Dari balik pintu, Jingga keluar dari ruang Premium milik klub malam tempat dia menyamar menjadi wanita PSK. Sebelum bisa melangkah dengan bebas di lorong yang membagi beberapa ruang Premium lain, dia mengintip dari balik tembok untuk mengamati situasi. Dia harus memastikan agar tempat ini aman dan tidak ada yang mencurigai tingkahnya.
Dia menemukan masalah. Ada salah satu rombongan Ness Corp yang juga merupakan bawahan Fransisco sedang berjaga di ujung lorong. Dia berdiri tegak seperti bodyguard. Dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi, namun hal ini membuat Jingga tidak bisa keluar dengan aman. Pria itu harus dialihkan atensi lebih dahulu agar dia bisa kabur.
Maka dari itu, satu-satunya cara yang bisa dia lakukan adalah mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. Dia menggeser layar untuk mencari satu nama yang dia pikirkan sekarang. Nama itu mengarah pada Irene. Dia tahu apa yang harus puan itu lakukan agar bisa membantunya.
Beberapa saat kemudian, pu
Irene baru keluar dari toilet wanita yang saat itu tidak ada orang di dalam. Di belakangnya, ada pria jas hitam yang tadi dia goda. Mereka berpisah setelah Irene berhasil memancing pria itu agar pergi dari lorong ruang Premium. Pria itu kembali lagi ke lorong, sedangkan Irene pergi ke arah lain.Sebelum berpisah juga, dia berbalik ke belakang. Niatnya ingin mengucapkan selamat tinggal kepada pria itu. Dia melambaikan tangan, “Goodbye, Baby. Kita bisa ngelanjutin yang kayak tadi lagi kalau kamu sering datang ke sini.”“Goodbye juga, Baby. Maybe I can’t sleep tonight thinking about you,” balas pria itu yang juga melambaikan tangan. Khusus malam ini, wajahnya tampak cerah. Tidak seperti tadi yang hampir lemas karena kelelahan bekerja.Irene makin menjauh setelah mereka berpisah di jalan masing-masing. Dia harus ke suatu tempat. Niatnya untuk memastikan apakah Jingga berhasil kabur dari tempat ini ata
Jingga yang masih tersesat di tempat yang tidak diketahui menyusuri sebuah jalan yang membagi beberapa rumah. Suasananya mirip seperti pasar karena ada barang-barang yang dijual dan para pedagang yang berseru berulang kali agar ada yang membeli barang dagangan mereka. Banyak warga yang lalu-lalang di tempat ini, istilahnya seperti ada di pusat kota.Walau ada di tengah keramaian, lantas Jingga tidak menjadi pusat perhatian. Pakaian yang mereka kenakan dan Jingga kenakan sangat jauh berbeda. Perbedaannya seperti di antara langit dan bumi. Mereka serba tertutup, sedangkan Jingga terbuka dari area bahu dan dari area paha.Jingga yang masih asing dengan keberadaannya di sini mengedarkan pandangan ke segala arah. Dia mencoba mengenali tempat seperti apa ini, mungkin dia bisa kenal karena tempat ini lebih bisa disebut sebagai kampung. Para warga yang meramaikan pusat kota sibuk dengan kegiatan masing-masing, meninggalkan dia yang seperti tidak dianggap ada.Di sela-se
Dalam keadaan tempat yang kacau karena satu insan, Devin kini lebih leluasa masuk ke daerah privat klub malam tempat dia menyamar. Sebelum itu terjadi, tidak ada orang yang bisa masuk kecuali atas izin Ronald sebagai pemilik bangunan. Selain itu, orang yang bisa masuk ke sini juga adalah para PSK yang sudah diseleksi langsung oleh pria itu.Tujuannya ke sini adalah mencari satu insan yang ditemukan saat keadaan huru-hara. Irene yang tidak diketahui keberadaannya sekarang menyendiri di toilet, berdasarkan apa yang dikatakan duplikatnya. Pada saat seperti ini, mereka sangat membantu apalagi waktu yang mereka butuhkan tidak banyak.Di lain sisi, Mentari menjaga Sandara untuk memastikan dia tidak melepaskan diri lagi. Dia tidak ingin terjadi seperti kejadian yang terakhir kali. Dia akan menunggu sampai anggota kepolisian masa depan tiba. Lalu, Alden bertugas menyusul Jeslyn yang mendadak menghilang setelah mengamuk tanpa alasan.Devin yang sudah masuk ke toilet memb
Alden sekarang berada di belakang bukit untuk menghentikan Jeslyn yang telah hilang kendali. Tidak ada yang tahu penyebab dia mendadak berang dan berakhir melampiaskan amarah. Tetapi menurut Mentari, mungkin Sandara telah memanipulasi pikirannya jadi dia meminta salah satu anggota dari Alden atau Rama menyusul Jeslyn yang hilang entah ke mana. Alden sendiri yang menawarkan diri.Jeslyn telah menggunakan kemampuan terbang dan pergi ke tempat yang tidak diketahui. Alden yang menyusul di belakang juga menggunakan elemen angin agar bisa terbang. Dengan kemampuan itu, dia bisa mengejar Jeslyn meski ketinggalan jauh. Kemampuan sang puan bisa terbang dengan kecepatan tinggi. Andai saja dia memiliki elemen halilintar.Jeslyn yang tidak tahu arah telah terbang sejauh mungkin. Dia juga tidak tahu di mana dia berada sekarang. Akan tetapi, hal yang paling penting adalah dia bisa melarikan diri. Seluruh pengunjung yang datang ke klub malam itu sudah mengetahui kemampuannya dan dia
Duduk di pemberhentian terdekat dari Perumahan Nusantara, Jingga tampak menyendiri dari para pengunjung yang sebentar lagi akan naik ke dalam bus. Tampaknya, dia akan pergi ke suatu tempat padahal sebenarnya tidak ada latihan pada hari ini. Sudah biasa pula bagi anggota Fantasy Club kalau mereka libur setidaknya sekali dalam seminggu. Keberadaannya di sini adalah untuk menunggu seseorang datang dan duduk di sebelahnya.Sudah beberapa kali pula bus berhenti dan membawa penumpang dari daerah lain. Sudah banyak pula penumpang yang turun, maupun penumpang yang naik. Tetapi dia tidak melakukan salah satunya. Dia hanya memperhatikan mereka yang naik dan juga memperhatikan mereka yang turun. Tidak ada keinginan di dalam benak hati sang puan. Hal itu karena dia juga tidak punya pilihan selain menghabiskan waktu di dalam rumah.Beberapa hari setelah kabar Sandara berhasil ditangkap dan dipenjara, pikirannya masih terganggu. Semua terjadi karena bayangan yang dia lihat tempo har
Irene baru saja melangkahkan kaki dan masuk ke sebuah warung makan yang menjadi tujuan pada siang ini. Dia langsung bergerak menuju arah sebuah meja di mana terlihat punggung milik seorang insan, tampaknya sedang menunggu kedatangan seseorang. Pemilik punggung itu sedang fokus ke layar ponsel, sehingga dia tidak tahu ada yang akan mendatanginya.Tanpa basa-basi, Irene duduk di depan pemilik punggung tadi yang menoleh. Dia adalah Leo yang dijanjikan bertemu dengan sang puan untuk makan siang. Dia juga sudah datang lebih awal karena lokasinya dekat dengan SMA Bina Bangsa. Makanya dia sibuk dengan layar ponsel sembari menunggu Irene datang, namun dia malah tenggelam dalam dunia tersebut sampai tidak sadar.“Lo gak ada kelas lagi emang setelah ini?” tanya Irene memulai pembicaraan tanpa menanyakan kabar terlebih dahulu. Mereka sudah terlalu lama bersama, maka hal seperti itu mungkin tidak perlu dilakukan.“Gue gak pernah ada kelas sore sih, jadi gu
Saat sedang menunggu semua anggota Fantasy Club hadir di belakang rumah Sagara, Jingga yang duduk di sebelah Jeslyn sedang mengusap layar ponsel. Untuk saat ini, dunia maya di dalam sana lebih menarik perhatian sang puan dibandingkan dunia nyata. Dia juga bisa mengamati bermacam drama yang penuh intrik dan juga menggelitik. Semua tercakup dalam satu sosial media.Tidak jauh dari mereka, ada anggota laki-laki Fantasy Club juga yang sedang membahas sesuatu. Obrolan mereka tampaknya seru, terbukti dengan beberapa kali mereka tertawa dengan lelucon salah satunya. Obrolan ini menarik juga untuk dicuri dengar, sebab suara mereka terdengar bahkan saat jarak mereka seperti dipisah oleh kutub utara dan selatan.Termasuk juga Alden yang tersenyum lebar ketika mendengar celetukan Rama. Sampai saat ini, hubungan dia dan Jingga seperti air dan minyak. Ibaratnya walau ada di satu tempat, tetapi mereka tidak bisa bersatu. Mereka seperti terpisah dalam dua dunia, serta tidak ada juga
Sebuah mobil warna hitam baru saja diparkir di wilayah parkir rumah Sagara. Mesin mobil dimatikan tidak lama setelah diparkir. Pintu mobil dari kursi kemudi dibuka. Punggung seorang pria muncul, dan dia melangkah ke pintu rumah pria itu yang bahkan tidak tahu ada yang berkunjung ke rumahnya. Tanpa pikir panjang, dia mengulurkan tangan ke gagang pintu lalu membukanya.Di dalam rumah, ada Sagara yang berada di ruang utama sedang menonton sebuah program yang ditayangkan dalam layar televisi. Ekspresi wajahnya tampak cerah. Beberapa kali pula dia kedapatan tertawa terbahak-bahak hanya karena lawakan dari pengisi acara di sana. Tidak tahu apakah humornya yang terlalu rendah atau apakah acara yang ditonton terlalu lucu.Pada saat yang sama, dia menoleh ke arah pintu masuk saat telinganya menangkap sebuah suara yang datang dari arah sana. Suara itu terdengar seperti suara pintu dibuka dari arah luar. Lagi pula, dia juga tahu siapa yang baru saja masuk ke dalam rumah. Hal itu