Beberapa tahun yang lalu ....
Darah berceceran dimana-mana, mayat-mayat bergelimpangan. Suara pertempuran yang memekakkan telinga meramaikan suasana kacau di tanah lapang ini. Dedrick mengusap darah sisa Rogue di wajahnya, matanya menatap tajam seseorang di depannya.
"Awalnya hanya serangan kecil, tapi kau sekarang mengadakan pertempuran, eh?" Dedrick berdiri tegak, di sekitarnya warrior dan Rogue masih bertarung.
Orang di depannya itu memaksa dirinya untuk berdiri, ia tidak mau terlihat lemah dihadapan Dedrick. "Cih." Ia meludahi darah yang mengumpul di mulutnya, matanya menatap benci pada Dedrick.
Tiba-tiba saja Dedrick mengulurkan tangannya. "Jangan seperti ini, Fulton. Kau adalah temanku, aku akan memberimu kesempatan untuk berubah. Kau tidak perlu bergabung bersama Rogue."
Fulton menatap remeh tangan Dedrick yang terulur. "Tidak ada pertemuan di antara kita." Dengan secepat mungkin Fulton kembali mengeluarkan cakarnya, berlari menuju Dedrick d
Ketika Diana bangun tidur, ia merasakan tubuhnya sangat pegal. Seolah-olah tulang dan persendiannya rontok. Tidak hanya itu, ia juga merasakan beban berat menimpa tubuhnya. "Ugh, berat." Diana mengeluh seraya membuka matanya.Hari sudah pagi, terbukti diluar sana yang sudah mulai terlihat terang. Diana mengerjabkan matanya dan sekarang benar-benar tersadar dengan apa yang telah terjadi. Diana membuka lebar matanya dan menoleh ke belakang, di sana Dedrick tertidur seraya memeluknya. "Astaga, semalam kami ...." Diana tidak melanjutkan ucapannya, melainkan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tidak percaya jika mereka telah melakukannya.Dedrick merasakan Diana bergerak pelan juga terbangun, ia mengeratkan pelukannya pada perut Diana. "Kau bangun? Tidurlah, ini masih pagi. Kau pasti lelah."Wajah Diana memerah, tubuh polosnya dan tubuh Dedrick menempel di dalam selimut. "Um, ya. T-tapi aku ingin mandi." Diana berusaha melepas diri, tapi Dedrick tidak me
"Kau akan pergi lagi?" tanya Diana pada Dedrick yang saat ini bersiap-siap akan pergi, ada perasaan tidak rela ketika Diana tahu Dedrick akan pergi ke hutan untuk menyelidiki dan mencari orang yang menjadi mata-mata Rogue.Dedrick menunduk, menatap Diana yang menarik ujung bajunya. Diana mirip seperti anak kecil yang tidak melepaskan ayahnya pergi. "Ya, kami akan pulang dengan cepat." Dedrick tidak sendirian, ia pergi bersama Adam. Sedangkan untuk menjaga istana ia percayakan kepada para Gamma.Diana melepaskan tangannya dari ujung baju Dedrick, entah kenapa Diana merasa akhir-akhir ini ia merasa sedikit manja pada Dedrick. "Hum, baiklah." Diana juga takut sikap manjanya ini membuat Dedrick tidak senang.Dedrick yang menyadari perubahan suara Diana, menarik tangan Diana. Menggenggamnya kemudian mengecupnya. "Kau marah?" tanyanya. "Ada apa? Kenapa akhir-akhir ini kau sangat menempel padaku?" Dedrick melanjutkan. Bukannya ti
Diana tidak bisa berkata-kata ketika Era baru saja mengatakan sesuatu yang membuatnya terkejut, lidahnya kelu, tapi matanya memandang nanar Era. "Era, apakah yang kau katakan tadi itu benar?" tanya Diana lagi untuk memastikan. Sebenarnya ia mendengar dengan jelas, mengingat tidak ada siapapun di dalam ruang pengobatan ini. Hanya ada dirinya dan Era di dalam ruangan ini.Era mengangguk. "Itu benar, Diana. Kau sedang mengandung. Kau hamil anak Alpha." Era sendiri juga tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, tebakannya ternyata benar jika Diana sedang mengandung. Era mendekat pada Diana lalu memeluknya. "Astaga, selamat! Kau akan jadi seorang ibu."Diana masih kaku. "Ta-tapi bagaimana bisa? Ini baru sekitar sepuluh hari dan bagaimana mungkin kehamilanku sudah terdeteksi?" Diana bingung, sepuluh hari yang lalu ketika mereka melakukannya, tidak mungkin ia langsung hamil. Diana tidak pernah menjumpai kasus seperti itu selama ia hidup.Era melepaskan pelukannya kemu
CrashSatu Rogue lagi tumbang, tapi yang lainnya masih berlari menjauh dari Dedrick dan warriornya. "Cih, hanya itu kemampuan kalian?" Dedrick kembali berlari mengejar rogue itu, disusul Adam di belakangnya."Apa maksud mereka melakukan ini? Mereka sengaja terus berlari, ketika terdesak mereka akan melawan dan membiarkan salah satu temannya untuk melawan kita. Apakah mereka bermain-main?" Masih dalam posisi berlari Adam berbicara pada Dedrick yang lebih dulu beberapa langkah di depan mereka.Dedrick juga merasa begitu, mereka seperti sengaja mempermainkannya. Apalagi ini sudah mulai malam, hati sudah mulai gelap. "Kita bisa menghabisinya, setelah itu kita akan pulang."Kembali jarak antara kelompok Dedrick dan Rogue itu semakin tipis, seperti yang mereka lakukan sebelumnya, Rogue itu lagi-lagi mengorbankan satu temannya untuk melawan Dedrick dan pasukannya. Rogue itu berhenti, kemudian menghadang kel
Terkurung dalam penjara sempit ini, di sinilah Henry berada. Henry tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi Setelah ia membawa Diana ke dalam reruntuhan istana ini, ia tiba-tiba di masukkan begitu saja. "Sialan, apa yang sebenarnya terjadi?" Henry tidak mendapatkan petunjuk apapun.Tadi, setelah ia membawa Diana dalam keadaan tidak sadarkan diri ke hadapan Fulton, Fulton menyuruhnya untuk memasukkan Diana dalam salah satu kamar kosong. Setelah itu Fulton membawa Henry ke luar dan memasukannya ke dalam penjara ini. "Kau tunggu di sini saja." Setelah mengatakan itu Fulton pergi dari sana, meninggalkan Henry dengan kebingungan.Henry menyandarkan dirinya ke dinding penjara ini, ia mendongakkan kepalanya dan menutup mata. Berpikir keras tentang sesuatu yang terasa sangat ganjil."Diana ...."Tap tapTidak lama kemudian, Henry mendengar suara derap langkah kaki. Henry membuka matanya
Fulton memang brengsek, jika Diana punya kekuatan lebih mungkin ia akan membunuh pria itu. Tapi yang bisa Diana lakukan sekarang hanyalah menyesali semua yang telah terjadi. Ia menangis, ia meringkuk di ujung ranjang ini. Diana merasa dirinya kotor."Ka-kau brengsek!"Sedangkan Fulton sendiri seperti menulikan pendengarannya, ia dengan santai memakai kembali pakaiannya. Pandangannya ia alihkan kepada Diana, gadis itu masih menangis di sana. Fulton menyeringai ketika melihat Diana yang berusaha menutupi tubuhnya. Ah, padahal ia telah melihat semuanya."Kenapa kau lakukan ini kepadaku!" Dengan berderai air mata Diana menanyakan hal itu, jika memang dirinya adalah kelemahan Dedrick maka Fulton cukup membunuhnya. Tidak perlu melecehkannya seperti ini.Fulton selesai dengan pakaiannya, mata ambernya tidak lepas dari Diana yang menatapnya dengan tatapan penuh benci. Tatapan seperti itu, Fulton dari dulu sering mendapatkannya. "Kenapa? Karena aku aka
Sudah berapa lama Diana di sini? Diana tidak tahu pasti, tapi mungkin ia sudah sekitar 3-4 hari di sini. Selama itu pula Fulton selalu melecehkannya. Diana stress, depresi, dan selalu ketakutan ketika melihat Fulton. Pria dengan bekas luka di wajahnya itu benar-benar brengsek."Jangan lagi, kumohon ...." Diana berusaha mendorong Fulton yang berada di atas tubuhnya, pria itu menindihnya seraya menciumi lehernya. Percayalah, Diana sangat merasa jijik. "Tidak!"Fulton mengabaikannya. Ya, ia tidak pernah mendengar permohonan Diana. Baginya jika Diana belum hamil anaknya, ia akan terus melakukan ini. "Kenapa? Bukankah ini menyenangkan? Atau permainan ku tidak seperti Dedrick?"Ketika nama Dedrick di sebutkan, Diana semakin merasa jijik pada dirinya. Ia merasa telah mengecewakan Dedrick, dan jika Dedrick tahu pasti ia akan sangat kecewa. Memikirkannya saja membuat air mata Diana semakin turun dengan deras."Akh, huek ...." Diana menutup mulutnya ket
Semenjak Fulton mengetahui Diana hamil, pria itu tidak lagi pernah menyentuh Diana. Diana sangat mensyukuri hal itu. Hanya saja sikap Fulton membuat Diana mengernyitkan dahi bingung, pria itu lebih memperhatikan dirinya. Aneh sekali. Seperti sekarang ini, Fulton datang dengan membawa sepiring makanan. Padahal sebelumnya Fulton membiarkan pengawal yang mengantarkannya."Makanlah, kau harus makan banyak agar bayi itu kuat." Fulton duduk di tepi ranjang, ia menyodorkan piring yang berisi makanan sehat itu pada Diana. Diana tidak tahu siapa yang memasak, tapi makanan yang selalu diberikan padanya terasa aneh. Maksudnya berubah-ubah, terkadang terasa asin, tapi terkadang hambar juga.Diana tidak ada pilihan lain, ia ingin bayinya baik-baik saja. Jadi, Diana menerima piring itu dan menyantapnya. Menu pagi ini sama seperti kemarin, terdiri dari sayur dan kentang. Yang membedakannya adalah seiris daging yang telah di panggang. "Te-terima kasih."Ketika sesuap kent