Ariana terbangun di tengah malam. Gadis itu susah tidur. Ia menyesal karena tertidur sepanjang perjalanannya tadi. Alhasil ia jadi tidak mengantuk sekarang. Ariana melirik ke arah Ryan, cowok itu sudah tertidur lelap. Bahkan Ariana bisa mendengar samar-samar dengkuran Ryan. Tak ingin mengganggu sang kakak, gadis itu pun meraih gitarnya dan beranjak menuju halaman belakang. Tak lupa ia membawa Cloudy untuk menemaninya. Ariana sangat menyukai bermain gitar di bawah bintang-bintang seperti ini. Menenangkan, menurutnya.
Malam sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan udara kini menjadi sangat dingin. Ariana mengeratkan sweater yang ia kenakan dan duduk di sebuah bangku panjang. Ariana mendongak ke langit. Malam ini, langit begitu cerah sehingga gadis itu bisa melihat kilauan bintang-bintang dengan sangat jelas. Ariana sangat menyukai bermain gitar di bawah bintang-bintang seperti ini. Menenangkan, menurutnya.
Ariana masih asyik bersenandung dan tidak sadar ketika k
Keesokkan harinya, Ryan, Ariana, Yovan, Kavin, dan Sisca bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Ryan dan Yovan sibuk memasukkan barang bawaan mereka ke bagasi, sedangkan Ariana masih mengemas barang-barangnya di kamar. Gadis itu terlambat bangun, padahal Ryan sudah berkali-kali mengguncang tubuh sang adik, tetapi tak ada respon. Ariana tidur layaknya orang pingsan. Hampir saja Ryan memanggil ambulance kalau saja adik kesayangannya itu tak kunjung bangun. Sebelum pergi ke parkiran depan, Ryan berpesan pada Ariana untuk menelfonnya jika gadis itu sudah selesai mengemas barang-barang agar Ryan bisa membawakan ransel gadis itu ke mobil. Akan tetapi, Ariana berinisiatif untuk membawa ransel itu sendiri, berikut dengan sebuah kotak berukuran besar berisi camilannya untuk ia konsumsi selama perjalanan pulang. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan hati-hati saat menuruni tangga. Akan tetapi, Kavin yang kebetulan baru keluar dari toilet pun buru-buru menahan tangan A
Sepulangnya Ryan, Ariana, dan Yovan dari Bandung, mereka kembali bersantai menikmati hari minggu yang tersisa di rumah si kembar. Sedangkan Kavin langsung mengantarkan Sisca pulang. Ryan dan Yovan tidak berniat menanyakan lebih jauh tentang permasalahan antara adik kesayangan mereka itu dengan Kavin. Raut wajah Ariana memancarkan perasaan sedih yang ditutupi dengan ekspresi dingin dari gadis itu. Ryan tidak ingin membuat adiknya lebih sedih lagi dengan kembali membahas apa yang sudah terjadi. Akan ada waktu di mana Ariana dapat bercerita padanya, yaitu saat gadis itu sudah bisa berdamai dengan suasana hatinya kini. Cowok itu memilih untuk membelikan Ariana berbagai jenis camilan yang disukai gadis itu, berharap bisa sedikit menghibur hati Ariana. Yovan yang dari awal memang tidak mengetahui perihal perasaan Ariana pada Kavin pun tidak memiliki petunjuk sedikit pun mengenai apa yang terjadi. Ia hanya menduga bahwa Ariana dan Kavin bertengkar hebat dan Ariana m
Pagi itu, Kavin tidak muncul untuk mengantar Ariana ke sekolah seperti biasanya. Nampaknya, lelaki itu sedang berusaha menuruti permintaan Ariana. Berangkat ke sekolah tanpa Kavin memang terasa lebih sepi, tidak ada lagi yang mengganggunya dengan jokes ala bapak-bapak, menjahilinya, atau pun menertawakan kecerobohannya. Ya, ia harus mulai terbiasa tanpa kehadiran Kavin di sisinya.Ariana kehilangan semangatnya untuk berangkat ke sekolah. Derap langkahnya nampak lesu dan tidak bertenaga. Yang Ariana inginkan sekarang adalah bergelung dalam selimutnya dan kembali ke alam mimpi. Setidaknya, di sana ia dapat memperoleh semua yang ia inginkan, berbeda 180 derajat dibandingkan dengan kenyataan yang ia alami.Kaki Ariana menendang setiap batu kerikil yang ia temui di jalan dan beberapa kali hampir terjatuh karenanya. Ariana tentu tidak menyadari ada sosok Kavin yang begitu was-was memperhatikan setiap gerak-geriknya dan menahan napas setiap kali gadis itu hampir terj
"Teman-teman mengajak kita bermain futsal jam 10 nanti. Ikut saja yuk," ajak David setelah membaca chat di ponselnya. Setiap akhir pekan, David rutin menginap di rumah Alaistar untuk bermain game seharian di sana. Sudah 5 ronde mereka selesaikan dan David mulai bosan. Ia butuh melakukan hal lain.Alaistar terlihat ragu. Ia merasa lelah dan ingin bergelung dalam selimut lalu tidur hingga esok hari. Namun di sisi lain, ia juga membutuhkan udara segar. Kepalanya terasa penat karena berada di ruangan tertutup terlalu lama."Ayo, daripada lo hanya berdiam di sini meratapi keychain hiu yang pemiliknya jelas-jelas sudah memblokir kontak Whatsapplo. Bukankah akan lebih baik kalau kitarefreshingterlebih dahulu? Setelah itu, kita cari cara untuk lo berkenalan dengan Ryan,” bujuk David. David sudah hafal betul apa yang akan dilakukan Alaistar saat sendirian dan cowok itu sudah muak melihat tingkah sahabatnya yan
"Sekarang gue tahu kenapa di lapangan tadi bisa ramai banget seperti itu. Penggemarnya Yovan pasti sudah tahu kalau Yovan mau ke sana. Tapi yang membuat gue terkejut adalah Yovan sama sekali enggak bermain futsal dan ke sana hanya untuk menjemput Ryan," jelas David.David melemparkan sekaleng minuman dingin ke arah Alaistar yang langsung dengan sigap di raih oleh cowok itu. Melihat itu, David mendesah kecewa. ‘Seharusnya minuman itu jatuh tepat di atas kepala sahabatnya,’ batin David iseng."Bukankah Adrian pernah mengatakan kalau mereka memang berteman dekat? Gue pikir enggak ada yang salah dari menjemput teman dekat seperti itu,” ujar Alaistar sambil mengendikkan bahu.David melirik Alaistar dengan sinis. "Kita berteman dekat, tetapi lo enggak pernah sekali pun menjemput gue," ucap David.Alaistar mendengus. "Ah sudah lah. Apa pentingnya sih mengurus itu sekarang?""Lalu kita harus mengurus apa sekarang?" tanya David.Ala
Ariana, Ryan, Yovan, dan Kavin panik bukan main saat menerima kabar bahwa kedua orang tua Si Kembar mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung memesan penerbangan tercepat ke Singapura. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh keluarga Adhiatama itu jika acara liburan kedua orang tuanya akan berubah menjadi musibah, terlebih lagi di perayaan anniversary keduanya.Ariana dan Ryan sangat terguncang ketika mendapat kabar bahwa kedua orang tuanya mengalami kecelakaan. Terlebih lagi saat Si Kembar, Yovan, dan Kavin tiba di Singapura, mereka harus dikejutkan kembali dengan kabar bahwa nyawa sang mama tidak bisa diselamatkan.Ariana sangat terpukul. Gadis itu tak henti-hentinya menangis. Ryan yang sama terpukulnya dengan Ariana, harus berperan menjadi sosok yang lebih kuat untuk menjaga adiknya, meyakinkan Ariana bahwa semuanya akan baik-baik saja. Acara pemakaman sang Mama baru saja selesai, sedangkan Papa Si Kembar masih terbaring koma di rumah sakit.Se
“Sebenarnya, apa yang telah terjadi antara lo dengan Ariana?” Satu kalimat yang keluar dari bibir Yovan itu cukup untuk membuat Kavin bungkam, tak tahu harus menjawab apa.Kavin merasa dilema. Ketika dirinya mengingat kejadian malam saat mereka berlibur ke Bandung, Ia tahu dengan jelas bahwa ia harus menuruti keinginan Ariana untuk tidak menceritakan kejadian malam itu kepada siapa pun. Akan tetapi, saat ini dirinya merasa tidak sanggup untuk memendam semuanya sendirian. Ia butuh meluapkan isi hatinya, tentunya ke orang yang dapat ia percaya. Dan menurut Kavin, Yovan pun tak masalah.Saat Kavin mengatakan ingin berbicara di tempat yang lebih privasi, cowok itu tidak tahu kalau Yovan akan turut mengajak Ryan. Cowok itu merasa salah langkah karena melupakan bahwa jika dianalogikan, maka Yovan dan Ryan adalah layaknya sendok dan garpu yang akan selalu berdampingan dan ikut serta ke mana pun salah satunya pergi. Kavin mengacak rambutnya dengan gusar saat meliha
Ryan memasuki ruang perawatan papanya dengan perasaan kesal. Hatinya masih menahan amarah karena perkataan Kavin di cafetaria tadi. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Kavin. Bagaimana bisa cowok itu mengatakan bahwa dirinya dapat membahagiakan Ariana di saat cowok itu masih berhubungan dengan Sisca? Ryan tahu dengan jelas apa maksud tersirat di balik perkataan Kavin tersebut. Dan Ryan tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tidak di saat Kavin sendiri masih gamang terhadap perasaannya. Ia tidak ingin Ariana kembali terluka.Ryan menghempaskan tubuhnya di samping Ariana yang tengah sibuk dengan ponselnya. “Kenapa kamu belum makan?” tanya Ryan saat melihat kotak makanan yang ia bawa tadi masih terisi penuh tak tersentuh.Ariana mengalihkan pandangannya ke arah Ryan. “Aku menunggu Kak Ryan. Lebih enak kalau kita makan bersama.”Ryan tersenyum tipis. “Ayo kita makan,” kata Ryan. Cowok itu membantu sang adik membuka kotak
Sudah dua minggu Yovan dan Kavin menemani Si Kembar di Singapura. Kedua cowok itu harus segera pulang ke Jakarta dan kembali menjalani rutinitas mereka seperti sedia kala. Yovan harus segera mengikuti kelas persiapan ujian kelulusan, sedangkan Kavin pun harus kembali berkutat dengan pelajaran sekolahnya yang selama dua minggu ini terbengkalai.Hari itu, Ryan dan Ariana memutuskan untuk mengantar kepergian Yovan dan Kavin hingga ke bandara. Beberapa menit sebelum keberangkatan, keempat sahabat itu berpamitan dengan suasana sendu. Perpisahan antara Ryan dan Yovan tergolong singkat jika dibandingkan dengan perpisahan Yovan dan Ariana. Hanya dengan pelukan singkat dan tepukan di punggung Ryan, lalu Yovan langsung beralih ke Ariana. Kavin sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Yovan memang termasuk tipe tsundere. Cowok itu tidak begitu suka memperlihatkan kemesraan di depan umum. Akan tetapi ketika hanya berdua dengan sang kekasih, akan berbeda lagi ceritanya.Yov
Ryan memasuki ruang perawatan papanya dengan perasaan kesal. Hatinya masih menahan amarah karena perkataan Kavin di cafetaria tadi. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Kavin. Bagaimana bisa cowok itu mengatakan bahwa dirinya dapat membahagiakan Ariana di saat cowok itu masih berhubungan dengan Sisca? Ryan tahu dengan jelas apa maksud tersirat di balik perkataan Kavin tersebut. Dan Ryan tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tidak di saat Kavin sendiri masih gamang terhadap perasaannya. Ia tidak ingin Ariana kembali terluka.Ryan menghempaskan tubuhnya di samping Ariana yang tengah sibuk dengan ponselnya. “Kenapa kamu belum makan?” tanya Ryan saat melihat kotak makanan yang ia bawa tadi masih terisi penuh tak tersentuh.Ariana mengalihkan pandangannya ke arah Ryan. “Aku menunggu Kak Ryan. Lebih enak kalau kita makan bersama.”Ryan tersenyum tipis. “Ayo kita makan,” kata Ryan. Cowok itu membantu sang adik membuka kotak
“Sebenarnya, apa yang telah terjadi antara lo dengan Ariana?” Satu kalimat yang keluar dari bibir Yovan itu cukup untuk membuat Kavin bungkam, tak tahu harus menjawab apa.Kavin merasa dilema. Ketika dirinya mengingat kejadian malam saat mereka berlibur ke Bandung, Ia tahu dengan jelas bahwa ia harus menuruti keinginan Ariana untuk tidak menceritakan kejadian malam itu kepada siapa pun. Akan tetapi, saat ini dirinya merasa tidak sanggup untuk memendam semuanya sendirian. Ia butuh meluapkan isi hatinya, tentunya ke orang yang dapat ia percaya. Dan menurut Kavin, Yovan pun tak masalah.Saat Kavin mengatakan ingin berbicara di tempat yang lebih privasi, cowok itu tidak tahu kalau Yovan akan turut mengajak Ryan. Cowok itu merasa salah langkah karena melupakan bahwa jika dianalogikan, maka Yovan dan Ryan adalah layaknya sendok dan garpu yang akan selalu berdampingan dan ikut serta ke mana pun salah satunya pergi. Kavin mengacak rambutnya dengan gusar saat meliha
Ariana, Ryan, Yovan, dan Kavin panik bukan main saat menerima kabar bahwa kedua orang tua Si Kembar mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung memesan penerbangan tercepat ke Singapura. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh keluarga Adhiatama itu jika acara liburan kedua orang tuanya akan berubah menjadi musibah, terlebih lagi di perayaan anniversary keduanya.Ariana dan Ryan sangat terguncang ketika mendapat kabar bahwa kedua orang tuanya mengalami kecelakaan. Terlebih lagi saat Si Kembar, Yovan, dan Kavin tiba di Singapura, mereka harus dikejutkan kembali dengan kabar bahwa nyawa sang mama tidak bisa diselamatkan.Ariana sangat terpukul. Gadis itu tak henti-hentinya menangis. Ryan yang sama terpukulnya dengan Ariana, harus berperan menjadi sosok yang lebih kuat untuk menjaga adiknya, meyakinkan Ariana bahwa semuanya akan baik-baik saja. Acara pemakaman sang Mama baru saja selesai, sedangkan Papa Si Kembar masih terbaring koma di rumah sakit.Se
"Sekarang gue tahu kenapa di lapangan tadi bisa ramai banget seperti itu. Penggemarnya Yovan pasti sudah tahu kalau Yovan mau ke sana. Tapi yang membuat gue terkejut adalah Yovan sama sekali enggak bermain futsal dan ke sana hanya untuk menjemput Ryan," jelas David.David melemparkan sekaleng minuman dingin ke arah Alaistar yang langsung dengan sigap di raih oleh cowok itu. Melihat itu, David mendesah kecewa. ‘Seharusnya minuman itu jatuh tepat di atas kepala sahabatnya,’ batin David iseng."Bukankah Adrian pernah mengatakan kalau mereka memang berteman dekat? Gue pikir enggak ada yang salah dari menjemput teman dekat seperti itu,” ujar Alaistar sambil mengendikkan bahu.David melirik Alaistar dengan sinis. "Kita berteman dekat, tetapi lo enggak pernah sekali pun menjemput gue," ucap David.Alaistar mendengus. "Ah sudah lah. Apa pentingnya sih mengurus itu sekarang?""Lalu kita harus mengurus apa sekarang?" tanya David.Ala
"Teman-teman mengajak kita bermain futsal jam 10 nanti. Ikut saja yuk," ajak David setelah membaca chat di ponselnya. Setiap akhir pekan, David rutin menginap di rumah Alaistar untuk bermain game seharian di sana. Sudah 5 ronde mereka selesaikan dan David mulai bosan. Ia butuh melakukan hal lain.Alaistar terlihat ragu. Ia merasa lelah dan ingin bergelung dalam selimut lalu tidur hingga esok hari. Namun di sisi lain, ia juga membutuhkan udara segar. Kepalanya terasa penat karena berada di ruangan tertutup terlalu lama."Ayo, daripada lo hanya berdiam di sini meratapi keychain hiu yang pemiliknya jelas-jelas sudah memblokir kontak Whatsapplo. Bukankah akan lebih baik kalau kitarefreshingterlebih dahulu? Setelah itu, kita cari cara untuk lo berkenalan dengan Ryan,” bujuk David. David sudah hafal betul apa yang akan dilakukan Alaistar saat sendirian dan cowok itu sudah muak melihat tingkah sahabatnya yan
Pagi itu, Kavin tidak muncul untuk mengantar Ariana ke sekolah seperti biasanya. Nampaknya, lelaki itu sedang berusaha menuruti permintaan Ariana. Berangkat ke sekolah tanpa Kavin memang terasa lebih sepi, tidak ada lagi yang mengganggunya dengan jokes ala bapak-bapak, menjahilinya, atau pun menertawakan kecerobohannya. Ya, ia harus mulai terbiasa tanpa kehadiran Kavin di sisinya.Ariana kehilangan semangatnya untuk berangkat ke sekolah. Derap langkahnya nampak lesu dan tidak bertenaga. Yang Ariana inginkan sekarang adalah bergelung dalam selimutnya dan kembali ke alam mimpi. Setidaknya, di sana ia dapat memperoleh semua yang ia inginkan, berbeda 180 derajat dibandingkan dengan kenyataan yang ia alami.Kaki Ariana menendang setiap batu kerikil yang ia temui di jalan dan beberapa kali hampir terjatuh karenanya. Ariana tentu tidak menyadari ada sosok Kavin yang begitu was-was memperhatikan setiap gerak-geriknya dan menahan napas setiap kali gadis itu hampir terj
Sepulangnya Ryan, Ariana, dan Yovan dari Bandung, mereka kembali bersantai menikmati hari minggu yang tersisa di rumah si kembar. Sedangkan Kavin langsung mengantarkan Sisca pulang. Ryan dan Yovan tidak berniat menanyakan lebih jauh tentang permasalahan antara adik kesayangan mereka itu dengan Kavin. Raut wajah Ariana memancarkan perasaan sedih yang ditutupi dengan ekspresi dingin dari gadis itu. Ryan tidak ingin membuat adiknya lebih sedih lagi dengan kembali membahas apa yang sudah terjadi. Akan ada waktu di mana Ariana dapat bercerita padanya, yaitu saat gadis itu sudah bisa berdamai dengan suasana hatinya kini. Cowok itu memilih untuk membelikan Ariana berbagai jenis camilan yang disukai gadis itu, berharap bisa sedikit menghibur hati Ariana. Yovan yang dari awal memang tidak mengetahui perihal perasaan Ariana pada Kavin pun tidak memiliki petunjuk sedikit pun mengenai apa yang terjadi. Ia hanya menduga bahwa Ariana dan Kavin bertengkar hebat dan Ariana m
Keesokkan harinya, Ryan, Ariana, Yovan, Kavin, dan Sisca bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Ryan dan Yovan sibuk memasukkan barang bawaan mereka ke bagasi, sedangkan Ariana masih mengemas barang-barangnya di kamar. Gadis itu terlambat bangun, padahal Ryan sudah berkali-kali mengguncang tubuh sang adik, tetapi tak ada respon. Ariana tidur layaknya orang pingsan. Hampir saja Ryan memanggil ambulance kalau saja adik kesayangannya itu tak kunjung bangun. Sebelum pergi ke parkiran depan, Ryan berpesan pada Ariana untuk menelfonnya jika gadis itu sudah selesai mengemas barang-barang agar Ryan bisa membawakan ransel gadis itu ke mobil. Akan tetapi, Ariana berinisiatif untuk membawa ransel itu sendiri, berikut dengan sebuah kotak berukuran besar berisi camilannya untuk ia konsumsi selama perjalanan pulang. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan hati-hati saat menuruni tangga. Akan tetapi, Kavin yang kebetulan baru keluar dari toilet pun buru-buru menahan tangan A