Share

Staf penting

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-08 15:37:49

Bibir Dena terkatup rapat. Bahkan saat menikmati makan siang masakan jepang itu, ia tak bersuara satu kata pun. Hal itu membuat pak Galih bingung, tapi sungkan untuk bertanya ke asprinya itu. Istri pak Galih tidak ikut makan siang, setelah mengantar obat dan vitamin, ia bergegas pergi karena harus ke sekolah anak keduanya yang masih SMP kelas tiga. Ya... bisa dikatakan pak Galih dan istrinya memang terlambat menikah, pasalnya, di masa lalu, keduanya merupakan rival di perusahaan yang sama dengan nama berbeda. Sama-sama menjabat CEO sehingga melupakan kisah asmara. Alhasil, setelah istri pak Galih merasa jika ia sudah saatnya menikah, seketika, pak Galih langsung melamar, yang ternyata, kedua sudah saling suka sejak lama. Lucu, kadang tanpa di sadari, cinta dan jodoh sedekat itu.

"Dena, bisa kamu hubungi orang HRD, bilang kalau dua hari lagi, Adim resmi bekerja di kantor kita, masuk departemen keuangan sebagai kepala audit intern."

<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku istrimu suamiku   Yang ada dibenak

    Pov Adim. Terpikir olehku, siapa dia? Di mana aku pernah ketemu, ya? Dan, setelah langkah kakiku menjauh dari toko roti perancis itu, ingatan beberapa tahun silam kembali muncul. Dena. Ya, aku ingat namanya. Bagaimana lupa... gadis SMA yang menangis histeris saat hampir diperkosa laki-laki berengsek. Sengaja di buat mabuk minuman alcohol, tapi masih bisa nalar melawan. Aku rasa, alcohol itu tak berpengaruh pada kehilangan kesadaran dirinya secara penuh, atau, memang ia memiliki malaikat pelindung sehingga bisa menyelamatkannya dari nasib sial malam itu.Aku menoleh lagi, melihat ke dalam toko yang kacanya transparan, mencoba sekali lagi memastikan jika memang ia Dena. Sial, aku harus segera berjalan kaki ke arah gedung tempat ku bertemu dengan CEO perusahaan kelapa sawit multinasional. Mobil sengaja tak ku bawa, repot, ini Jakarta, men, kalian mau segaya apa bawa mobil tetap saja, kalau nggak berangkat p

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Aku istrimu suamiku   Bukan urusan kamu

    "Kenapa Pak Adim tanya hal itu?" Dena mengernyitkan kedua alisnya, ia juga menatap lekat Adim yang mengalihkan pandangan ke pintu lift setelah sebelumnya melirik ke wanita itu.Ting! Suara pintu lift membuyarkan fokus Dena. Tak menjawab, Adim melenggang santai ke arah meja kerjanya yang berbelok ke kanan, sementara Dena ke kiri."Pak Adim!" panggil Dena, pria itu menoleh, menatap Dena dengan satu tangan ia masukkan ke dalam saku celananya."Jangan mau tau urusan orang lain," ucap Dena lalu tersenyum tipis. "Happy working, Pak," pamitnya lalu berjalan menuju ke meja kerjanya. Adim masih membeku di tempat, mendadak ia seperti tertampar dengan pernyataan Dena tadi. Ia diam, berjalan ke arah meja kerjanya dengan pikiran dan ia juga mengumpat dirinya di dalam hati.***"Cerai dulu, Tara. Suara Kanti membuat Tara menoleh cepat, keduanya sedang berada di keda

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • Aku istrimu suamiku   Sakit kepala (1)

    Hari wisuda Argi tiba, Dena sengaja mau menjemput bapak dan Argi di rumah yang membuatnya terkurung, juga merasakan tekanan yang hampir membuatnya gila. Ia menghela napas, bersiap menghadapi apa pun yang ada di dalam rumah itu. Ia membuka pagar, penampilan saat itu memakai kebaya warna marun, dengan kain jawa yang ia jahit model rok span semata kaki, rambut panjang lurusnya hanya ia blow ke dalam sehingga membuatnya cukup ber-volume."Assalamualaikum," sapanya."Waalaikumsalam," suara bapak terdengar dari arah kamar. Pintu kamar terbuka, memunculkan sosok yang Dena hormati. Ia melepas sepatu hak tingginya, lalu berjalan menghampiri bapak, mencium tangan lalu memeluk erat. "Bapak kangen kamu, Nak," lirihnya begitu sedih, terdengar dari suara bapak yang bergetar."Dena juga, Pak. Bapak sehat, kan?" Ia melepaskan pelukan, bapak mengangguk. "Ganteng banget, Pak, bagus baju batiknya," puji Dena.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Aku istrimu suamiku   Sakit kepala (2)

    "Kamu, ngapain?" tanya Adim dengan tatapan sinis. Lagi-lagi, sinis tapi perhatian."Adiknya Mas Tara wisuda, dia minta aku dan Bapak mertua— maksudnya mantan Bapak mertuaku datang," jawab Dena."Nggak ada mantan orang tua, Dena, walau mertua. Tetap aja orang tua." Ketus Adim lagi. Dena hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O sambil manggut-manggut."Kalau gitu say—""Temani saya." Tangan Dena sudah di genggam Adim yang berjalan keluar hotel bintang lima itu."Mau ke mana, Pak, Adik dan Bapak saya nanti cari saya kalau saya nggak kasih kabar mau ke mana, sama siapa, dan ngap—" Dena diam. Adim berhenti berjalan, lalu berbalik badan."Telpon Adik kamu itu. Bilang, kalau kamu temani rekan kerja makan. Buruan sana. Saya laper belum makan." Perintahnya. Dena mengangguk cepat, lalu buru-buru mengelurkan ponsel, dan mengirim ch

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • Aku istrimu suamiku   Kepikiran

    Kedua mata ibu melirik ke amplop yang di geletakkan Dena di atas meja. Tara yang duduk di sofa ruang tamu sambil sesekali mengusap wajahnya karena mendadak, ia seperti cemburu dengan Dena yang memiliki 'pacar baru'."Maksud Dena apa begini? Rendahin kamu, Tara?" tanya ibu sambil membuka isi amplop. Pura-pura nanya, padahal penasaran juga sama isinya berapa banyak. Tara melirik."Ibu udah dengar sendiri penjelasannya, kan? Tara sekarang udah turun jabatan, gaji dan tunjangan bulanan juga di sesuaikan. Dia mau bantu Tara untuk penuhi kebutuhan Ibu." jawabnya."Emang, Dena masih suka di supply uang bulanan sama Mama Papanya?" lanjut ibu sambil menghitung uang di tangannya."Masih. Cuma sesudah menikah, Tara minta distop. Tara malu, kesannya nggak bisa kasih uang ke Dena, dan ternyata..., benar. Karena Ibu minta uang Tara yang harusnya untuk Dena, kan?" ucapnya bernada sinis. Ibu melirik taj

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-12
  • Aku istrimu suamiku   Maksi Bareng

    "Dia bukan tipe saya, Pak. Nggak ada yang PDKT juga." sanggah Adim cepat tanpa melihat ke Dena yang sudah berdiri di sebelah pria itu. Ia pamit berjalan keluar ruang rapat, lalu duduk di meja kerjanya lagi. Dena diam, mendadak kepikiran ucapan Adim tadi.Ia menggelengkan kepala dengan cepat, lalu fokus menatap monitor komputer, memeriksa pekerjaan lagi. Ternyata, masih saja kepikiran, seenaknya Adim bilang kalau Dena bukan tipenya. "Mulutnya nggak bisa nyenengin orang amat kalau ngomong, nggak tau kalau bisa nyakitin. Apa emang gue nggak bisa jadi tipe yang di mau laki-laki, ya? Mas Tara aja jadinya gini, kan? Malah..., hah..." desah Dena.Lalu, kedua matanya melirik ke layar ponsel miliknya. Pesan masuk dari Adim ia terima.Adim : "Makan siang bareng. Tungguin aku di basement dekat mobil aku. Sedan hitam ada sticker bendera Indonesia di sudut kaca belakang sebelah kanan."

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-13
  • Aku istrimu suamiku   Kanti Hamil

    Suara Kanti yang mual muntah terdengar di dalam kamar mandi rumah kedua orang tuanya. Mamanya menghampiri, langsung melempar pertanyaan tanpa basa basi lagi. "Kamu hamil? Anak Tara, kan?" tanyanya dingin."Belum tau pasti hamil apa nggak, Ma, masuk angin kali," jawabnya santai sambil melanjutkan kumur-kumur."Nti, jangan bikin Mama Papa makin senewen sama kalian. Nikah... nikah...! Nggak... ya nggak! Kalian tuh udah kumpul kebo dari dulu. Jangan kira Mama nggak tau, apalagi Papa. Mama capek lihat anak perempuan Mama satu-satunya begini amat hidupnya." Kalimat teguran itu membuat Kanti melirik ke wanita itu sedikit kesal."Ma..., udah lah, Ma, sekarang Mama fokus urus Kak Yanuar, Kanti bisa urus diri sendiri," ucapnya sambil berjalan keluar dari kamar mandi itu. Mama mengikuti di belakangnya."Kanti! Kamu disainer hebat, Mama juga punya butik yang harus Mama jaga nama baiknya, jangan samp

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-13
  • Aku istrimu suamiku   Calon cucu

    Pelukan itu terlepas, Dena meminta maaf karena menerima sikap Adim yang memeluknya seperti tadi. Tak etis, ia masih istri Tara."Pak, sekali lagi saya minta maaf. Saya mohonnn... dengan sangat, Pak Adim jangan bersikap seperti ini ke saya. Jujur, Pak, saya nggak siap untuk hadapin semua bersamaan. Pak Adim jelas paham, saya ada dititik terendah hidup saya, jangan memperkeruh dengan sikap Pak Adim yang beg—""Aku suka kamu," ucap Adim kemudian. Dena yang sebelumnya tertunduk, seketika mendongak lalu menatap lekat dua mata dengan sorot yang tajam itu. Ia menggeleng."Maaf, saya menolak perasaan Pak Adim. Saya nggak bisa, Pak, sekali lagi saya minta ma—""Take your time. Aku tau ini berat. Tapi ucapan aku barusan benar, dan jujur. Kita sama, aku juga gagal memiliki hubungan dengan mantan istriku, sejak dua tahun lalu, dan nggak mudah untuk bisa bangkit," ucapan Adim membuat Dena

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-14

Bab terbaru

  • Aku istrimu suamiku   Selesai di sini

    Apakah mereka sudah saling mencintai? Jawabannya, belum. Dena dan Argi menjalankan hak dan kewajiban, mereka juga sudah sah menjadi suami istri. Keduanya yakin, cinta akan datang seiring dengan waktu, tak perlu khawatir dengan hal itu. “Dena,” panggil Argi yang tak mendapati istrinya di dalam kamar saat ia baru selesai mandi besar setelah mereka bersetubuh. Argi duduk di tepi ranjang, masih tak percaya dengan apa yang sudah terjadi semalam dan hal itu membuat jantungnya berdebar begitu keras. Ia meraba dadanya, lalu menatap ke foto Saski yang masih terpajang di kamarnya. “Kamu nggak marah, ‘kan, Sas?” lirihnya diakhiri tawa dan wajah berseri-seri. Argi beranjak setelah mendengar bel pintu kamar hotel. “Udah bangun?” tanya Dena sambil membawa dua bungkus yang dari wanginya menggugah selera Argi yang lapar. “Kamu ke mana?” Ia mengekor Dena yang meletakkan bungkusan itu di atas meja. “Beli sarapan. Nggak sengaja sebenarnya, karena mau ke tempat Ariq, ternyata mereka udah ke Legoland

  • Aku istrimu suamiku   Kencan dan malam pertama

    Argi menepati janji, hari jumat sore pukul 4.30 waktu KL, mereka berangkat ke Johor, menuju Legoland. Argi meminta Dena memesan hotel untuk menginap dua malam di sana, tak lupa ia mengajak Dena dan Ariq membeli beberapa pakaian baru juga di salah satu mal yang ada di KL. Satu koper ukuran besar menjadi pilihan Dena untuk mengemas pakaian mereka bertiga. Perjalanan yang akan memakan waktu tempat kurang lebih empat jam, ia siapkan sedemikian rupa juga dengan membawa makanan dan beberapa minuman. “Riq, kamu tidur aja kalau ngantuk, ya,” ucap Argi sambil menoleh ke arah belakang sebelum kembali menatap jalan bebas hambatan. “Iya, Pa,” jawabnya. Ariq tampak senang, pun Dena yang kali pertama plesir ke negara orang yang tak asing baginya karena suasana mirip dengan tanah air juga. “Betah tinggal di sini nggak kira-kira?” Argi membuka percakapan setelah mereka menempuh perjalanan satu jam. “Lumayan, aku masih haru keliling dan pingin tau transportasi umumnya. Nggak mau naik taksi atau re

  • Aku istrimu suamiku   Hati yang besar

    Dena tiba di Kuala lumpur, Malaysia siang hari pukul satu. Ia dan Ariq duduk di lobi menunggu Argi menjemput. Hanya satu koper yang Dena bawa, ia memang bukan tipikal perempuan yang suka membawa banyak barang saat pergi yang menginap hingga beberapa hari. Ia lebih senang mencuci bajunya, cukup bawa baju seperlunya yang nanti di mix and match sendiri. Ariq menikmati burger yang Dena baru saja belikan sambil menunggu Argi menjemput. Kala itu, Ariq dan Dena kompak memakai warna baju senada, atasan putih dan celana jeans, juga sepatu kets warna hitam. Karena Dena memakai hijab, ia memilih kemeja putih dua ukuran lebih besar darinya supaya tak ketat membentuk lekuk tubuhnya. Bibirnya juga hanya ia olesi lipstik warna pink natural begitu tipis, hijab warna krem semakin membuat wajahnya bersinar. “Bun, kita di sini satu minggu? Itu lama, ya, Bun?” Ariq kembali menggigit burgernya setelah bicara.“Sebentar, kok. Kenapa? Ariq nggak mau lama-lama di sini?” Dena merapikan tatanan rambut putran

  • Aku istrimu suamiku   Demi kebahagiaan Ariq

    Syifa dan Tara duduk di teras rumah orang tua mereka. Sekarang, hanya tinggal Tara yang tinggal di rumah itu karena bapak meminta Argi baiknya keluar dari rumah setelah menikah dengan Dena. Lagi pula Argi di kuala lumpur dan jarang pulang, jadi baiknya saat Argi sedang di Jakarta, tinggal bersama Dena di rumah orang tua Dena. Meminimalisir resiko keributan juga rasa canggung karena Argi dan Dena sudah menikah. “Menikah lah lagi, Tara. Kakak nggak mau lihat kamu kayak gini,” tutur Syifa yang direspon tawa sinis Tara. “Kak Syifa, nggak semudah itu juga. Tara masih harus cerna semua ini. Merasa dicurangi adik sendiri itu nggak enak. Sakit hati.” ketusnya dengan tatapan dingin. “Gimana juga kalian saudara kandung, akan seperti itu sepanjang usia. Kamu harusnya pahami dan lihat hal ini wajar karena kita juga yang salah, kan? Kak Syifa ambil andil rusaknya hubungan kamu dan Dena di masa lalu.” Syifa menundukkan kepala. Tara beranjak, ia meninggalkan Syifa seorang diri di teras. Membuka

  • Aku istrimu suamiku   Bukan malam pertama

    Hati Dena tak karuan, ia dan Argi saling menatap. Suaminya tersenyum begitu manis lalu berbisik lagi di telinga Dena saat keduanya duduk bersisian di restoran yang dipesan Argi untuk acara syukuran sederhana pernikahan mereka. “Semua akan aman dan baik-baik aja, Mbak Dena. Aku udah selamatkan kamu dari Mas Tara.” Argi memundurkan wajahnya, Dena tersenyum begitu tipis. Masih seperti mimpi yang aneh, karena mereka berdua kini pasangan suami istri. Pintu restoran terbuka, muncul Tara sambil membawa buket bunga. Tak ada senyuman, yang ada tatapan tajam menusuk dengan kemarahan yang membuat Dena segera menggenggam jemari tangan Argi di bawah meja. Argi menoleh, ia merasakan dinginnya jemari Dena. Kedua mata Argi juga menatap genggaman erat pada tangannya. Ia menatap Tara yang semakin berjalan mendekat lalu memberikan buket bunga mawar putih. “Selamat atas pernikahan kalian… adik ipar,” ucapnya dengan nada begitu dingin. Dena mencoba untuk tersenyum, walau ketakutan juga ragu terpancar pa

  • Aku istrimu suamiku   Sesal mendalam

    Tak kunjung berakhir rasa sesal yang dirasakan Tara, ia kini duduk sendirian di depan makam ibundanya. Wajahnya tampak gusar karena sejak tiba, ia terus merasakan hatinya sakit jika memikirkan Dena yang terang-terangan menolaknya. “Bu, Tara sekarang diambang kebimbangan. Argi mau menikah dengan Dena. Tara mau memperbaiki hubungan dengan Dena tapi… dia sama sekali nggak mau kasih kesempatan sedikit pun. Tara sendirian, dijauhkan dari orang yang Tara sayang bahkan Ibnu juga tinggal dengan Kanti dan suaminya sekarang.” Tara memainkan rerumputan yang menutupi gundukan tanah makam. Jarinya mencabuti pucuk rumput dengan pelan, layaknya anak kecil yang bermain atas lapangan penuh rerumputan. Gelapnya malam tak membuat ia ingin lekas beranjak, ia masih betah di sana walau tak lagi bicara. Fokusnya kini, bagaimana ia menata hati juga menghadapi pernikahan Dena dengan Argi. Tak kan mudah ia mengontrol semuanya. Tara seperti tenggelam dengan rasa sesal mendalam. Di lain tempat, Argi tampak bar

  • Aku istrimu suamiku   Mobil mogok

    Dena baru saja kembali dari lokasi pameran yang ia ikuti, langkah kakinya begitu santai melenggang menuju ke parkiran mobil. Jam juga sudah menunjukkan pukul empat sore, lokasi pameran tutup pukul lima. Dena menyerahkan kepada dua stafnya untuk membereskan stand mereka, masih ada dua hari ke depan ikut tetap berada di sana. Ia mengarahkan mobil ke mana lagi kalau bukan rumah. Namun, saat ditengah jalan, mendadak mobilnya mengalami kendala, mendadak mati mesin. Buru-buru ia mematikan AC, lalu menepi. Dena mencoba kembali menstarter mobil hingga berulang kali tapi tetap saja tak mau menyala. Tak tau harus berbuat apa, ia turun lalu melihat sekeliling. Tak ada bengkel mobil, yang ada hanya warung kecil dan warung bakso. Dari kejauhan,Tara yang sedang mengendarai motornya melihat Dena yang berdiri di dekat mobilnya dengan bingung. Ia segera mendekat. “Dena,” sapanya. Wanita itu berjengkit kaget, ia menoleh cepat ke arah sumber suara. Tanpa menjawab apa-apa, Dena terus menghubungi papan

  • Aku istrimu suamiku   Canggung

    Tara menatap Ibnu haru, putranya sudah di sunat dan tak menangis. Sebagai seorang Ayah, ia merasa bangga bisa mengantarkan putranya melalukan kewajiban untuk seorang laki-laki. Kepalanya menoleh ke arah pintu kamar, sosok Kanti datang. Ia menyapa Tara hanya dengan senyum tipis, wanita itu datang bersama suaminya. "Ibnu," sapa Kanti sambil berjalan mendekat. Ibnu tersenyum, meraih tangan Kanti lalu ia cium. "Selamat ya, 'nak, udah besar sekarang, udah sunat," ujarnya sambil mencium kedua pipi Ibnu. "Nu," sapa ayah sambungnya yang ia panggil bapak. "Selamat, ya," lanjutnya. "Iya, Pak," jawab Ibnu. Kanti menatap suaminya, pria itu mengangguk. "Tara, bisa kita bicara berdua di depan. Tapi... saya mohon maaf, kalau ajudan saya ada yang jaga di depan, tidak masalah, 'kan?" Ajudan? Suami Kanti bahkan membawa ajudannya yang bertugas mengawal. Tara merasa malu, ia sungguh tak ada apa-apanya dengan pria di hadapannya itu. "Ya, nggak masalah. Mari," ajaknya sambil berjalan keluar dari kamar

  • Aku istrimu suamiku   Berhenti berharap

    Tara terus duduk termenung di meja kerjanya, bahkan sampai detik ini, jabatannya pun tak kembali seperti semula. Ia masih menjadi bawahan Bima--suami Tya. Tara galau, semua ucapan Dena benar-benar membuat tak bisa bergerak untuk mencoba dekat dengan sang mantan istri. Bagaimana jika memang pernikahan itu terjadi dan posisinya, Dena menjadi adik iparnya. Terlalu rumit, tapi terlihat jika Argi bersungguh-sungguh.Ketukan pada meja membuat Tara tersadar, Bima menarik kursi di hadapan Tara lalu duduk berhadapan dengannya. "Ada apa? Lo dari pagi terus bengong kayak gini?"Tara tersenyum tipis, "nggak papa. Ada apa, Bim. Apa ada yang harus gue siapin lagi? Permintaan lo untuk data pegawai kontrak, udah gue siapin, buat apa memangnya?""Lo kenapa? Nggak jawab pertanyaan gue. Dena mau nikah sama Adek lo? Itu bener?" Pertanyaan Bima membuat Tara menatap ke arah pria itu lalu menganggukkan kepala. "Yaudah lah... bukan jodoh lo emang, lo nggak perlu pusing atau merasa nggak nyaman. Argi dan Dena

DMCA.com Protection Status