Share

Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja
Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja
Penulis: Basimah

Bab 1

Penulis: Basimah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 14:51:46
Setelah membereskan semuanya, hari sudah larut malam. Sinar bulan yang putih menyinari ruang tamu, membuat suasana di ruang tamu terasa makin sepi.

Aku memaksakan diriku untuk berjalan ke kamar. Ketika melihat dekorasi kamar pengantin, aku merasa sangat ironis. Hiasan di ranjang belum disingkirkan. Hanya saja, aku terlalu lelah hari ini.

Aku langsung menyapukan semuanya ke lantai, lalu berbaring di ranjang yang empuk. Ketika mengecas ponselku, aku tidak sengaja melihat unggahan Melisa.

[ Aku sangat beruntung memilikimu. ]

Foto di atas adalah foto Melisa dan Reyhan berpelukan. Keduanya bertatapan dengan penuh kasih sayang. Jarak keduanya sangat dekat. Di jari mereka, terlihat cincin pasangan.

Jika itu dulu, aku pasti sudah marah melihat unggahan ini. Aku pasti mencari Reyhan untuk meminta penjelasan. Namun, sekarang aku langsung mematikan ponselku dan tidur.

Beberapa hari selanjutnya, aku tidak menerima pesan apa pun dari Reyhan. Hanya saja, aku sering melihat foto Reyhan di unggahan Melisa.

Keduanya berpelukan, berciuman, dan jalan-jalan .... Aku sama sekali tidak keberatan. Aku langsung menelepon pengacara untuk menyiapkan perceraian.

Aku dan Reyhan sudah bersama selama 8 tahun, dimulai dari saat kuliah. Kami memang baru mengadakan acara nikah baru-baru ini, tetapi sebenarnya kami sudah mengambil akta nikah saat kuliah.

Benar sekali, tidak ada acara nikah ataupun mahar. Yang ada hanya seluruh hati yang dipenuhi cinta. Sayangnya, kini cinta itu telah sirna dan meninggalkan setumpuk kekacauan.

Setengah bulan kemudian, aku duduk di rumah dengan pengacaraku. Kami sedang menyiapkan surat perjanjian cerai. Tiba-tiba, terdengar suara pintu terbuka.

Aku mendongak dan melihat Reyhan menggandeng tangan Melisa untuk membawanya masuk.

Keempat mata bertemu pandang. Sorot mata Reyhan tampak agak canggung. Dia buru-buru melepaskan tangan Melisa, lalu berucap dengan agak kaku, "Melisa nggak pernah pergi ke pantai, makanya aku bawa dia ke sana. Lagian, kamu lagi hamil. Dokter suruh kamu jangan banyak beraktivitas ...."

Sebelum Reyhan menyelesaikan ucapannya, aku langsung mengalihkan pandangan dan menatap surat perjanjian cerai di atas meja. Kemudian, aku mengangguk. "Hm, ya."

"Ke ...." Reyhan seketika tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia hanya menatapku tanpa bisa bereaksi. Dari ekspresinya, dia kelihatannya sangat marah.

Reyhan lantas menyergah, "Apa perlu berlebihan begini? Sudah kubilang Melisa nggak pernah ke pantai! Makanya, aku membawanya! Lagian, kita bisa bulan madu kapan saja! Untuk apa kamu merajuk begini? Aku juga sudah bilang aku dan Melisa cuma ...."

Aku tidak ingin mendengar ocehannya. Aku langsung menyela, "Kamu dan dia cuma saudara. Aku tahu kok."

Aku menatap Reyhan dengan ekspresi tenang. Tidak terlihat sedikit pun amarah pada wajahku.

Namun, wajah Reyhan malah menjadi sangat dingin. Dia menatapku dengan alis berkerut, lalu bertanya dengan tidak berdaya, "Jadi, ngapain kamu merajuk?"

"Aku lagi sibuk." Aku kembali menatap surat perjanjian cerai itu dan tidak menghiraukan wajah dingin Reyhan.

Di sisi lain, Melisa maju selangkah meraih tangan Reyhan. Dia memanas-manasi Reyhan, dia berkata, "Kak, jangan marah. Jangan bertengkar dengan Kak Reyhan. Kak Reyhan memang nggak membawamu pergi, tapi dia membawakanmu hadiah."

Usai berbicara, Melisa menoleh dan menatap Reyhan dengan senyuman manis. "Ayo, cepat berikan hadiahnya."

Reyhan segera mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya, lalu menyodorkannya kepadaku. "Ini untukmu."

Reyhan tampak sangat bangga, seolah-olah aku akan berterima kasih padanya. Aku mendongak dan melirik sekilas.

Di dalamnya adalah anting berbentuk bunga yang terlihat sederhana. Di pinggirannya bertatahkan berlian. Kelopak bunga yang terbuat dari giok biru pun membuatnya terlihat makin indah.

Namun, aku hanya melirik sekilas dan mengembalikannya. "Nggak usah, aku nggak punya hobi koleksi hadiah."

Suasana seketika menjadi tegang. Ekspresi Reyhan benar-benar masam sekarang. "Lilies, apa maksudmu?"

Bab terkait

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 2

    Aku melirik gelang giok di tangan Melisa. Harganya seharusnya sekitar miliaran. Kemudian, aku menatap Reyhan dan menyahut, "Sesuai yang kubilang. Kamu memberinya gelang, lalu memberiku sisanya. Kamu rasa aku cuma pantas dapat barang sisa?"Reyhan mungkin tidak mengira aku akan berbicara begitu blak-blakan. Untuk sesaat, dia tampak canggung.Sementara itu, Melisa berkata, "Jangan marah, Kak. Kak Reyhan beli gelang ini karena aku suka. Aku bisa memberikannya padamu kalau kamu marah. Jangan marah pada Kak Reyhan cuma karena aku. Nggak pantas sekali."Meskipun berkata demikian, Melisa sama sekali tidak punya niat melepaskan gelangnya. Dia hanya menatap Reyhan dengan sedih. Air matanya mulai menetes.Ketika melihat Melisa sesedih ini, Reyhan langsung mendekapkannya ke pelukan. Tatapannya yang kesal sontak tertuju padaku. "Melisa, jangan dengarkan omongannya. Gelang itu sudah diberikan kepadamu, jadi itu milikmu. Lilies memang pelit dan perhitungan."Aku melirik mereka sekilas tanpa melontar

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 3

    Reyhan tidak pulang semalaman. Aku sama sekali tidak kaget karena ini bukan pertama kalinya. Namun, setelah selesai mandi, aku malah melihat Reyhan yang pulang dengan membawa sarapan beserta Melisa yang mengikuti di belakang.Ketika melihatku keluar, Reyhan meletakkan sarapan di atas meja dan menjelaskan, "Semalam kami main kemalaman. Melisa nggak berani sendirian, jadi aku antar dia pulang. Karena sudah tengah malam, aku nginap di rumahnya."Melisa merangkul lengan Reyhan sambil memprovokasi, "Ya, Kak Lilies. Kamu nggak ngambek, 'kan?"Aku hanya mengangguk tanpa merespons. Reyhan seperti merasakan sikap dinginku, jadi bertanya dengan lembut, "Kamu bilang mau nonton film yang baru dirilis itu, 'kan? Kebetulan aku nggak sibuk hari ini. Kita nonton ya?"Film itu mendapat banyak ulasan bagus. Aku berkali-kali mengajak Reyhan pergi nonton, tetapi dia terus menolakku. Dia selalu bilang banyak pekerjaan di kantor. Namun, beberapa hari kemudian, aku malah melihat unggahan Melisa.[ Film terba

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 4

    "Lilies, sudah kubilang sejak awal. Kamu nggak bisa menjadikan hamil sebagai alasan bertindak nggak masuk akal. Cepat minta maaf pada Melisa! Kalau nggak, aku bakal menceraikanmu sekarang juga!" hardik Reyhan.Seketika, aku tertawa saking kesalnya. Aku langsung mengeluarkan surat perjanjian cerai yang telah kusiapkan, lalu berkata, "Ayo, kita bisa pergi mengurus perceraian sekarang juga."Reyhan melirik sekilas surat perjanjian cerai itu. Wajahnya berubah drastis. Dia menatapku dengan tatapan suram. "Lilies, kamu lagi hamil. Aku tahu kamu lagi sensitif karena hamil. Aku bakal maafin kamu."Aku menatapnya dengan sinis. Sesaat kemudian, aku baru menyahut, "Reyhan, kamu pasti tahu aku serius atau nggak."Ekspresi Reyhan membeku. Melisa yang berdiri di samping ingin berbicara, tetapi malah disela oleh Reyhan, "Melisa, kamu pulang dulu. Ada yang ingin kami bicarakan berdua."Melisa masih ingin berbicara. Ketika melihat pembagian properti pada surat itu, matanya seketika terbelalak. Dia ingi

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 5

    Reyhan mencengkeram lenganku dengan murka. "Sikap macam apa kamu ini? Aku ayah anak itu! Aku suamimu! Masa aku nggak berhak tahu hasil pemeriksaannya?"Aku ingin menarik tanganku, tetapi Reyhan mencengkeram dengan sangat erat. Pada akhirnya, aku melayangkan tamparan ke wajahnya. "Reyhan! Kamu rasa kamu pantas jadi ayah anak ini?"Reyhan sepertinya naik pitam mendengar omonganku. Tenaganya makin kuat. Dia menghardik, "Kenapa nggak pantas? Asal kamu tahu, sekalipun kita cerai, aku tetap bisa mendapat hak asuh anak. Jangan harap kamu bisa menemuinya nanti! Aku ...."Sebelum Reyhan menyelesaikan ucapannya, ayahku sudah kembali. Ketika melihat situasi ini, ayahku sontak meninju wajah Reyhan. "Asal kamu tahu, anakmu sudah tiada! Kamu masih mau hak asuh anak? Cari saja di tong sampah!"Reyhan menatapku dengan tidak percaya. Jari tangannya bergetar. Dia menunjukku dan ingin memarahiku, tetapi Melisa yang berada di belakang tiba-tiba memanggil dengan lemas, "Kak Reyhan ...."Namun, kali ini Rey

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 6

    Setelah mereka pergi, ibuku menatapku dengan tidak setuju. "Lilies, kamu benaran mau balikan dengan Reyhan? Kamu takut nggak ada tempat bagimu setelah cerai ya? Tenang saja. Sekalipun kamu cerai, Ayah dan Ibu tetap bisa menghidupimu."Aku menatap ibuku dengan terharu. Mataku berkaca-kaca, tetapi aku menolak, "Tenang saja, Ibu. Aku nggak bakal melanjutkan hubunganku dengan Reyhan. Aku melakukan semua ini tentu karena punya alasan lain."Ibuku masih ingin berbicara, tetapi ketika melihat tatapanku yang begitu teguh, dia akhirnya mengurungkan niatnya dan hanya menggeleng dengan pasrah.Beberapa hari selanjutnya, Reyhan benar-benar tidak berhubungan dengan Melisa lagi. Dia memblokir semua kontak Melisa di hadapanku. Setiap hari, dia menemuiku.Setelah keluar dari rumah sakit, aku dan Reyhan kembali ke rumah kami. Melisa pernah datang mencari Reyhan beberapa kali, tetapi terus ditolak. Namun, aku tahu Reyhan tidak akan bisa tahan lama.Beberapa hari lagi adalah hari pemeriksaan lanjutanku.

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 7

    Setelah mengambil akta cerai, aku merasa sangat lega. Tanpa peduli pada raut wajah Reyhan, aku langsung meninggalkan pengadilan negeri.Ketika aku hampir melangkah keluar, Reyhan meraih pergelangan tanganku. Aku menoleh untuk melihat. Wajahnya lesu, matanya memerah.Reyhan memohon kepadaku, "Lilies, tolong beri aku kesempatan lagi ya .... Aku pasti bisa berubah menjadi lebih baik. Percaya padaku."Aku tidak peduli, melainkan langsung mengempaskan tangannya dan menatapnya dengan angkuh. "Pak Reyhan, apa yang kamu katakan? Kita sudah cerai. Mau kesempatan apa lagi?"Reyhan seperti masih ingin berbicara, tetapi aku tidak berniat untuk mendengarnya lagi. Sesuai kesepakatan, aku memberikan perusahaan kepada Reyhan, sedangkan aku pergi ke Kota Jemala, kota yang pernah kutetapkan sebagai tempat berbulan madu.Aku berkali-kali membayangkan datang ke kota ini bersama Reyhan. Kini, aku benar-benar berada di sini dan mendapati sendirian juga bisa bahagia.Aku pergi ke banyak tempat, mengenal bany

Bab terbaru

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 7

    Setelah mengambil akta cerai, aku merasa sangat lega. Tanpa peduli pada raut wajah Reyhan, aku langsung meninggalkan pengadilan negeri.Ketika aku hampir melangkah keluar, Reyhan meraih pergelangan tanganku. Aku menoleh untuk melihat. Wajahnya lesu, matanya memerah.Reyhan memohon kepadaku, "Lilies, tolong beri aku kesempatan lagi ya .... Aku pasti bisa berubah menjadi lebih baik. Percaya padaku."Aku tidak peduli, melainkan langsung mengempaskan tangannya dan menatapnya dengan angkuh. "Pak Reyhan, apa yang kamu katakan? Kita sudah cerai. Mau kesempatan apa lagi?"Reyhan seperti masih ingin berbicara, tetapi aku tidak berniat untuk mendengarnya lagi. Sesuai kesepakatan, aku memberikan perusahaan kepada Reyhan, sedangkan aku pergi ke Kota Jemala, kota yang pernah kutetapkan sebagai tempat berbulan madu.Aku berkali-kali membayangkan datang ke kota ini bersama Reyhan. Kini, aku benar-benar berada di sini dan mendapati sendirian juga bisa bahagia.Aku pergi ke banyak tempat, mengenal bany

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 6

    Setelah mereka pergi, ibuku menatapku dengan tidak setuju. "Lilies, kamu benaran mau balikan dengan Reyhan? Kamu takut nggak ada tempat bagimu setelah cerai ya? Tenang saja. Sekalipun kamu cerai, Ayah dan Ibu tetap bisa menghidupimu."Aku menatap ibuku dengan terharu. Mataku berkaca-kaca, tetapi aku menolak, "Tenang saja, Ibu. Aku nggak bakal melanjutkan hubunganku dengan Reyhan. Aku melakukan semua ini tentu karena punya alasan lain."Ibuku masih ingin berbicara, tetapi ketika melihat tatapanku yang begitu teguh, dia akhirnya mengurungkan niatnya dan hanya menggeleng dengan pasrah.Beberapa hari selanjutnya, Reyhan benar-benar tidak berhubungan dengan Melisa lagi. Dia memblokir semua kontak Melisa di hadapanku. Setiap hari, dia menemuiku.Setelah keluar dari rumah sakit, aku dan Reyhan kembali ke rumah kami. Melisa pernah datang mencari Reyhan beberapa kali, tetapi terus ditolak. Namun, aku tahu Reyhan tidak akan bisa tahan lama.Beberapa hari lagi adalah hari pemeriksaan lanjutanku.

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 5

    Reyhan mencengkeram lenganku dengan murka. "Sikap macam apa kamu ini? Aku ayah anak itu! Aku suamimu! Masa aku nggak berhak tahu hasil pemeriksaannya?"Aku ingin menarik tanganku, tetapi Reyhan mencengkeram dengan sangat erat. Pada akhirnya, aku melayangkan tamparan ke wajahnya. "Reyhan! Kamu rasa kamu pantas jadi ayah anak ini?"Reyhan sepertinya naik pitam mendengar omonganku. Tenaganya makin kuat. Dia menghardik, "Kenapa nggak pantas? Asal kamu tahu, sekalipun kita cerai, aku tetap bisa mendapat hak asuh anak. Jangan harap kamu bisa menemuinya nanti! Aku ...."Sebelum Reyhan menyelesaikan ucapannya, ayahku sudah kembali. Ketika melihat situasi ini, ayahku sontak meninju wajah Reyhan. "Asal kamu tahu, anakmu sudah tiada! Kamu masih mau hak asuh anak? Cari saja di tong sampah!"Reyhan menatapku dengan tidak percaya. Jari tangannya bergetar. Dia menunjukku dan ingin memarahiku, tetapi Melisa yang berada di belakang tiba-tiba memanggil dengan lemas, "Kak Reyhan ...."Namun, kali ini Rey

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 4

    "Lilies, sudah kubilang sejak awal. Kamu nggak bisa menjadikan hamil sebagai alasan bertindak nggak masuk akal. Cepat minta maaf pada Melisa! Kalau nggak, aku bakal menceraikanmu sekarang juga!" hardik Reyhan.Seketika, aku tertawa saking kesalnya. Aku langsung mengeluarkan surat perjanjian cerai yang telah kusiapkan, lalu berkata, "Ayo, kita bisa pergi mengurus perceraian sekarang juga."Reyhan melirik sekilas surat perjanjian cerai itu. Wajahnya berubah drastis. Dia menatapku dengan tatapan suram. "Lilies, kamu lagi hamil. Aku tahu kamu lagi sensitif karena hamil. Aku bakal maafin kamu."Aku menatapnya dengan sinis. Sesaat kemudian, aku baru menyahut, "Reyhan, kamu pasti tahu aku serius atau nggak."Ekspresi Reyhan membeku. Melisa yang berdiri di samping ingin berbicara, tetapi malah disela oleh Reyhan, "Melisa, kamu pulang dulu. Ada yang ingin kami bicarakan berdua."Melisa masih ingin berbicara. Ketika melihat pembagian properti pada surat itu, matanya seketika terbelalak. Dia ingi

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 3

    Reyhan tidak pulang semalaman. Aku sama sekali tidak kaget karena ini bukan pertama kalinya. Namun, setelah selesai mandi, aku malah melihat Reyhan yang pulang dengan membawa sarapan beserta Melisa yang mengikuti di belakang.Ketika melihatku keluar, Reyhan meletakkan sarapan di atas meja dan menjelaskan, "Semalam kami main kemalaman. Melisa nggak berani sendirian, jadi aku antar dia pulang. Karena sudah tengah malam, aku nginap di rumahnya."Melisa merangkul lengan Reyhan sambil memprovokasi, "Ya, Kak Lilies. Kamu nggak ngambek, 'kan?"Aku hanya mengangguk tanpa merespons. Reyhan seperti merasakan sikap dinginku, jadi bertanya dengan lembut, "Kamu bilang mau nonton film yang baru dirilis itu, 'kan? Kebetulan aku nggak sibuk hari ini. Kita nonton ya?"Film itu mendapat banyak ulasan bagus. Aku berkali-kali mengajak Reyhan pergi nonton, tetapi dia terus menolakku. Dia selalu bilang banyak pekerjaan di kantor. Namun, beberapa hari kemudian, aku malah melihat unggahan Melisa.[ Film terba

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 2

    Aku melirik gelang giok di tangan Melisa. Harganya seharusnya sekitar miliaran. Kemudian, aku menatap Reyhan dan menyahut, "Sesuai yang kubilang. Kamu memberinya gelang, lalu memberiku sisanya. Kamu rasa aku cuma pantas dapat barang sisa?"Reyhan mungkin tidak mengira aku akan berbicara begitu blak-blakan. Untuk sesaat, dia tampak canggung.Sementara itu, Melisa berkata, "Jangan marah, Kak. Kak Reyhan beli gelang ini karena aku suka. Aku bisa memberikannya padamu kalau kamu marah. Jangan marah pada Kak Reyhan cuma karena aku. Nggak pantas sekali."Meskipun berkata demikian, Melisa sama sekali tidak punya niat melepaskan gelangnya. Dia hanya menatap Reyhan dengan sedih. Air matanya mulai menetes.Ketika melihat Melisa sesedih ini, Reyhan langsung mendekapkannya ke pelukan. Tatapannya yang kesal sontak tertuju padaku. "Melisa, jangan dengarkan omongannya. Gelang itu sudah diberikan kepadamu, jadi itu milikmu. Lilies memang pelit dan perhitungan."Aku melirik mereka sekilas tanpa melontar

  • Aku yang Dinikahi, Selingkuhannya yang Dimanja   Bab 1

    Setelah membereskan semuanya, hari sudah larut malam. Sinar bulan yang putih menyinari ruang tamu, membuat suasana di ruang tamu terasa makin sepi.Aku memaksakan diriku untuk berjalan ke kamar. Ketika melihat dekorasi kamar pengantin, aku merasa sangat ironis. Hiasan di ranjang belum disingkirkan. Hanya saja, aku terlalu lelah hari ini.Aku langsung menyapukan semuanya ke lantai, lalu berbaring di ranjang yang empuk. Ketika mengecas ponselku, aku tidak sengaja melihat unggahan Melisa.[ Aku sangat beruntung memilikimu. ]Foto di atas adalah foto Melisa dan Reyhan berpelukan. Keduanya bertatapan dengan penuh kasih sayang. Jarak keduanya sangat dekat. Di jari mereka, terlihat cincin pasangan.Jika itu dulu, aku pasti sudah marah melihat unggahan ini. Aku pasti mencari Reyhan untuk meminta penjelasan. Namun, sekarang aku langsung mematikan ponselku dan tidur.Beberapa hari selanjutnya, aku tidak menerima pesan apa pun dari Reyhan. Hanya saja, aku sering melihat foto Reyhan di unggahan Me

DMCA.com Protection Status