Dedrick mengernyitkan dahinya seraya menatap sedikit bulu yang di jepit oleh Era sebuah penjepit kecil. "Apa? Bulu itu milik Gamma Collin?" Nada heran itu keluar dari mulut Dedrick, memenuhi aula utama yang hanya ada 3 orang di dalamnya. Dedrick, Era, dan Adam.
"Benar Alpha. Setelah diteliti, bulu ini memang milik Gamma Collin," ujarnya. Seharian ini Era memang memeriksa ramuan yang ia temukan di hutan tempo hari, alangkah mengejutkan di dalamnya ada bulu serigala milik Gamma Colin. Jadi, Era bergegas untuk menemui Sang Alpha.
Adam juga begitu, ia memegang dagunya. "Kenapa bisa ada bulu miliknya? Dari yang kita lihat juga ini masih baru." Adam memperhatikan botol kecil itu. Botol itu terlihat cukup baru, maksudnya agak berbeda dari botol yang ia temukan pada penyerangan dulu.
"Itulah yang membuat heran. Ketika penyerangan dulu, kita juga menemukan ramuan yang sama. Hanya saja di dalamnya terdapat bulu atau rambut warrior k
Malam harinya, semua warrior langsung menjalani pemeriksaan, mereka dibariskan di halaman utama istana. Adam yang memimpin pemeriksaan ini dan dibantu oleh beberapa Gamma dan setingkat lainnya. Dedrick juga ikut mengawasi."Berikan aku daftar warrior yang berjaga di perbatasan, Gamma Ryan." Adam mendekat pada salah satu Gamma, jabatan yang berada setingkat di bawahnya, sebenarnya ada 5 orang Gamma di Pack ini. Dilakukan agar mereka bisa membagi tugas dan mengerjakannya dengan mudah.Gamma Ryan memberikan kertas yang berisi nama-nama warrior yang berjaga di perbatasan. Total ada 8 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 6-7 orang. Adam membacanya dengan teliti. "Gamma Ryan, bawalah 8 orang yang sudah lolos di pemeriksaan untuk menemui warrior yang berjaga. Masing-masing dari mereka bawa data ini dan cocokkan dengan warrior yang berjaga. Akan aku tunggu hasilnya."Gamma Ryan mengangguk. "Baik, Beta." Setelah itu Rya
Beberapa tahun yang lalu ....Darah berceceran dimana-mana, mayat-mayat bergelimpangan. Suara pertempuran yang memekakkan telinga meramaikan suasana kacau di tanah lapang ini. Dedrick mengusap darah sisa Rogue di wajahnya, matanya menatap tajam seseorang di depannya."Awalnya hanya serangan kecil, tapi kau sekarang mengadakan pertempuran, eh?" Dedrick berdiri tegak, di sekitarnya warrior dan Rogue masih bertarung.Orang di depannya itu memaksa dirinya untuk berdiri, ia tidak mau terlihat lemah dihadapan Dedrick. "Cih." Ia meludahi darah yang mengumpul di mulutnya, matanya menatap benci pada Dedrick.Tiba-tiba saja Dedrick mengulurkan tangannya. "Jangan seperti ini, Fulton. Kau adalah temanku, aku akan memberimu kesempatan untuk berubah. Kau tidak perlu bergabung bersama Rogue."Fulton menatap remeh tangan Dedrick yang terulur. "Tidak ada pertemuan di antara kita." Dengan secepat mungkin Fulton kembali mengeluarkan cakarnya, berlari menuju Dedrick d
Ketika Diana bangun tidur, ia merasakan tubuhnya sangat pegal. Seolah-olah tulang dan persendiannya rontok. Tidak hanya itu, ia juga merasakan beban berat menimpa tubuhnya. "Ugh, berat." Diana mengeluh seraya membuka matanya.Hari sudah pagi, terbukti diluar sana yang sudah mulai terlihat terang. Diana mengerjabkan matanya dan sekarang benar-benar tersadar dengan apa yang telah terjadi. Diana membuka lebar matanya dan menoleh ke belakang, di sana Dedrick tertidur seraya memeluknya. "Astaga, semalam kami ...." Diana tidak melanjutkan ucapannya, melainkan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tidak percaya jika mereka telah melakukannya.Dedrick merasakan Diana bergerak pelan juga terbangun, ia mengeratkan pelukannya pada perut Diana. "Kau bangun? Tidurlah, ini masih pagi. Kau pasti lelah."Wajah Diana memerah, tubuh polosnya dan tubuh Dedrick menempel di dalam selimut. "Um, ya. T-tapi aku ingin mandi." Diana berusaha melepas diri, tapi Dedrick tidak me
"Kau akan pergi lagi?" tanya Diana pada Dedrick yang saat ini bersiap-siap akan pergi, ada perasaan tidak rela ketika Diana tahu Dedrick akan pergi ke hutan untuk menyelidiki dan mencari orang yang menjadi mata-mata Rogue.Dedrick menunduk, menatap Diana yang menarik ujung bajunya. Diana mirip seperti anak kecil yang tidak melepaskan ayahnya pergi. "Ya, kami akan pulang dengan cepat." Dedrick tidak sendirian, ia pergi bersama Adam. Sedangkan untuk menjaga istana ia percayakan kepada para Gamma.Diana melepaskan tangannya dari ujung baju Dedrick, entah kenapa Diana merasa akhir-akhir ini ia merasa sedikit manja pada Dedrick. "Hum, baiklah." Diana juga takut sikap manjanya ini membuat Dedrick tidak senang.Dedrick yang menyadari perubahan suara Diana, menarik tangan Diana. Menggenggamnya kemudian mengecupnya. "Kau marah?" tanyanya. "Ada apa? Kenapa akhir-akhir ini kau sangat menempel padaku?" Dedrick melanjutkan. Bukannya ti
Diana tidak bisa berkata-kata ketika Era baru saja mengatakan sesuatu yang membuatnya terkejut, lidahnya kelu, tapi matanya memandang nanar Era. "Era, apakah yang kau katakan tadi itu benar?" tanya Diana lagi untuk memastikan. Sebenarnya ia mendengar dengan jelas, mengingat tidak ada siapapun di dalam ruang pengobatan ini. Hanya ada dirinya dan Era di dalam ruangan ini.Era mengangguk. "Itu benar, Diana. Kau sedang mengandung. Kau hamil anak Alpha." Era sendiri juga tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, tebakannya ternyata benar jika Diana sedang mengandung. Era mendekat pada Diana lalu memeluknya. "Astaga, selamat! Kau akan jadi seorang ibu."Diana masih kaku. "Ta-tapi bagaimana bisa? Ini baru sekitar sepuluh hari dan bagaimana mungkin kehamilanku sudah terdeteksi?" Diana bingung, sepuluh hari yang lalu ketika mereka melakukannya, tidak mungkin ia langsung hamil. Diana tidak pernah menjumpai kasus seperti itu selama ia hidup.Era melepaskan pelukannya kemu
CrashSatu Rogue lagi tumbang, tapi yang lainnya masih berlari menjauh dari Dedrick dan warriornya. "Cih, hanya itu kemampuan kalian?" Dedrick kembali berlari mengejar rogue itu, disusul Adam di belakangnya."Apa maksud mereka melakukan ini? Mereka sengaja terus berlari, ketika terdesak mereka akan melawan dan membiarkan salah satu temannya untuk melawan kita. Apakah mereka bermain-main?" Masih dalam posisi berlari Adam berbicara pada Dedrick yang lebih dulu beberapa langkah di depan mereka.Dedrick juga merasa begitu, mereka seperti sengaja mempermainkannya. Apalagi ini sudah mulai malam, hati sudah mulai gelap. "Kita bisa menghabisinya, setelah itu kita akan pulang."Kembali jarak antara kelompok Dedrick dan Rogue itu semakin tipis, seperti yang mereka lakukan sebelumnya, Rogue itu lagi-lagi mengorbankan satu temannya untuk melawan Dedrick dan pasukannya. Rogue itu berhenti, kemudian menghadang kel
Terkurung dalam penjara sempit ini, di sinilah Henry berada. Henry tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi Setelah ia membawa Diana ke dalam reruntuhan istana ini, ia tiba-tiba di masukkan begitu saja. "Sialan, apa yang sebenarnya terjadi?" Henry tidak mendapatkan petunjuk apapun.Tadi, setelah ia membawa Diana dalam keadaan tidak sadarkan diri ke hadapan Fulton, Fulton menyuruhnya untuk memasukkan Diana dalam salah satu kamar kosong. Setelah itu Fulton membawa Henry ke luar dan memasukannya ke dalam penjara ini. "Kau tunggu di sini saja." Setelah mengatakan itu Fulton pergi dari sana, meninggalkan Henry dengan kebingungan.Henry menyandarkan dirinya ke dinding penjara ini, ia mendongakkan kepalanya dan menutup mata. Berpikir keras tentang sesuatu yang terasa sangat ganjil."Diana ...."Tap tapTidak lama kemudian, Henry mendengar suara derap langkah kaki. Henry membuka matanya
Fulton memang brengsek, jika Diana punya kekuatan lebih mungkin ia akan membunuh pria itu. Tapi yang bisa Diana lakukan sekarang hanyalah menyesali semua yang telah terjadi. Ia menangis, ia meringkuk di ujung ranjang ini. Diana merasa dirinya kotor."Ka-kau brengsek!"Sedangkan Fulton sendiri seperti menulikan pendengarannya, ia dengan santai memakai kembali pakaiannya. Pandangannya ia alihkan kepada Diana, gadis itu masih menangis di sana. Fulton menyeringai ketika melihat Diana yang berusaha menutupi tubuhnya. Ah, padahal ia telah melihat semuanya."Kenapa kau lakukan ini kepadaku!" Dengan berderai air mata Diana menanyakan hal itu, jika memang dirinya adalah kelemahan Dedrick maka Fulton cukup membunuhnya. Tidak perlu melecehkannya seperti ini.Fulton selesai dengan pakaiannya, mata ambernya tidak lepas dari Diana yang menatapnya dengan tatapan penuh benci. Tatapan seperti itu, Fulton dari dulu sering mendapatkannya. "Kenapa? Karena aku aka