Share

Bab 2

Penulis: Basimah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 14:51:46
Aku melirik gelang giok di tangan Melisa. Harganya seharusnya sekitar miliaran. Kemudian, aku menatap Reyhan dan menyahut, "Sesuai yang kubilang. Kamu memberinya gelang, lalu memberiku sisanya. Kamu rasa aku cuma pantas dapat barang sisa?"

Reyhan mungkin tidak mengira aku akan berbicara begitu blak-blakan. Untuk sesaat, dia tampak canggung.

Sementara itu, Melisa berkata, "Jangan marah, Kak. Kak Reyhan beli gelang ini karena aku suka. Aku bisa memberikannya padamu kalau kamu marah. Jangan marah pada Kak Reyhan cuma karena aku. Nggak pantas sekali."

Meskipun berkata demikian, Melisa sama sekali tidak punya niat melepaskan gelangnya. Dia hanya menatap Reyhan dengan sedih. Air matanya mulai menetes.

Ketika melihat Melisa sesedih ini, Reyhan langsung mendekapkannya ke pelukan. Tatapannya yang kesal sontak tertuju padaku. "Melisa, jangan dengarkan omongannya. Gelang itu sudah diberikan kepadamu, jadi itu milikmu. Lilies memang pelit dan perhitungan."

Aku melirik mereka sekilas tanpa melontarkan sepatah kata pun. Sesudahnya, aku mengalihkan pandanganku ke layar komputer.

Reyhan makin murka melihatku seperti ini. Pada akhirnya, dia merangkul Melisa dan membawanya keluar. Dia membuka pintu dengan kuat, lalu berdiri di tempatnya sambil menatapku.

Aku tahu Reyhan menungguku meminta maaf dan mengalah padanya, karena biasanya selalu begitu. Sikapku itulah yang membuat Reyhan makin merajalela. Makanya, kali ini aku tidak meladeninya, bahkan menambahkan gelang bernilai miliaran itu ke dalam daftar properti kami.

Karena aku tidak memberikan respons apa pun, Reyhan hanya bisa membanting pintu dan pergi. Setelah mereka pergi, orang tuaku meneleponku menyuruhku pulang untuk makan bersama.

Aku tidak menolak. Siapa sangka, aku malah bertemu Reyhan di depan rumah orang tuaku. Ketika melihatku, ekspresi Reyhan tampak agak canggung. Namun, dia tetap berusaha tenang. "Mau masuk bareng?"

Aku tidak menolak dan langsung mengangguk sambil berjalan masuk. Suasana sungguh canggung. Orang tuaku seharusnya masih keberatan karena Reyhan tidak mengadakan pesta nikah. Jadi, sikap mereka terhadap Reyhan pun kurang baik.

Jika itu dulu, aku pasti sudah mencairkan suasana. Namun, kali ini aku membiarkan Reyhan duduk sendirian di tengah suasana canggung.

Selesai makan malam, aku hendak naik taksi pulang. Reyhan tiba-tiba menghentikan mobilnya di depanku. Begitu membuka pintu, aku melihat sebuah tempelan di kursi depan.

[ Tempat duduk khusus Melisa ]

Reyhan berdeham dan menjelaskan dengan kaku, "Melisa ngotot menempelkannya. Lagian, kamu nggak sering naik mobil ini."

Aku mengangguk dan menyahut dengan nada datar, "Ya, namanya juga anak gadis. Mereka memang seperti itu."

Reyhan mengernyit dan hendak berbicara, tetapi ponselku tiba-tiba berdering. Aku pun tidak menghiraukan Reyhan dan fokus membalas pesan.

Setelah urusanku beres, mobil telah berhenti di depan sebuah vila. Kebetulan, kami punya acara malam ini. Begitu aku turun, Melisa sontak melemparkan diri ke pelukan Reyhan. "Kak, aku kangen sekali."

Mungkin karena ada aku, ekspresi Reyhan pun tampak canggung. Dia segera menghentikan Melisa yang hendak mencium pipinya. "Sudah, kamu sudah dewasa. Jangan kekanak-kanakan begini."

Melisa melirikku dengan bangga, lalu berkata dengan manja, "Kenapa memangnya? Aku tetap saja adikmu."

Aku tidak ingin meladeni kedua orang itu, jadi langsung berjalan masuk. Setibanya di depan pintu, terlihat beberapa foto diputar di layar lebar. Semuanya adalah foto Melisa dengan Reyhan.

Ada foto mereka berpelukan sambil melihat matahari terbenam, ada foto mereka makan bersama, bahkan ada foto mereka berciuman dengan intens. Aku hanya melirik sekilas.

Sementara itu, Reyhan buru-buru menghampiri untuk menjelaskan, "Lilies, semua foto ini palsu. Percaya padaku. Jangan marah ya. Nggak bagus untuk anak kita."

Aku menoleh melirik Reyhan. Tebersit rasa bersalah pada tatapannya. Kemudian, aku mengangguk. "Ya, fotonya bagus kok."

Reyhan lantas mengernyit. "Kamu nggak marah?"

Ekspresiku tampak tenang. "Nggak kok."

Saat berikutnya, ponselku berdering. Dokter meneleponku untuk membahas tentang rawat inapku besok. Aku berjalan pergi untuk menjawab panggilan, jadi tidak menghiraukan Reyhan lagi.

Sesudah urusanku beres, aku kembali dan melihat Reyhan sedang mengadang di hadapan Melisa sambil memarahi seseorang.

Dari obrolan mereka, aku tahu orang itu tidak sengaja menjatuhkan anggurnya hingga mengenai pakaian Melisa. Reyhan pun menuntut permohonan maaf dari orang itu.

Ketika melihat situasi ini, aku seketika teringat pada kejadian beberapa tahun lalu. Saat itu, aku dan Reyhan menghadiri pesta bersama. Ketika melewati menara sampanye di tengah aula, Melisa mendorongku. Aku yang kehilangan keseimbangan lantas menabrak menara sampanye.

Gelas pecah berkeping-keping. Sampanye dan darah mengalir di tubuhku. Aku menatap Reyhan dengan tatapan meminta bantuan, tetapi dia malah menegurku di depan publik.

"Kamu nggak punya mata? Kamu nggak lihat menara sampanye sebesar ini? Kamu nggak tahu acara ini sangat penting? Gimana bisa orang sepertimu masih hidup di dunia ini? Kalau aku jadi kamu, aku sudah bunuh diri!"

Aku merasa lucu melihat kejadian di depanku. Pada akhirnya, aku memilih untuk pergi.

Bab terkait

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 3

    Reyhan tidak pulang semalaman. Aku sama sekali tidak kaget karena ini bukan pertama kalinya. Namun, setelah selesai mandi, aku malah melihat Reyhan yang pulang dengan membawa sarapan beserta Melisa yang mengikuti di belakang.Ketika melihatku keluar, Reyhan meletakkan sarapan di atas meja dan menjelaskan, "Semalam kami main kemalaman. Melisa nggak berani sendirian, jadi aku antar dia pulang. Karena sudah tengah malam, aku nginap di rumahnya."Melisa merangkul lengan Reyhan sambil memprovokasi, "Ya, Kak Lilies. Kamu nggak ngambek, 'kan?"Aku hanya mengangguk tanpa merespons. Reyhan seperti merasakan sikap dinginku, jadi bertanya dengan lembut, "Kamu bilang mau nonton film yang baru dirilis itu, 'kan? Kebetulan aku nggak sibuk hari ini. Kita nonton ya?"Film itu mendapat banyak ulasan bagus. Aku berkali-kali mengajak Reyhan pergi nonton, tetapi dia terus menolakku. Dia selalu bilang banyak pekerjaan di kantor. Namun, beberapa hari kemudian, aku malah melihat unggahan Melisa.[ Film terba

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 4

    "Lilies, sudah kubilang sejak awal. Kamu nggak bisa menjadikan hamil sebagai alasan bertindak nggak masuk akal. Cepat minta maaf pada Melisa! Kalau nggak, aku bakal menceraikanmu sekarang juga!" hardik Reyhan.Seketika, aku tertawa saking kesalnya. Aku langsung mengeluarkan surat perjanjian cerai yang telah kusiapkan, lalu berkata, "Ayo, kita bisa pergi mengurus perceraian sekarang juga."Reyhan melirik sekilas surat perjanjian cerai itu. Wajahnya berubah drastis. Dia menatapku dengan tatapan suram. "Lilies, kamu lagi hamil. Aku tahu kamu lagi sensitif karena hamil. Aku bakal maafin kamu."Aku menatapnya dengan sinis. Sesaat kemudian, aku baru menyahut, "Reyhan, kamu pasti tahu aku serius atau nggak."Ekspresi Reyhan membeku. Melisa yang berdiri di samping ingin berbicara, tetapi malah disela oleh Reyhan, "Melisa, kamu pulang dulu. Ada yang ingin kami bicarakan berdua."Melisa masih ingin berbicara. Ketika melihat pembagian properti pada surat itu, matanya seketika terbelalak. Dia ingi

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 5

    Reyhan mencengkeram lenganku dengan murka. "Sikap macam apa kamu ini? Aku ayah anak itu! Aku suamimu! Masa aku nggak berhak tahu hasil pemeriksaannya?"Aku ingin menarik tanganku, tetapi Reyhan mencengkeram dengan sangat erat. Pada akhirnya, aku melayangkan tamparan ke wajahnya. "Reyhan! Kamu rasa kamu pantas jadi ayah anak ini?"Reyhan sepertinya naik pitam mendengar omonganku. Tenaganya makin kuat. Dia menghardik, "Kenapa nggak pantas? Asal kamu tahu, sekalipun kita cerai, aku tetap bisa mendapat hak asuh anak. Jangan harap kamu bisa menemuinya nanti! Aku ...."Sebelum Reyhan menyelesaikan ucapannya, ayahku sudah kembali. Ketika melihat situasi ini, ayahku sontak meninju wajah Reyhan. "Asal kamu tahu, anakmu sudah tiada! Kamu masih mau hak asuh anak? Cari saja di tong sampah!"Reyhan menatapku dengan tidak percaya. Jari tangannya bergetar. Dia menunjukku dan ingin memarahiku, tetapi Melisa yang berada di belakang tiba-tiba memanggil dengan lemas, "Kak Reyhan ...."Namun, kali ini Rey

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 6

    Setelah mereka pergi, ibuku menatapku dengan tidak setuju. "Lilies, kamu benaran mau balikan dengan Reyhan? Kamu takut nggak ada tempat bagimu setelah cerai ya? Tenang saja. Sekalipun kamu cerai, Ayah dan Ibu tetap bisa menghidupimu."Aku menatap ibuku dengan terharu. Mataku berkaca-kaca, tetapi aku menolak, "Tenang saja, Ibu. Aku nggak bakal melanjutkan hubunganku dengan Reyhan. Aku melakukan semua ini tentu karena punya alasan lain."Ibuku masih ingin berbicara, tetapi ketika melihat tatapanku yang begitu teguh, dia akhirnya mengurungkan niatnya dan hanya menggeleng dengan pasrah.Beberapa hari selanjutnya, Reyhan benar-benar tidak berhubungan dengan Melisa lagi. Dia memblokir semua kontak Melisa di hadapanku. Setiap hari, dia menemuiku.Setelah keluar dari rumah sakit, aku dan Reyhan kembali ke rumah kami. Melisa pernah datang mencari Reyhan beberapa kali, tetapi terus ditolak. Namun, aku tahu Reyhan tidak akan bisa tahan lama.Beberapa hari lagi adalah hari pemeriksaan lanjutanku.

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 7

    Setelah mengambil akta cerai, aku merasa sangat lega. Tanpa peduli pada raut wajah Reyhan, aku langsung meninggalkan pengadilan negeri.Ketika aku hampir melangkah keluar, Reyhan meraih pergelangan tanganku. Aku menoleh untuk melihat. Wajahnya lesu, matanya memerah.Reyhan memohon kepadaku, "Lilies, tolong beri aku kesempatan lagi ya .... Aku pasti bisa berubah menjadi lebih baik. Percaya padaku."Aku tidak peduli, melainkan langsung mengempaskan tangannya dan menatapnya dengan angkuh. "Pak Reyhan, apa yang kamu katakan? Kita sudah cerai. Mau kesempatan apa lagi?"Reyhan seperti masih ingin berbicara, tetapi aku tidak berniat untuk mendengarnya lagi. Sesuai kesepakatan, aku memberikan perusahaan kepada Reyhan, sedangkan aku pergi ke Kota Jemala, kota yang pernah kutetapkan sebagai tempat berbulan madu.Aku berkali-kali membayangkan datang ke kota ini bersama Reyhan. Kini, aku benar-benar berada di sini dan mendapati sendirian juga bisa bahagia.Aku pergi ke banyak tempat, mengenal bany

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 1

    Setelah membereskan semuanya, hari sudah larut malam. Sinar bulan yang putih menyinari ruang tamu, membuat suasana di ruang tamu terasa makin sepi.Aku memaksakan diriku untuk berjalan ke kamar. Ketika melihat dekorasi kamar pengantin, aku merasa sangat ironis. Hiasan di ranjang belum disingkirkan. Hanya saja, aku terlalu lelah hari ini.Aku langsung menyapukan semuanya ke lantai, lalu berbaring di ranjang yang empuk. Ketika mengecas ponselku, aku tidak sengaja melihat unggahan Melisa.[ Aku sangat beruntung memilikimu. ]Foto di atas adalah foto Melisa dan Reyhan berpelukan. Keduanya bertatapan dengan penuh kasih sayang. Jarak keduanya sangat dekat. Di jari mereka, terlihat cincin pasangan.Jika itu dulu, aku pasti sudah marah melihat unggahan ini. Aku pasti mencari Reyhan untuk meminta penjelasan. Namun, sekarang aku langsung mematikan ponselku dan tidur.Beberapa hari selanjutnya, aku tidak menerima pesan apa pun dari Reyhan. Hanya saja, aku sering melihat foto Reyhan di unggahan Me

Bab terbaru

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 7

    Setelah mengambil akta cerai, aku merasa sangat lega. Tanpa peduli pada raut wajah Reyhan, aku langsung meninggalkan pengadilan negeri.Ketika aku hampir melangkah keluar, Reyhan meraih pergelangan tanganku. Aku menoleh untuk melihat. Wajahnya lesu, matanya memerah.Reyhan memohon kepadaku, "Lilies, tolong beri aku kesempatan lagi ya .... Aku pasti bisa berubah menjadi lebih baik. Percaya padaku."Aku tidak peduli, melainkan langsung mengempaskan tangannya dan menatapnya dengan angkuh. "Pak Reyhan, apa yang kamu katakan? Kita sudah cerai. Mau kesempatan apa lagi?"Reyhan seperti masih ingin berbicara, tetapi aku tidak berniat untuk mendengarnya lagi. Sesuai kesepakatan, aku memberikan perusahaan kepada Reyhan, sedangkan aku pergi ke Kota Jemala, kota yang pernah kutetapkan sebagai tempat berbulan madu.Aku berkali-kali membayangkan datang ke kota ini bersama Reyhan. Kini, aku benar-benar berada di sini dan mendapati sendirian juga bisa bahagia.Aku pergi ke banyak tempat, mengenal bany

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 6

    Setelah mereka pergi, ibuku menatapku dengan tidak setuju. "Lilies, kamu benaran mau balikan dengan Reyhan? Kamu takut nggak ada tempat bagimu setelah cerai ya? Tenang saja. Sekalipun kamu cerai, Ayah dan Ibu tetap bisa menghidupimu."Aku menatap ibuku dengan terharu. Mataku berkaca-kaca, tetapi aku menolak, "Tenang saja, Ibu. Aku nggak bakal melanjutkan hubunganku dengan Reyhan. Aku melakukan semua ini tentu karena punya alasan lain."Ibuku masih ingin berbicara, tetapi ketika melihat tatapanku yang begitu teguh, dia akhirnya mengurungkan niatnya dan hanya menggeleng dengan pasrah.Beberapa hari selanjutnya, Reyhan benar-benar tidak berhubungan dengan Melisa lagi. Dia memblokir semua kontak Melisa di hadapanku. Setiap hari, dia menemuiku.Setelah keluar dari rumah sakit, aku dan Reyhan kembali ke rumah kami. Melisa pernah datang mencari Reyhan beberapa kali, tetapi terus ditolak. Namun, aku tahu Reyhan tidak akan bisa tahan lama.Beberapa hari lagi adalah hari pemeriksaan lanjutanku.

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 5

    Reyhan mencengkeram lenganku dengan murka. "Sikap macam apa kamu ini? Aku ayah anak itu! Aku suamimu! Masa aku nggak berhak tahu hasil pemeriksaannya?"Aku ingin menarik tanganku, tetapi Reyhan mencengkeram dengan sangat erat. Pada akhirnya, aku melayangkan tamparan ke wajahnya. "Reyhan! Kamu rasa kamu pantas jadi ayah anak ini?"Reyhan sepertinya naik pitam mendengar omonganku. Tenaganya makin kuat. Dia menghardik, "Kenapa nggak pantas? Asal kamu tahu, sekalipun kita cerai, aku tetap bisa mendapat hak asuh anak. Jangan harap kamu bisa menemuinya nanti! Aku ...."Sebelum Reyhan menyelesaikan ucapannya, ayahku sudah kembali. Ketika melihat situasi ini, ayahku sontak meninju wajah Reyhan. "Asal kamu tahu, anakmu sudah tiada! Kamu masih mau hak asuh anak? Cari saja di tong sampah!"Reyhan menatapku dengan tidak percaya. Jari tangannya bergetar. Dia menunjukku dan ingin memarahiku, tetapi Melisa yang berada di belakang tiba-tiba memanggil dengan lemas, "Kak Reyhan ...."Namun, kali ini Rey

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 4

    "Lilies, sudah kubilang sejak awal. Kamu nggak bisa menjadikan hamil sebagai alasan bertindak nggak masuk akal. Cepat minta maaf pada Melisa! Kalau nggak, aku bakal menceraikanmu sekarang juga!" hardik Reyhan.Seketika, aku tertawa saking kesalnya. Aku langsung mengeluarkan surat perjanjian cerai yang telah kusiapkan, lalu berkata, "Ayo, kita bisa pergi mengurus perceraian sekarang juga."Reyhan melirik sekilas surat perjanjian cerai itu. Wajahnya berubah drastis. Dia menatapku dengan tatapan suram. "Lilies, kamu lagi hamil. Aku tahu kamu lagi sensitif karena hamil. Aku bakal maafin kamu."Aku menatapnya dengan sinis. Sesaat kemudian, aku baru menyahut, "Reyhan, kamu pasti tahu aku serius atau nggak."Ekspresi Reyhan membeku. Melisa yang berdiri di samping ingin berbicara, tetapi malah disela oleh Reyhan, "Melisa, kamu pulang dulu. Ada yang ingin kami bicarakan berdua."Melisa masih ingin berbicara. Ketika melihat pembagian properti pada surat itu, matanya seketika terbelalak. Dia ingi

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 3

    Reyhan tidak pulang semalaman. Aku sama sekali tidak kaget karena ini bukan pertama kalinya. Namun, setelah selesai mandi, aku malah melihat Reyhan yang pulang dengan membawa sarapan beserta Melisa yang mengikuti di belakang.Ketika melihatku keluar, Reyhan meletakkan sarapan di atas meja dan menjelaskan, "Semalam kami main kemalaman. Melisa nggak berani sendirian, jadi aku antar dia pulang. Karena sudah tengah malam, aku nginap di rumahnya."Melisa merangkul lengan Reyhan sambil memprovokasi, "Ya, Kak Lilies. Kamu nggak ngambek, 'kan?"Aku hanya mengangguk tanpa merespons. Reyhan seperti merasakan sikap dinginku, jadi bertanya dengan lembut, "Kamu bilang mau nonton film yang baru dirilis itu, 'kan? Kebetulan aku nggak sibuk hari ini. Kita nonton ya?"Film itu mendapat banyak ulasan bagus. Aku berkali-kali mengajak Reyhan pergi nonton, tetapi dia terus menolakku. Dia selalu bilang banyak pekerjaan di kantor. Namun, beberapa hari kemudian, aku malah melihat unggahan Melisa.[ Film terba

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 2

    Aku melirik gelang giok di tangan Melisa. Harganya seharusnya sekitar miliaran. Kemudian, aku menatap Reyhan dan menyahut, "Sesuai yang kubilang. Kamu memberinya gelang, lalu memberiku sisanya. Kamu rasa aku cuma pantas dapat barang sisa?"Reyhan mungkin tidak mengira aku akan berbicara begitu blak-blakan. Untuk sesaat, dia tampak canggung.Sementara itu, Melisa berkata, "Jangan marah, Kak. Kak Reyhan beli gelang ini karena aku suka. Aku bisa memberikannya padamu kalau kamu marah. Jangan marah pada Kak Reyhan cuma karena aku. Nggak pantas sekali."Meskipun berkata demikian, Melisa sama sekali tidak punya niat melepaskan gelangnya. Dia hanya menatap Reyhan dengan sedih. Air matanya mulai menetes.Ketika melihat Melisa sesedih ini, Reyhan langsung mendekapkannya ke pelukan. Tatapannya yang kesal sontak tertuju padaku. "Melisa, jangan dengarkan omongannya. Gelang itu sudah diberikan kepadamu, jadi itu milikmu. Lilies memang pelit dan perhitungan."Aku melirik mereka sekilas tanpa melontar

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 1

    Setelah membereskan semuanya, hari sudah larut malam. Sinar bulan yang putih menyinari ruang tamu, membuat suasana di ruang tamu terasa makin sepi.Aku memaksakan diriku untuk berjalan ke kamar. Ketika melihat dekorasi kamar pengantin, aku merasa sangat ironis. Hiasan di ranjang belum disingkirkan. Hanya saja, aku terlalu lelah hari ini.Aku langsung menyapukan semuanya ke lantai, lalu berbaring di ranjang yang empuk. Ketika mengecas ponselku, aku tidak sengaja melihat unggahan Melisa.[ Aku sangat beruntung memilikimu. ]Foto di atas adalah foto Melisa dan Reyhan berpelukan. Keduanya bertatapan dengan penuh kasih sayang. Jarak keduanya sangat dekat. Di jari mereka, terlihat cincin pasangan.Jika itu dulu, aku pasti sudah marah melihat unggahan ini. Aku pasti mencari Reyhan untuk meminta penjelasan. Namun, sekarang aku langsung mematikan ponselku dan tidur.Beberapa hari selanjutnya, aku tidak menerima pesan apa pun dari Reyhan. Hanya saja, aku sering melihat foto Reyhan di unggahan Me

DMCA.com Protection Status