"Pak Burhan! Aku bisa meyakinkanmu bahwa Tentara Markotop akan menjadi yang terbaik."Tepat ketika Fitri berbicara, Burhan menoleh."Fitri, kamu masih muda. Jangan terlalu yakin dalam beberapa hal. Situasi kali ini berbeda."Tepat ketika Fitri masih mengucapkan sumpahnya, Sharon berbicara."Maaf, Pak Burhan! kamu. Apa yang Pak Burhan katakan memang ada. Aku juga baru mengetahuinya."Fitri memalingkan kepalanya dengan tajam untuk menatap Sharon. Tatapan matanya benar-benar kejam."Kamu tahu apa yang sedang kamu bicarakan?"Sharon sudah sangat ketakutan."Ya, memang benar. Orang yang ditangkap adalah Fandy."Saat ini, Burhan menepuk bahu Ronald."Ayo, Ronald, pergi ke kantormu. Sebentar saja. Aku semakin tua, kondisiku juga semakin buruk."Setelah beberapa orang pergi, raut wajah Fitri tampak suram."Katakan! Katakan semuanya padaku!"Di ruang interogasi, orang di seberang Fandy sedang menggedor meja."Hei! Sikapmu akan mempengaruhi hukuman terakhir. Kenapa? Apa menurutmu kamu bisa membu
Setelah mendengar ini, Sharon langsung merasa kesal."Fandy! Jangan keterlaluan, jadi orang harus tahu diri. Atasan juga sudah datang sendiri hanya demi kesalahan seorang bawahan. Apa lagi yang kamu mau?"Fandy tertawa terbahak-bahak melihat sikap Sharon yang sombong."Diam!"Fitri memarahi sambil memandang Fandy."Aku minta maaf padamu atas masalah ini. Aku kurang mengajarinya, aku juga nggak akan mengelak dari tanggung jawab ini. Personil terkait akan menanganinya sesuai dengan hukum dan nggak akan pernah mentolerirnya! Katakan, apa syaratmu?"Pak Burhan masih di Tentara Markotop. Mungkinkah Pak Burhan meminta untuk datang untuk membuka borgolnya? Maka masa depan Fitri akan sangat suram. Masalah ini bisa menjadi besar. Tentu saja, yang terbaik adalah melepaskan Fandy sekarang."Sederhana, mulai sekarang jangan halangi aku kalau aku mau bertemu Tuan Besar Rick."Hanya itu saja? Fitri bahkan siap secara mental untuk mengusir Sharon, tapi tidak disangka permintaan Fandy berubah menjadi
Setelah hening sejenak, Rendra berbicara lagi."Kalau begitu gunakan rencanaku saja. Pada hari pengumuman, di depan Fitri, aku akan mencegahmu, Fandy nggak berdaya. Lalu aku akan menanganimu dengan serius, rasakan saja rasa sakit yang benar-benar mengerikan!"Para bawahan mengerutkan kening, tapi tetap bertanya."Tuan, bukankah akan sulit menjelaskannya pada Tuan Rijunta?"Rendra tampak menghina."Lalu kenapa? Pamanku sudah bilang kalau siapa pun yang berani menghentikan Fitri akan dihukum. Rijunta hanyalah Wakil Ketua Aula Urusan Eksternal Tim Drag. Ketua mereka pun akan bersikap sopan padaku, mana mungkin aku takut padanya? Mereka sudah memilih untuk berada di sisi yang berlawanan denganku, tentu saja nggak akan sungkan.""Tolong umumkan, waktu pesta kerja sama Grup Bintang akan dimajukan hingga malam besok."Di bilik sebuah bar di Kota Valencia, Arnold melihat Fandy masuk dan buru-buru melambai."Mobilnya sudah dicuci, bensinnya juga sudah diisi. Sudah oke, 'kan?"Fandy tampak tak b
Orang-orang di bar sangat ketakutan dengan pertempuran semacam ini sehingga mereka segera melarikan diri."Apa maksudmu?"Arnold mengerutkan kening, tidak mengerti kenapa tidak menyuruh mereka pergi. Pacarnya, Denada bersandar padanya dengan rasa takut yang mendalam."Seharusnya datang karena aku. Kalian pergi dulu."Saat mengatakan itu, Fandy berdiri lalu mendatangi pria berbaju hitam."Ini nggak ada hubungannya dengan mereka, aku akan tetap di sini."Pria berbaju hitam itu mencibir, tapi tidak terus menekannya, anak buahnya pun segera memberi jalan."Apa yang kamu bicarakan! Saat ini mana mungkin aku pergi? Denada, kamu pulang dulu saja."Arnold yang mengikuti dari belakang, memarahi lalu segera mendorong Denada keluar.Mereka sudah menjadi teman baik selama bertahun-tahun, terutama saat situasi begitu sedang sulit, mana mungkin Arnold bisa meninggalkan Fandy sendirian."Arnold, aku bisa mengatasinya, percayalah padaku, oke? Selain itu, Denada ada di sini, pentingkan keselamatannya."
Arnold tercengang. Dirinya juga pernah bertarung sebelumnya. Kekuatan dan kecepatan seorang pria paruh baya ini tampak sangat kuat. Hasilnya apa? Bisa ditampar dengan mudah oleh Fandy."Aku yang terlalu meremehkanmu."Jessy yang mengerutkan kening, melambaikan tangan kanannya. Setelah itu, dua seniman bela diri lainnya bergegas mendekat.Namun, tidak ada perubahan. Mereka masih ditampar oleh Fandy.Saat ini Jessy sangat terkejut."Menarik, nggak disangka aku bisa bertemu dengan seniman bela diri sepertimu saat makan sayur asam."Ketiga seniman bela diri tersebut sudah pingsan, tapi Jessy masih tidak panik sama sekali. Hal ini membuat Fandy sedikit penasaran."Apa sudah selesai?"Bagaimanapun, Chaesa yang menyebabkan masalah, Fandy tidak ingin membuang terlalu banyak waktu untuk hal ini.Jessy tidak menjawab pertanyaan Fandy, tapi melihatnya lebih serius, lalu segera pergi.Arnold berbicara setelah keadaan di bar kosong."Astaga! Fandy, kamu hebat sekali?"Fandy mengangguk."Lumayan. Ak
"Aku nggak tahu toko itu."Fandy yang juga ingin melihat apakah ada sesuatu yang mencurigakan menjawab dengan jujur."Haha, menarik! Semua orang yang kenal aku tahu aku pasti akan pergi makan sayur asam pada waktu itu setiap minggunya. Kalau orang lain berniat menimbulkan konflik di antara kami berdua, tentu saja waktu itu adalah waktu yang paling cocok."Jessy benar-benar tidak peduli pada hal ini, hanya saja kekuatan Fandy agak di luar dugaan dan ditambah semuanya sudah tenang, jadi tentu saja dia harus berpikir dengan cermat.Fandy juga mulai merenung. Setelah Jessy mengatakan ini dan mengaitkannya dengan reaksi Chaesa saat itu, ini memang agak menarik.Saat ini pintu terbuka dan seorang pria tua masuk. Ternyata dia tahu kata sandi tempat ini."Kalau kamu bisa menang atau seri dengan pria tua ini, masalah kita akan sampai di sini saja."Setelah mengatakan itu, Jessy menjauh sedikit. Dari tindakan ini bisa mengetahui kekuatan luar biasa dari pria tua yang baru saja tiba dan takut aka
"Aku cuma agak syok."Syok, Wanda menghampirinya dan melihat Wildan menyerahkan undangan.Setelah membuka dan melihatnya sekilas, Wanda langsung menghela napas."Hiss! Ini ... ini undangan makan malam kerja sama Grup Bintang besok malam?"Kebetulan Chaesa juga turun dan bergegas menghampiri dengan penuh semangat."Ya ampun! Ini sungguhan. Ayah, k ... kok kamu bisa mendapatkannya? Banyak perusahaan besar di Kota Valencia yang nggak layak untuk menerima undangan, tapi ternyata ayah bisa?"Wanda jauh lebih senang lagi."Bukan itu saja. Katanya kemungkinan besar siapa pun yang menerima undangan akan menjadi salah satu rekan kerja Grup Bintang dalam pengembangan kota ini. Bukankah itu berarti keluarga kita juga punya peluang?"Saat mereka berdua bahagia, Wildan tidak bisa tersenyum."Aku tahu bagaimana undangan ini bisa kudapatkan, tapi aku benar-benar nggak menyangka dia akan melakukannya."Dia? Wanda sangat bingung."Sayang, kamu masih kenal orang seperti itu?""Itu Fandy."Perasaan Wilda
"Coba perjelas."Fandy percaya meskipun semalam dia hanya mengaktifkan bagian kecil dari auranya, pria tua itu pasti akan terintimidasi dengan kekuatan yang dia miliki dan dendam Jessy pasti sudah berlalu."Boleh, traktir aku makan."Setelah terdiam sejenak dan mendengar Jessy masih tidak mengatakan apa-apa, Fandy hanya mengatakan satu kalimat sebelum mengakhiri panggilan."Nggak masalah bagiku."Setelah keluar dan waktu menunjukkan hampir pukul sepuluh, Fandy tiba di rumah Fitri yang telah menghubunginya sebelumnya."Naiklah."Setelah membuka pintu, setidaknya Fitri adalah orang yang menepati janji meskipun wajahnya datar. Dia tidak lagi menghentikan Fandy mengunjungi kakeknya, tetapi tetap mengikutinya tanpa alasan yang jelas.Setelah memeriksa denyut nadinya, Fandy menghela napas lega. Ternyata Racun Pir tidak menyebar lagi. Dalam hal ini, dia hanya membutuhkan beberapa bahan obat terakhir sebelum bisa mulai melakukan pengobatan dan bisa dipastikan Tuan Besar Rick bisa hidup lebih l
Kebetulan Nonanya telepon."Nona.""Dalam foto yang kamu kirimkan padaku kemarin, nama wanita itu Lusiana dan dia adalah cucu Burhan."Apa!? Burhan? Catherine terkejut. Dia sudah begitu lama ikut dengan Nona, mana mungkin Nona tidak tahu beberapa orang terkenal?"Astaga! Nona, kok wanita berstatus Lusiana bisa bertemu dengan Fandy?"Anehnya, Nona malah tertawa."Burhan telah menetap di Kota Valencia, tepat di sebelah vila Fandy. Selain itu, Burhan adalah orang yang rendah hati. Sebagai tetangga, sudah nggak heran keduanya saling berhubungan. Nggak layak disebutkan, paling-paling cuma hubungan tatap muka saja dan nggak ada yang bermanfaat.""Mengenai alasan Lusiana membantu Fandy, mungkin Pak Burhan nggak tahan melihat Tentara Markotop berurusan orang biasa sedemikian rupa, jadi dia menyuruh cucunya untuk pergi mengurusnya. Nggak perlu terlalu diperhatikan. Dengan kata lain, kalau Fandy memang bisa mendapatkan bantuan Burhan, dia cukup layak untuk mendapatkan status tinggi."Setelah men
Fandy berdiri. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar gurunya begitu marah. Pasti ada masalah besar yang terjadi."Guru, katakan. Aku mendengarkan."Sampai Burhan juga menatapnya dengan penasaran. Fandy masih sangat muda dan keterampilan medisnya telah mencapai puncaknya. Mana mungkin guru yang melatihnya adalah orang biasa?"Negara Gestin ini keterlaluan! Beraninya mereka meremehkan pengobatan tradisional yang diwarisi negara kita selama bertahun-tahun!? Nggak lama lagi akan ada persaingan medis. Itu adalah Negara Gestin."Setelah mendengarkan, Fandy tidak menyangka ternyata alasan mengapa gurunya begitu marah saat menelepon sama dengan yang Burhan katakan."Guru, seorang pahlawan tua telah menugaskanku untuk ikut dalam kompetisi. Tenang saja, aku akan pasti membuat para bajingan dari Negara Gestin itu masuk dengan bangga dan pergi sambil menangis."Dokter tersenyum."Benarkah? Kalau begitu, aku nggak perlu membicarakan yang lainnya! Dengarkan baik-baik, kalau kamu nggak menghajar m
Itu hanya lelucon, Pak Burhan melanjutkan."Berjanjilah padaku. Kalau kamu memang nggak punya perasaan terhadap cucuku setelah mencoba beberapa saat, bicaralah dengan lebih kasar. Takutnya nanti dia akan terbuai terlalu dalam dan akan semakin menderita."Fandy tersenyum getir."Apa kamu merasa aku terlalu menawan?"Tidak disangka Pak Burhan mengangguk dengan serius."Benar, ada beberapa orang yang memang terlahir luar biasa. Bagi orang seperti ini, yang paling mereka miliki adalah wanita. Cucu bukanlah peri yang nggak terpikat oleh dunia fana. Wajar saja kalau dia jatuh cinta padamu."Penilaian yang begitu tinggi membuat Fandy merasa agak malu."Kalau begitu, aku akan melakukannya."Seolah ini hanya pernyataan pembuka, Burhan tiba-tiba meletakkan pancing sambil memandang Fandy dan berkata dengan serius."Aku punya permintaan."Fandy panik."Kamu terlalu menganggapku tinggi."Setelah melambaikan tangan, Pak Burhan masih sangat serius."Nggak! Aku nggak akan pernah bicara omong kosong ka
Fitri telah mengetahui Heijo berada di tingkat Raja Seni Bela Diri dan bisa mengaktifkan energi pelindung tubuh untuk membunuh orang tanpa terlihat. Selain itu, kamera di sini juga telah dihancurkan. Meski terlihat, tetap saja tidak akan ada bukti.Biasanya seniman bela diri tingkat ini akan ditangani oleh markas besar. Meskipun Fitri adalah Dewi Perang, dia tidak layak dan tidak memiliki kemampuan itu.Dalam keputusasaan, Fitri buru-buru berkata."Kalau kamu membunuhnya, kita nggak akan pernah bersama!"Heijo menurunkan tangan kanannya sambil mengernyitkan dahi."Oke. Karena kamu adalah Dewi Perang dan punya kewajiban yang harus kamu penuhi, aku akan melepaskannya dengan enggan. Tapi kamu harus menjelaskan pada gurumu. Kalau nggak, perintah militerku akan menjadi lelucon."Fitri menghela napas lega."Akan kujelaskan."Keduanya pergi. Fandy yang baru mengantar Lusiana di halaman hanya meliriknya tanpa menganggapnya serius.Kalau Fitri tidak ada di sini, Fandy pasti akan pergi dan menan
Saat ini di luar, Heijo datang perlahan dengan senyuman di wajahnya."Bahkan nggak bisa merasakan aura pembunuh yang sengaja kuaktifkan. Orang bernama Fandy ini biasa saja."Heijo ingin mengujinya. Kalau tidak, mustahil bagi siapa pun bisa tahu kedatangan dan kepergiannya dengan yang dia miliki."Kamu Heijo?"Tiba-tiba, seorang wanita muncul di depan dan menghalangi jalan Heijo.Dia menyipitkan mata untuk mengamatinya dan tersenyum."Haha, ini Fitri. Nggak kusangka pertemuan pertama kita di tempat dan waktu seperti ini."Heijo telah melihat foto Fitri berkali-kali. Meskipun setelah ramalan guru dan Fitri sangat jelek, dia akan menikahi serta memperlakukannya dengan baik. Akan tetapi, mana mungkin pria tidak mendambakan wanita cantik?Setelah melihat foto itu, Heijo sangat kagum dan tentu saja sangat bahagia. Jadi pada dasarnya, dia telah memutuskan Fitri adalah kekasihnya."Kamu memang sangat kuat. Aku bisa tahu cuma dari aura pembunuhmu."Saat ini Fitri merasa rumit. Dia tidak pernah
Sesampainya di Komunitas Ruby, Fandy memarkir mobil di tempat parkir depan pintu masuk sebelum memberikan kunci kepada satpam dan memberi tahu Jessy untuk mengutus seseorang mengambilnya.Saat berjalan masuk dan melewati vila Catherine, Fandy melihat Catherine sedang duduk di halaman pada malam seperti ini."Mau masuk dan duduk-duduk?"Setelah keduanya saling memandang, Catherine mengajaknya."Nggak, aku agak capek."Rasa penasaran melintas di mata Catherine. Fandy kembali dari Tentara Markotop dengan selamat? Mustahil untuk mengatakan penangkapan Tentara Markotop adalah kesalahpahaman.Bukankah konyol sekali kalau Tentara Markotop datang menangkap orang tanpa bukti?"Fandy, rahasia apa lagi yang kamu punya?"Setelah bergumam, Catherine mengambil keputusan. Bukankah itu tujuan Nona mengutusnya ke sini? Akan tetapi, sebuah suara bergema di dalam hatinya dan menyuruhnya untuk jangan mencari sisi lain Fandy. Kalau tidak, mungkin akan ada kemungkinan kecil untuk bersama Nona.Begitu memasu
"Fandy, namaku Ronald, aku adalah kapten Tentara Markotop. Kakekku dan Pak Burhan pernah menjadi rekan seperjuangan."Dengan adanya hubungan ini, sikap Fandy tentu saja berbeda. Pak Burhan adalah pahlawan perang, mana mungkin kakek Ronald bisa lebih buruk dari itu?"Haha, ada apa Kak Ronald mencariku?""Begini, Mark adalah keponakanku. Dari apa yang kuketahui tentang apa yang terjadi, masalah di antara kalian berdua nggak terlalu besar. Coba lihat bisa nggak kamu memberiku muka dan membiarkannya meminta maaf kepadamu? Sejujurnya, aku baru mengetahui masalah ini."Fandy menepikan mobilnya dan tertawa."Boleh. Karena Kak Ronald sudah angkat bicara, aku pasti akan memberimu muka."Lagi pula, masalah mereka berdua belum terlalu dalam. Kalau tidak, siapa pun yang mencarinya tidak akan ada gunanya."Kalau begitu, terima kasih banyak. Aku akan menyuruh adikku untuk mendisiplinkan Mark dengan baik."Karena sudah seperti ini, Fandy tentu saja pulang ke rumah.Jessy yang juga duduk di dalam mobi
Reaksi Ronald membuat Mark tertegun sejenak, lalu dia tertawa."Fandy, temanku ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Ronald tiba-tiba menatap Mark dan suaranya agak meninggi."Katakan sejujurnya, yang mau mencari tahu tentang Fandy itu kamu atau temanmu?"Mana mungkin dia tidak mengenal keponakan ini si tuan dari Keluarga Westly yang paling pintar membuat onar? Sebagai kapten Tentara Markotop, orang berbahaya dan licik seperti apa yang belum pernah dia tangani? Mana mungkin dia tidak bisa melihat apakah ucapan yang seseorang lontarkan itu kebohongan atau bukan?Saat ini semua orang juga melihat ke arah mereka, terutama Harjono yang berdiri dan berkata dengan tegas."Katakan yang sebenarnya pada pamanmu!"Mana mungkin seseorang yang berpengalaman tidak bisa melihat keseriusan Ronald?Meskipun Mark ragu, dia masih buru-buru berkata."Paman, benar, akulah yang ingin mencari tahu. Aku dan Fandy ini punya masalah, tapi itu nggak penting lagi. Aku melihatnya dibawa pergi oleh anggota Tentar
Akhirnya, Jessy memikirkannya."Sudahlah! Aku belum pernah bertaruh sekali pun seumur hidupku, jadi kali ini aku akan menemanimu untuk menggila bersama!"Tepat setelah dia mengatakan ini, tiga mobil tiba-tiba muncul di depan yang berhenti secara menyamping dari depan dan belakang sampai membuat Jessy terpaksa menginjak rem."Mau memberontak? Beraninya menghentikan mobilku?"Akan tetapi saat berikutnya, dia melihat plat nomornya dengan jelas dan langsung membeku."Gawat, ini mobil ayahku."Benar saja, pintu Rolls-Royce yang berhenti di depan terbuka dan seorang pria paruh baya muncul. Adik Jessy yang bernama Hilman juga berada di sampingnya."Hilman sialan, pasti dia yang mengadu."Setelah menoleh, Jessy terlihat menyedihkan."Kak Fandy, bisakah kamu turun denganku? Kalau nggak, kali ini ayahku pasti akan membunuhku. Tolong bantu aku."Fandy merasa tidak berdaya, tetapi bagaimanapun juga, Jessy juga telah membantunya dalam mendapatkan Bunga Alea. Jadi bantuan kecil ini bukanlah masalah.