Sebuah mobil warna perak berhenti di depan Villa Rawa yang tidak terlalu ramai pada siang hari. Setelah mesin mobil dimatikan, seorang insan keluar dari mobil lalu bergegas masuk ke dalam—tempat yang sama dikunjungi oleh anggota Fantasy Club. Dia menyapa para karyawan yang sibuk mencuci piring setelah makan siang disajikan. Tanpa basa-basi, dia naik ke tangga yang menjadi alasan dia datang dari jauh.
Orang yang dia temui adalah Chakra, yang dia cium tangannya terlebih dahulu. Lalu berjabat tangan dengan Sagara dan Caraka setelah dikenalkan pria itu. Insan yang baru saja datang adalah Raka, anak sulung Chakra yang sudah diceritakan banyak hal semalam. Mereka yang mendengar Chakra menyebut nama insan itu berseru menyatakan rasa takjub.
Sadar kalau ada yang lebih penting dibandingkan pembicaraan yang tidak berujung, Raka meminta izin untuk mengobati anggota Fantasy Club. Dia sudah diberi tahu ayahnya kalau ada yang terluka di penginapan dan dia butuh bantuan. Akibat per
Seluruh anggota Fantasy Club masih ada di ruang tidur milik Sagara. Waktu terus berlalu. Jarum jam terus berjalan tanpa henti yang tidak akan bisa dihentikan dengan mudah. Dari pagi sampai ke siang, lalu siang menuju sore, tidak ada perubahan. Mereka masih tidak melakukan apa pun. Hal yang mereka lakukan adalah menunggu mereka yang pergi ke markas Kertajaya kembali.Tidak hanya mereka, namun ada juga Chakra, Raka, dan Ratna yang setia menemani. Sebelum berpisah dengan sang suami, Ratna sudah berdiskusi dengan Venus bahwa dia akan tetap di sini daripada pulang ke rumah. Dia ingin menjaga mereka, apalagi ada kaitannya juga kelompok yang diikuti Venus. Jika bisa, dia juga ingin menginap bersama di sini. Dia sudah membicarakan hal itu bersama Chakra.Sementara itu, Jeslyn masih menangis tersedu-sedu mengingat mereka kehilangan Mentari. Sampai sekarang, belum ada informasi apa pun yang mereka terima mengenai keberadaan Mentari. Bahkan sampai mereka masih di sana, tidak ada
Mentari yang menghilang dan dicari keberadaannya oleh anggota Fantasy Club terbaring di sebuah ruang tertutup yang dialasi tempat datar. Dia masih belum sadar sejak dibawa kabur beberapa saat lalu. Tidak ada yang tahu pula sudah berapa lama dia ada di sana dan masih belum bisa memanggil kesadaran tersebut. Sepertinya dia butuh sebuah pemicu agar dia bisa bangun.Tidak lama kemudian, lampu ruangan menyala dan membiarkan tempat ini tidak dalam keadaan gelap gulita. Pada saat itu juga, kesadarannya datang sendiri bahkan tanpa dipanggil. Hal yang dia lihat terlebih dahulu adalah sebuah cahaya terang seperti cahaya kamera foto saat memotret sesuatu. Oleh karena itu, dia sedikit memalingkan muka karena terlalu silau untuk bisa diterima mata manusia normal.Dia membuka dua mata untuk menemukan kesadaran lebih jauh. Hal yang menyambut adalah cahaya terang yang berasal dari lampu neon. Oleh karena itu, dia mengerjap-ngerjap mata dan berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya di d
Jingga yang berlari menyusuri puluhan anak tangga yang tidak bisa dihitung dalam hati membuat semua penghuni terbangun. Anggota yang satu kamar dengannya sampai keluar karena ingin tahu apa yang puan itu lakukan. Begitu juga dengan anggota di kamar sebelah yang membuat Devin ikut keluar, lalu disusul Rama yang datang dengan muka mengantuk akibat dibangun paksa oleh Devin.Tetapi kehadiran mereka lantas tidak menjadi atensi sang puan. Dia melangkah lurus ke depan, bahkan saat itu juga Venus keluar. Dia berhenti di depan daun pintu ruang tidur Sagara. Tanpa pikir panjang, dia mengetuk pintu berulang kali untuk memanggil dia keluar. Belum ada jawaban, dia mengetuk pintu lagi. Pada intinya agar Sagara keluar dari kamar dan dia bisa mengatakan apa yang ingin dia katakan.Setelah pintu diketuk berulang kali—pada saat yang sama Caraka juga ikut keluar dari kamar sebelah—terdengar suara engsel pintu digeser. Gagang pintu bergerak dan pintu terbuka. Sagara muncul da
Dalam keadaan terdesak, Chakra kembali memanggil sang putra sulung—bernama Raka—ke Villa Rawa. Tujuannya untuk mengobati anggota Fantasy Club yang sekarang dibawa ke ruang utama penginapan. Mereka berkumpul dalam satu tempat dalam keadaan memprihatinkan. Wajah mereka kembali memar, ada juga yang tangannya penuh luka. Raka hampir kewalahan menghadapi tamu ayahnya, tetapi dia harus menolong mereka. Kini, Raka sedang mengobati Devin yang memiliki luka di tangan dan kaki. Berkat kemampuan yang diturunkan dari Chakra, dia bisa mengobati mereka dalam waktu singkat. Tidak butuh barang lain pula seperti yang dokter lakukan di rumah sakit. Dia bisa mengobati orang lain dengan telapak tangan saja. Sementara itu, Rama yang sedang menunggu giliran mengeluh kesakitan. Kondisinya juga tidak jauh berbeda dari Devin, namun dia tidak bisa menahannya lebih lama. Jeslyn yang mendengar keluhannya menoleh lalu mengernyit. Jalan pikiran lelaki itu memang tidak bisa ditebak, tetapi tid
Seharusnya anggota Fantasy Club tidak latihan pada hari ini, namun Sagara meminta mereka datang ke rumah dan menyambut mereka setelah pulang dari perjalanan 3 hari 2 malam. Jika diambil kesimpulan berdasarkan percakapan di grup chatting, mereka datang ke sana karena ada yang ingin pria itu sampaikan. Dia meminta semuanya datang tanpa terkecuali. Makanya satu per satu kepala sudah berkumpul di ruang utama. Di sana, ada Caraka yang menawarkan minuman dingin.Menunggu Sagara yang hingga sekarang belum kelihatan batang hidungnya, mereka mengobrol dengan gurunya. Caraka menanyakan perasaan mereka setelah liburan kemarin. Rata-rata mereka menjawab kalau mereka senang bisa ikut liburan. Mereka juga berkata kalau dua pria itu harus lebih sering mengadakan kegiatan seperti ini, daripada latihan saja sepanjang hidup.Beberapa saat kemudian selama pembicaraan mereka makin tenggelam, Sagara muncul dari balik tembok sambil mengutak-atik layar ponsel. Dia duduk di sebelah C
Anggota Fantasy Club kembali berkumpul di halaman belakang rumah Sagara yang sudah tidak asing lagi di mata. Mereka berlatih menggunakan kemampuan ditemani deretan pohon yang membuat suasana menjadi sejuk dan rindang. Hampir semua tempat didominasi oleh warna hijau yang sejenak menyejukkan pandangan.Kali ini, Sagara yang bertanggung jawab dalam latihan saat ini. Caraka tidak kelihatan batang hidungnya sejak Jeslyn menjadi orang pertama yang hadir. Sagara berkata kalau pria itu harus menyelesaikan urusan dan hadir paling lambat. Tetapi hari ini dia berperan mengawasi jalannya latihan itu saja.Sekarang dia sedang melatih kemampuan elemen tanah Alden yang sudah diperbarui ke elemen gempa—didapat sejak pertarungan dengan pasukan Kertawijaya tempo hari. Sagara yang takjub dengan kemampuan tersebut memintanya latihan menggunakan elemen gempa saat itu juga. Ada yang ingin dia jelaskan namun hal yang ingin disampaikan hanya garis besar saja."Karena kamu udah da
Hadirnya Leo di halaman belakang rumah Sagara yang bukan sebagai anggota Fantasy Club sudah cukup membuat Sagara dan Caraka bingung. Mereka tidak mau komunitas ini ketahuan orang lain, terlebih lagi manusia biasa yang bukan dalam keadaan bahaya. Tetapi ada satu insan yang datang tanpa dipanggil dan bukan dalam keadaan mendesak. Mereka tidak tahu kalau semua akan kacau seperti ini.Leo yang kakinya mendadak lemas didekati tujuh anggota itu yang panik, apalagi dia hampir ada di bawah alam sadar jika tidak ada yang mengajaknya bicara. Sama seperti dua gurunya, mereka juga bingung bagaimana menjelaskan dengan jujur seperti apa pertemuan yang sudah lebih setahun dilalui, terutama Irene yang dia pikir selama ini mengikuti kelas komputer. Namun dia dibohongi.Oleh karena itu, Sagara maju ke depan untuk meluruskan kebingungan dan salah paham di antara mereka. Dia duduk berjongkok di dekat lelaki itu. "Leo, jika kamu dengerin apa yang kukatakan, kamu pasti akan baik-baik aja. J
Latihan pada sore ini berakhir dengan cepat. Anggota Fantasy Club dikumpulkan di dalam ruang utama rumah Sagara sebelum pulang ke rumah masing-masing. Mereka sudah berkumpul, tanpa terkecuali. Di atas meja, ada sebuah tumpukan yang dibungkus dengan kantung plastik hitam. Bungkusan itu dibiarkan saja tanpa ada satu insan yang menyentuhnya. Dari balik tembok, Caraka muncul yang menyajikan air dingin kepada mereka sebagai teman bicara.Tidak lama kemudian saat Caraka menyajikan minuman, Sagara muncul dari balik dinding. Tanpa membantu pria itu, dia duduk di sofa dan bergabung dengan mereka. Dia duduk di single sofa dan menyandarkan punggung di sandaran. Tidak ingin mengulur waktu lagi, dia segera membuka pembicaraan. "Sebelum kalian pulang, aku ingin memberi sebuah misi untuk kalian kerjakan. Kalian harus dengar baik-baik jadi gak ada yang salah paham juga," tuturnya membuka diskusi.Pada saat yang sama, Caraka juga ikut bergabung dan duduk di sofa sebelah Sagara