Fandy tersenyum."Aku pasti akan memenuhi janjiku padamu, Fitri seharusnya sebentar lagi datang."Bos Hando memperlakukan Fandy dengan lebih hormat pada saat ini. Kemungkinan dia akan menyerang siapa pun yang berani mencari masalah dengan Fandy.Fitri tiba setelah 10 menit berlalu, dia turun dari mobil dan mendengar suara petasan sambil sedikit mengerutkan alisnya. Karena Fitri belum pernah melihat upacara semeriah ini sebelumnya. Tapi Fitri menjadi lebih tenang setelah melihat Fandy.Mereka berdua memiliki prinsip yang sama, yaitu memenuhi janji mereka sendiri.Setelah memasuki ruang pribadi, Fandy mulai makan setelah makanan yang lezat disajikan satu per satu."Kamu nggak lapar?"Fitri sama sekali tidak memegang alat makannya, lalu sedikit menggelengkan kepalanya."Karena kamu sudah datang, makanlah sedikit. Ini adalah bentuk kesopanan."Fitri ragu-ragu sejenak saat mendengar ini, tapi dia tetap mencobanya. Setelah itu, nafsu makan Fitri langsung meningkat, karena makanan di sini mem
Di dalam kamar tidur vila, Fandy sedang mengerutkan keningnya. Fandy sudah memeriksa denyut nadi Kak Gina untuk waktu yang lama, tapi dia masih tidak bisa menemukan hal yang salah pada Kak Gina. Fandy bahkan juga tidak tahu kenapa dia bisa tiba-tiba jatuh pingsan."Apakah ini benar-benar adalah racun yang belum pernah kutemui sebelumnya? Guru saja nggak bisa menyembuhkannya, apalagi aku!"Fandy mulai merasa cemas, kesembilan kakaknya sudah dianggap seperti keluarga bagi Fandy. Bagaimana mungkin Fandy tidak sedih saat melihat Kak Gina pingsan di hadapannya?Pada saat ini Kak Gina membuka kedua matanya dan berusaha untuk tersenyum."Aku pingsan, ya? Sudah berapa lama?"Fandy berkata."Setengah jam.""Waktunya semakin lama semakin panjang. Awalnya kepalaku cuma terasa sedikit pusing, tapi sekarang sudah pingsan sampai setengah jam. Kalau terus seperti ini, aku nggak tahu apakah aku masih bisa sadar lagi atau nggak kalau pingsan lagi."Tentu saja tampang Kak Gina juga sangat cantik, apalag
Ucapan Fandy membuat wajah Gina kembali memerah. Saat teringat dengan kegilaan sebelumnya, Gina benar-benar ingin merasakannya sekali lagi. Tapi Gina memaksa dirinya untuk menahan keinginannya."Nggak usah bicara omong kosong. Bukannya kamu bilang mau memperkenalkan murid padaku? Biarkan dia datang.""Baik."Setelah menelepon Stira, Fandy hendak mengatakan sesuatu. Tapi Gina sudah menempelkan jarinya di bibir Fandy."Aku tahu masalah yang kamu sebutkan, jadi kamu nggak perlu kasih janji apa pun padaku. Aku bisa mengerti."Fandy merasa terharu, para kakaknya adalah orang yang paling memahaminya. Fitri benar-benar sangat buruk jika dibandingkan dengan mereka.Setengah jam kemudian, Stira datang sambil membawa adiknya."Terima kasih karena sudah menolongku, Dokter Fandy."Lilian jatuh pingsan sebelum ini, jadi dia sangat berterima kasih pada Fandy saat bertemu dengannya lagi."Nggak usah berterima kasih padaku, biarkan kakakku periksa kondisimu dulu."Gina mengangguk, lalu berjalan mendek
Terdapat seorang pria paruh baya yang sedang duduk di dalam ruang tamu. Anak buah di sampingnya berhasil memverifikasi sesuatu dan berkata."Tuan, kami sudah memeriksanya. Bom di dalam mobil itu adalah bom asli."Pria paruh baya itu adalah Janson, terdapat tatapan terkejut yang melintas di matanya."Oh? Sepertinya kematian putranya memberi pukulan yang besar pada Arjuna."Pintu terbuka pada saat ini dan Arjuna berjalan masuk."Akhirnya kamu bersedia bertemu denganku!"Janson tersenyum."Kalau aku nggak menemuimu, bukankah kamu akan meledakkan gerbang rumahku?"Arjuna duduk dengan ekspresi datar."Janson, aku tahu kamu membenciku karena aku merebutnya darimu pada waktu itu. Sekarang aku sudah datang, kamu bisa memenuhi keinginanmu."Janson melambaikan tangannya, ekspresi di wajahnya masih tidak berubah."Nggak usah bersikap begitu putus asa, kamu seharusnya masih subur sekarang. Kamu paham maksudku, 'kan?"Terdapat kegilaan di mata Arjuna."Nggak! Putraku sudah meninggal dan nggak akan
Fandy kembali mendatangi Restoran Rusi milik Bos Hando. Setelah memasuki ruang pribadi, Fandy melihat Irvan sedang meminum sup."Kak Fandy, aku sudah nggak bisa menahan diriku lagi, jadi aku mencicipi beberapa suap dulu."Fandy tidak mengomentari hal ini, melainkan berkata dengan tidak berdaya."Apakah kita harus makan siang bersama?""Aku harus kembali ke Kota Yujino setelah nonton konser, aku juga nggak tahu kapan kamu bisa pergi ke sana. Jadi tentu saja kita berdua harus bertemu sekarang!"Irvan teringat dengan sesuatu setelah mengatakan ini."Masih ada satu temanku yang mau datang, dia juga termasuk sebagai kakakku. Latar belakangnya bahkan lebih baik daripada keluargaku. Kak Fandy nggak keberatan, 'kan?"Fandy mengangkat mangkuk di depannya, lalu meminum seteguk sebelum berkata."Kamu baru bilang sekarang, apa lagi yang bisa kukatakan?"Sebenarnya Fandy mengetahui jika ini adalah niat baik Irvan. Lagi pula, orang yang bisa dipanggil kakak oleh Irvan pasti merupakan seorang tokoh b
Aldo langsung pergi setelah mengatakan ini, dari awal sampai akhir dia hanya meminum semangkuk sup."Kak Fandy, maafkan aku."Fandy tersenyum setelah mendengar ucapan Irvan."Hal ini nggak ada hubungannya denganmu, selain itu aku sepertinya memang sangat suka mencari masalah. Tapi ini sama sekali bukan masalah besar untukku."Tidak peduli apa pun yang ingin dilakukan Aldo, Fandy tidak akan diam saja jika Aldo benar-benar ingin melakukan sesuatu padanya.Irvan mengetahui jika Fandy adalah orang yang bijaksana, tapi dia masih tersenyum pahit."Kak Fandy, aku benar-benar terkejut denganmu! Sebenarnya apa hubunganmu dengan Ratu?"Fandy menyadari sesuatu saat melihat sikap Irvan."Kenapa? Sepertinya kamu tahu sesuatu?"Irvan menghela napas, terdapat tatapan rumit di matanya."Di seluruh Negara Limas, siapa pun yang bisa memasuki kalangan kelas atas tahu kalau Ratu sedang dikejar oleh lima orang, Aldo adalah salah satunya! Mengesampingkan hal yang lain, berdasarkan status Ratu, siapa pun yan
Bohong jika mengatakan Levron tidak marah, tapi dia bukanlah orang yang pandai bicara dan hanya bisa berkata dengan suara yang berat."Kita semua adalah teman kerja, apakah perlu sampai seperti ini?"Kedua wanita itu mencibir."Kenapa? Kamu masih nggak mau ngaku kalau kamu jual vila dengan tubuhmu? Coba jual beberapa rumah lagi kalau kamu memang bisa. Konyol sekali.""Benar sekali. Kalau kamu nggak mau semua orang menatapmu dengan tatapan aneh, kamu harus tunjukkan kemampuanmu. Tapi apakah kamu bisa?"Hampir setelah wanita itu selesai bicara, terdapat seorang rekan kerja yang berjalan mendekat dengan seorang wanita di belakangnya."Levron, pelanggan ini mencarimu."Levron segera menoleh dan tersenyum lebar."Halo, Nona. Aku adalah Levron."Orang yang datang adalah Claire, dia menatap Levron selama beberapa waktu, lalu berkata sambil tersenyum."Namaku Claire, nama kita sedikit mirip. Aku mau beli dua vila darimu, apakah bisa?"Apa! Levron tidak bisa memercayai telinganya. Setelah berea
Setelah Irvan selesai bicara, tidak hanya Levron yang menutup mulutnya. Orang yang lain juga memasang ekspresi tidak percaya.Ya Tuhan. Angka terbesar dari dua dadu adalah 12. Bukankah itu berarti pria ini akan membeli 12 vila? Jika benar seperti itu, Levron sudah bisa bersenang-senang hanya dengan mendapatkan komisi.Meskipun peluang untuk mendapatkan angka 12 sangat rendah, itu sudah tidak penting lagi. Karena angka terendah adalah angka dua, Levron akan mendapatkan banyak uang jika menjual dua vila lagi.Semua orang akhirnya paham pada saat ini. Kejadian hari ini sama sekali bukan karena keberuntungan Levron, tapi ada seorang investor besar yang sedang membantunya.Bahkan manajer penjualan dan beberapa manajemen lainnya juga berlari keluar, karena ini benar-benar adalah kejadian yang sangat besar.Pada saat ini, Irvan sudah melempar kedua dadunya ke lantai yang berhenti bergerak setelah berputar selama beberapa saat. Semua orang menahan napas mereka saat ini."Nggak disangka benar-b
Ada rasa kesal di mata Stira, tapi tetap berkata padanya."Tuan Fandy, dia adalah penyelidik gabungan yang diutus oleh kantor pusat, Pak Helmi. Karena insiden ini melibatkan negara asing, mereka menanggapinya dengan sangat serius."Setelah mendengar ini, Helmi merasa jijik."Tuan? Stira, kamu benar-benar bertindak keterlaluan. Dia adalah seorang tersangka. Apa kamu pernah melihat seseorang memanggil seorang tersangka dengan sebutan Tuan?"Stira segera membalas."Urusanku sendiri mau memanggilnya apa, aku hanya memperjelas sikapku selama penyelidikan. Kamu nggak perlu mengajariku bagaimana caranya."Helmi duduk berhadapan dengan Fandy karena malas membalas perkataannya."Suara serta video di ponsel diverifikasi keasliannya. Itu suaramu, Fandy! Entah seberapa banyak yang kamu katakan, nggak akan ada gunanya. Kecuali kamu bisa memberikan bukti alibimu! Sekarang ikutlah dengan kami!""Kalau kamu berani melawan, kami berhak membunuhmu di tempat!"Helmi menyatakan permusuhannya dengan sangat
Reaksi pertama Fandy adalah pembunuhannya terhadap Zofar telah terungkap, tapi Fandy langsung menyangkalnya.Pertama-tama rencananya sempurna, Zofar pergi ke sana untuk membunuh seseorang, jadi pasti akan mengambil inisiatif untuk menghindari kamera CCTV. Kedua, orang pertama yang mengetahui kematian Zofar pastilah Keluarga Madius, jadi apakah mereka akan membalas dendam? Hal ini begitu mustahil.Kedua hal ini tidak mungkin terjadi, lalu apa yang akan terjadi?"Fitri, jangan bercanda. Bagaimana mungkin aku bisa membunuh seseorang?""Itu bukan urusanmu. Kalau bukan urusan resmi, menurutmu aku akan meneleponmu? Stira sudah pergi mencarimu. Aku harap kamu mau bekerja sama. Kalau tidak, jangan salahkan aku karena mengeluarkan perintah pencarian."Setelah telepon ditutup, Fandy benar-benar bingung, hanya bisa pulang untuk menunggu.Hanya satu jam kemudian, Stira menemukan alamatnya dan duduk di ruang tamu. Selain Stira, ada dua anggota Pasukan Serigala Ganas, yang menunjukkan bahwa mereka m
Jika ingin berhubungan normal dengan Helen, pekerjaan adalah hal yang penting terlebih dahulu. Kalau masih misterius seperti dulu, bagaimana bisa berhubungan? Pasti akan menciptakan jarak.Setelah berpikir panjang, jadi akan lebih tepat untuk meneruskan profesi lamanya. Dokter merupakan profesi yang memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain paling cepat. Lagi pula, siapa yang tidak pernah mengalami penyakit ringan?"Ada klinik pengobatan tradisional yang dijual di ujung jalan, tapi sebaiknya kamu melihat-lihat dulu sebelum memutuskan."Naning cukup efisien, karena berada di bidang pekerjaan ini, tentu tidak lambat untuk mengetahuinya."Maaf merepotkanmu lagi. Mulai sekarang, panggil aku Kak Fandy saja.""Ya, Kak Fandy."Tidak ada yang salah dengan apa yang mereka katakan pada saat yang sama. Naning tidak berpura-pura lagi. Naning benar-benar orang yang tertutup dan selalu menjaga jarak dari klien-klien kaya. Alasan kenapa memperlakukan Fandy secara berbeda adalah karen
Hampir segera setelah Zofar meninggal, garis merah tiba-tiba keluar dari tubuhnya dan menuju langsung ke Fandy.Karena begitu cepat, Fandy tidak punya waktu untuk bereaksi, garis merah pun menghilang tanpa jejak.Fandy segera duduk bersila untuk memeriksa dirinya sendiri lalu segera menangkap garis merah."Dengan kekuatanku saat ini, aku perlu menekannya selama sebulan untuk menyempurnakan garis merah ini."Karena garis merah tidak berpengaruh pada tubuh, jadi bisa menebak bahwa garis itu seharusnya digunakan sebagai sensor untuk melindungi generasi mendatang agar bisa mengetahui siapa pembunuhnya.Sekalipun Fandy mampu menekan benda ini hingga batas maksimal dalam sekejap, akan butuh waktu paling sedikit satu bulan agar benda itu benar-benar hilang.Inilah alasannya kenapa Fandy sedikit kesal. Garis merah ditekan dengan cara ini hingga jarak penginderaan lawan dipersingkat banyak, tapi tidak hilang. Ketika mencapai jarak tertentu, masih bisa langsung mengunci Fandy sebagai pembunuh ya
Kecuali? Mata Imelda langsung berbinar."Jangan bertele-tele, kecuali apa?""Kecuali dua sekte paling misterius, atau Keluarga Ilyas, aku benar-benar nggak bisa memikirkan hal lain."Setelah berpikir sejenak, Imelda menjadi getir lagi."Kalau begitu, Guru, tolong beri aku saran. Kalau dia benar-benar memanggilku, aku harus pergi atau nggak? Apa tanda itu nyata?"Guru langsung memberikan jawaban tanpa ragu."Pasti benar! Kalau dia ingin membunuhmu, pasti sudah melakukannya sejak lama. Kamu nggak mau kenal dengan orang jenius itu, malah mau bersembunyi darinya? Apa kamu bodoh? Dengan begitu, akan lebih baik kalau kamu bisa punya anak dengannya."Imelda langsung menutup telepon. Orang tua ini mulai bertindak aneh lagi.Namun, mengingat wajah dari Fandy, dia mengusap dagunya sambil terkekeh."Sepertinya aku nggak keberatan punya anak dengannya. Sialan, kenapa aku jadi tergoda lagi?"Sekitar pukul satu pagi, di Villa nomor 3 Kompleks Duniawal, Zofar baru saja muncul di ruang tamu lalu melih
"Aku ada beberapa pertanyaan untukmu."Setelah selesai berbicara, wanita yang mendekatinya tersenyum licik."Hehe, ungkapkan saja masalah punya masalah di pikiranmu. Apa kamu sudah tahu kenapa kamu nggak bisa bergerak? Jangan khawatir, aku baru saja menekan titik akupunkturmu. Dalam dua jam, aku akan melepaskannya secara otomatis! Aku hanya akan memberimu hukuman yang ringan saja. Jangan ikuti gadis cantik itu lagi!"Meskipun kecepatan serangan tadi benar-benar cepat, Fandy yang sudah siap dan secara alami menyadarinya. Meski begitu, dirinya masih sangat terkejut.Tepat saat wanita itu hendak pergi dengan senang, lengannya diraih oleh Fandy."Aku ada beberapa pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu."Dalam sekejap, raut wajah wanita itu berubah drastis sambil menatap lengannya dengan tidak percaya."Bagaimana mungkin! Teknik penekanan titik akupunkturku begitu hebat, hingga mereka yang berada di Tahap Alam Penyempurnaan nggak akan bisa bergerak, tapi kamu bisa?"Dia menyadari masalah
Setelah mengerutkan kening dan menatap Zofar, Fandy berbicara."Sebenarnya apa maumu?""Omong kosong, pergi obati temanku. Mona bilang kamu adalah seorang dokter pengobatan tradisional dan bisa pergi ke rumah Keluarga Yanato, seharusnya keterampilanmu cukup bagus. Meski masalah temanku nggak terlalu serius, dia tetap temanku, jadi jangan sampai menunda waktu."Menunda waktu? Benar-benar memikirkan ini dan masih berniat untuk makan mi?"Sekarang aku menjawabmu, aku nggak akan pergi."Zofar tersenyum, tetapi senyumannya agak kejam."Haha, kamu pikir aku nggak berani melakukan sesuatu padamu di depan umum? Mungkinkah kamu sebagai seorang dokter pengobatan tradisional telah mengenal beberapa orang yang berkuasa dan yakin aku cuma menakut-nakutimu?""Kalau begitu, kamu salah besar. Namaku Zofar. Aku adalah genius tiada tara dari Keluarga Madius yang merupakan salah satu dari Delapan Keluarga Bela Diri Kuno. Aku bisa menghancurkanmu dalam segala aspek dengan mudah, jadi kusarankan kamu untuk
"Berhenti!"Tepat saat orang-orang itu mengangkat batang besi di tangan untuk memukul Fandy, sebuah teriakan keras terdengar dan Edrick-lah yang keluar dari vila dengan pakaian rapi, jelas akan keluar."Sialan! Siapa yang berani ikut campur urusanku?"Pemuda itu menoleh sambil mengumpat, tetapi ekspresinya langsung berubah."Kak Edrick?"Wajah Edrick memucat, lalu menunjuk ke arah pemuda itu dan berkata."Lucky, kulitmu gatal lagi sampai melakukan hal seperti ini di siang hari bolong? Sudah berapa hari ayahmu nggak memukulmu?"Dari percakapan tersebut bisa diketahui kalau keduanya saling kenal dan Lucky agak takut pada Edrick."Kak Edrick, apa maksudmu itu? Aku cuma bercanda untuk menakut-nakutinya, mana mungkin aku akan benar-benar menyerang? Sekarang aku sudah mau pergi, pergi dulu!"Setelah Lucky pergi bersama bawahannya, Fandy tidak ingin melewatkan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan Edrick."Terima kasih, Tuan Edrick. Jujur saja aku benar-benar bingung. Aku baru saja datang k
Gadis ini memiliki niat yang baik, Fandy berkata sambil tersenyum."Kalau begitu, maaf merepotkanmu."Ini adalah pertama kalinya Fandy pindah dan harus membeli banyak barang. Naik taksi memang agak merepotkan.Saat keduanya masuk ke dalam mobil dan pergi bersama, ada dua orang di depan pintu yang melihat seluruh proses dengan wajah marah."Sialan! Awalnya vila ini diberikan kepadaku, tapi nggak kusangka ada orang yang benar-benar akan membelinya. Malah menguntungkan bocah sialan ini."Yang lainnya mencibir."Inilah takdir! Cukup bagi kita untuk mendapat penghasilan dari menjual beberapa rumah sekaligus. Bukankah Naning cukup kolot? Biasanya dia menjaga jarak dari pelanggannya, tapi kali ini dia benar-benar berinisiatif untuk turun tangan.""Haha, itu semua cuma akting! Pria bernama Fandy ini masih muda dan kaya. Selama seseorang bukan idiot, siapa yang nggak punya angan-angan? Kalau benar-benar berhasil, kelak dia akan menjadi wanita kaya. Siapa yang masih menjual rumah? Tapi wanita it