku— eh ... aku—“ Reiner terbata-bata.

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 10

    “Kau habis mandi minyak wangi?” Reiner sontak menjepit hidung. Aroma Niguel sangat menusuk, rasanya ingin muntah.“Ivan, aku ikut denganmu,” pinta Niguel.“Eh—tidak, tidak! Kali ini menumpang dengan yang lain saja!” Ivan menolak, tidak tahan dengan wangi berlebihan itu.Carl telah mengunci pintu dari dalam. Sedangkan Reiner belum berpindah tempat, masih bersandar di sisi mobilnya. Niguel segera menyelinap masuk ke dalam mobil Reiner sebelum si empunya mampu menghentikan.“Astaga! Kenapa aku?!” Reiner menduga perjalanannya tidak akan terasa baik.“Ayo, pergi! Ivan dan Carl sudah meninggalkan kita.” Niguel memberi instruksi tanpa peduli perasaan temannya.Reiner masuk dengan geram. Ya ampun, ia benar-benar harus menyumpal hidung!Reiner berusaha dengan keras untuk konsentrasi menyetir. Aroma ini sungguh mengganggu penciuman dan pikirannya.Beberapa kilometer dan akhirnya sampai. Reiner melihat plang nama tempat it

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 9

    Sabtu—akhirnya tiba. Setelah banyak hal yang terjadi kemarin, juga banyak membuatnya berpikir, hari ini Reiner mendedikasikan diri untuk pemulihan. Menyenangkan diri sepanjang hari, mungkin dengan lego ataupun berlatih taekwondo juga terdengar asyik. Kendati hari libur bukan berarti ia bangun terlambat. Pukul lima tepat alarm alami di alam bawah sadarnya selalu membangunkan Reiner dari tidur—selain dentingan jam besar di kamarnya. Ia tidak pernah merasa keberatan maupun terbebani, sudah terbiasa dilakukan sejak belia jadi Reiner tidak pernah kesulitan untuk bangun pagi.Hari masih fajar namun Reiner telah menginjak rumput-rumput di halaman, berlarian merasakan embun membasahi kaki telanjang. Ia mengatur pernapasan dengan baik, terus berlari hingga matahari mulai menyingsing. Aktivitas berganti setelahnya, memasang sikap sempurna, membungkuk meski tanpa lawan dan mulai menggerakkan badan melakukan gerakan-gerakan bela diri yang dikuasainya. Reiner melawan udara pagi, anggap

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 8

    Restoran Italia bernuansa mewah di tengah kota, berornamen klasik dengan lampu kristal besar menggantung di tengah langit-langit. Atmosfernya tidak jauh berbeda jika disandingkan dengan hunian tempat tinggal Reiner. Mungkin ini menjadi salah satu alasan mengapa Charlotte sangat ingin berkunjung lagi ke tempat ini. Selain gaya bangunan, rasa hidangannya juga patut dipertimbangkan. Ravioli di tengah piring Reiner serta tortelini di atas piring Charlotte begitu kaya akan cita rasa. Juga segelas wine mahal disuguhkan untuk ibunda tercinta, sementara gelas milik Reiner terisi mocktail—bebas alkohol.Reiner senang bisa membuat wanita kesayangannya berekspresi cerah. Ide makan malam yang ia gagas tampaknya berhasil mengubah tema dalam benak sang ibu yang lagi-lagi ditinggal oleh suami-keparat-bekunya sejak kemarin. Reiner justru bersyukur alih-alih bersedih hati, sebab rencana ini bisa terlaksana lancar tanpa gangguan dan pertanyaan. Reiner mengamati wanita empat puluh tahunan yan

  • Ambisi Sang Penguasa   S2 Bab 7

    Empat sekawan tengah berkumpul di markas mereka, masing-masing berbaring di tengah-tengah lapangan basket yang sudah tidak terpakai dengan bantalan tas mengganjal kepala. Gawai menyibukkan tangan dari setiap pemuda, tidak ada pembicaraan untuk sekian lama—sampai Carl mengubah posisi. Ia duduk bersila lantas menarik sesuatu dari dalam tas. Sebuah lintingan yang tampak seperti rokok, tetapi ketika dibakar menimbulkan aroma khas.Indra penciuman Ivan terpancing, aroma ini membuatnya sontak menegakkan posisi. Ia melihat Carl menghisap benda yang diapit jarinya dengan santai, sementara Ivan masih melongo.“Hei, kau bawa barang itu ke sekolah?” sontak Ivan.“Tidak masalah. Tidak ada pemeriksaan juga,” balas Carl santai.Niguel sebenarnya tahu apa yang Ivan dan Carl ributkan. Namun, ia memilih tidak ikut-ikutan seperti Reiner.“Benar juga. Lagipula tidak ada yang berani menyentuh kita.” Bibir Ivan menyimpul lengkungan. “Aku minta satu, ya?”

DMCA.com Protection Status