Romo datang bersama Juragan. Terlihat sekali lelaki tua itu sangat marah. Anggara masih berada di dalam mobilnya. Dia tidak mengerti harus berbuat apa.Sebelum menyusul Ana, dia memang sempat pulang. Memohon sekali lagi kepada kedua orang tuanya. Anggara ingin semua mengizinkan Ana berkumpul dengan Penelope. Tapi ternyata tetap saja mereka menolak dengan keras. Bahkan mengancam akan membuat Anggara keluar dari kartu keluarga.Anggara pun menyetujui hal itu. Dan dia tidak peduli lagi. Bahkan selama ini dia selalu menjalankan tugas ataupun menjadi anak bangsawan dengan sangat baik. Menuruti kehidupannya yang sama sekali tidak membuatnya bahagia. Hingga dia menemukan Penelope yang bisa membuat hatinya cerah setiap hari."Tetap saja mereka menginginkan kau berpisah dengan Ibu," ucap Ana cemas. "Ayah, tapi Ibu tidak bisa bersama dengan lelaki itu. Lihatlah, dia sangat menjijikan sekali dengan senyumannya itu. Ayah, apa yang akan kamu lakukan?" lanjut Ana kini menangis. Anggara harus berbua
Kedua adik kembar Anggara datang dari Amerika. Mereka mengelola perusahaan di sana atas perintah Romo. Sebuah pusat perbelanjaan yang sangat terkenal. Hingga akhirnya mereka menyerahkan kepada kepercayaannya dan segera kembali ke Indonesia.Mereka berdua adalah dua duda yang sangat tampan. Berpisah karena sang istri meninggal karena sakit, dan kebetulan mereka juga menikah dengan dua wanita kembar asal Amerika.Amel adalah anak dari kembar pertama. Dia segera membawa Amel ke Indonesia setelah ibunya meninggal agar dirawat oleh Nyai dan Romo. Sementara kembar kedua belum memiliki seorang anak. Mereka berdua adalah duda sangat tampan yang diincar banyak wanita."Aku Paman Ardi," ucapnya sambil menunjukkan dirinya. Dia adalah kembar pertama. Ayah dari Amel. "Sementara dia bernama Arga. Kami akan membantumu. Sekarang kita diam-diam akan keluar lewat pintu belakang. Aku sudah menemukan alamat nenekmu itu. Kita akan ke sana dan mengikuti dia."Ana sangat bersemangat sekali. Dia tidak menyan
Amara sangat terkejut ketika melihat dapurnya sangat berantakan, dan anjing itu memakan semua persediaan di dalam kulkas. Dia segera mengambil anjing kesayangan satu-satunya yang selalu menemani dia di dalam rumah yang sangat besar itu.Amara segera mengirim kedua anak kembarnya itu ke luar negeri agar terhindar dari situasi yang sangat membahayakan ini. Dia mulai sadar jika mereka tidak akan pernah selamat karena kehadiran Ana yang tiba-tiba membuatnya sangat resah. Apalagi gadis itu sudah remaja."Kau selalu saja membuat keributan. Sekarang masuk kembali ke dalam kandang. Ah, kau membuat rumahku sangat berantakan. Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya kesal. Amara segera memasukkan anjing itu ke dalam ruangan khusus yang sudah dia buat. Kemudian Amara menghubungi seseorang untuk datang ke rumahnya dan membersihkan semua kekacauan itu.Ardi sangat lega ketika dia berhasil keluar melalui pintu samping yang ternyata bisa mereka gunakan untuk. Sementara Arga perlahan mendekati almari es
Bambang masih saja cemas. Saat itu dia berada di rumahnya ketika pulang dari apartemen yang sudah menjadi milik Ana.Ayahnya saat malam, berada di ruangan kerja. Kemudian dihubungi Romo yang meminta bantuan untuk mempersiapkan sebuah pertunangan yang sangat mewah. Antara Ana dengan anak pertama Bupati yang baru saja dilantik. Bambang sangat cemas, apalagi dia juga mendengar acara untuk pertunangan Brian dan Amel juga akan diadakan. Mereka akan mengadakan pertunangan itu bersama-sama. Bambang semakin sedih, apalagi yang dia dengar anak Bupati itu sangat kasar. Bahkan selalu bergonta-ganti pasangan. Pemuda yang masih sedang kuliah dan kebetulan teman kakak Bambang. Kakak Bambang yang bernama Berliana selalu menceritakan tentang anak Bupati itu di kampusnya. Dan dia tidak menyangka kalau Ana akan dijodohkan oleh lelaki itu."Apa yang terjadi? Kenapa kau diam saja seperti itu? Melamun tidak jelas. Sekarang katakan kepadaku semuanya. Tidak perlu kau tambahi atau kurangi." Bambang terkeju
Pengawal menarik Ana dengan paksa. Anggara menghajar mereka di tempat, dibantu dengan kedua saudara kembarnya. "Ikut aku!" Bambang menarik Amel dan Ana . Mendadak mengajak mereka pergi dari sana.Mereka menuju halaman belakang. "Rasakan!" Bambang dengan sangat hebat melawan beberapa pelayan laki-laki yang akan mencegah mereka. "Rasakan!" Ana pun juga memukul mereka. Sementara Amel masih saja berteriak ketakutan. Dia wanita yang sangat menjaga penampilan. Bahkan untuk memukul pun dia tidak sanggup melakukannya.Namun, saat mereka akan keluar dari rumah itu, Romo bersama dengan puluhan pengawal menghadang. Mereka tidak bisa lagi kabur. Akhirnya mereka menyerah. Bambang sangat terkejut ketika ayahnya datang dan mengajaknya pulang."Bambang, hentikan. Kita sudahi saja. Sekarang ikut Ayah pulang."Bambang terpaksa mengikutin ayahnya masuk ke dalam mobil. Dia melambaikan tangan ke arah Ana dengan wajah memelas. Ana hanya bisa membalas dengan tatapan tegang."Persiapkan dirimu. Kau besok a
Ana tertawa keras sangat ngakak. Kembali mengejutkan semua orang. Kaisar benar-benar tidak percaya calon istrinya adalah seorang gadis yang sama sekali tidak pernah dia sangka. Sangat brutal, berani, tidak punya malu, tomboy. Semua kriteria wanita yang sebenarnya sangat dia sukai.Selama ini dia selalu didekati wanita yang sangat anggun, kelas atas, selalu bersikap seolah-olah kalem di depannya. Selalu menjaga wibawa agar dia bisa menerima cintanya. Namun, sekarang semua itu berbalik. Ana sama sekali tidak peduli dengan penampilannya. Entah dia akan membuat Kaisar benar-benar mencintainya atau tidak.Sepanjang malam Kaisar tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Dia awal mula sangat menentang perjodohan itu. Dia sama sekali tidak suka dijodohkan apalagi dengan wanita yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Namun, ternyata sekarang berbeda. Dia akan mendekati Ana dan mencoba untuk menaklukkan gadis yang suka memberontak itu. Dan, itu merupakan sebuah tantangan baginya."Kau pikir aku bisa
Ana melihat mobil Amel dari kaca spion mengejarnya dan semakin mendekat dari posisinya. Brian semakin menambah kecepatan sepeda motornya. Ana memeluk Brian dengan sangat erat. Hatinya benar-benar bergetar. Dia sangat ketakutan."Ana, jangan sampai melepaskan pelukanmu apa pun yang terjadi. Apa kau dengar?" teriakan Brian segera mendapatkan anggukan dari Ana. Brian merasa lega ketika melihat hal itu dari kaca spion. Dia semakin menambah kecepatan dan melewati gang kecil. Membuat mobil Amel tidak bisa mengikutinya."Sial!" teriak Kaisar. Amel segera menghubungi seseorang. "Ikuti calon suamiku, dan segera beri kabar." Amel menutup ponselnya, lalu memukul jok depan dan berteriak, "Argh! Aku akan menghancurkan kamu, Ana!"Brian segera memarkirkan motornya ketika dia merasa sudah aman. Mereka masuk ke sebuah rumah kosong."Jantungku rasanya mau copot saja. Kau mengendarai seperti orang kesurupan. Kenapa Amel mengikuti kita?" ucap Ana dengan napas yang terengah-engah. Dia terus menepuk-nepu
Benar-benar tidak bisa dipercaya. Penelope bisa tertangkap begitu sangat mengerikan. Padahal Anggara sudah membeli rumah yang sangat jauh dari kota dan berada di desa terpencil. Dia mengira tidak akan pernah ada satu orang pun yang akan menangkapnya. Tapi ternyata dia salah. Tantenya masih saja membuat dia tidak akan pernah selamat dari genggaman lelaki itu. Padahal Penelope berkali-kali mengatakan jika dia tidak menginginkan kekayaan itu dan Amara bisa mengambilnya kapanpun."Tentu saja kau bisa bersamaku. Tapi aku ingin sekali mandi. Aku sangat bau, tidak enak juga melakukan hal itu. Lihatlah, tubuhku dipenuhi keringat. Ijinkan aku mengganti baju dan membersihkan diriku. Aku tidak akan pergi ke manapun. Semua sudah menjaga tempat ini." Penelope berusaha untuk mengalihkan keinginan juragan yang sangat menjijikan itu, dan dia berhasil. Juragan akhirnya menunjukkan sebuah pintu yang berada di pojok ruangan."Itu adalah kamarmu. Ada baju di sana dan tentu saja sangat seksi. Sudah aku si
Amara tiba-tiba datang bersama dengan dua aparat kepolisian. Wanita itu sekarang berada di tengah-tengah mereka semua. Ada sesuatu yang sangat mengganjal di hati Penelope saat melihat sang tante sangat pucat sekali. Bahkan dia menggunakan kursi roda. Tubuhnya sangat kurus. Hati Penelope bergetar, tidak menyangka melihat keadaan tantenya yang semula sangat glamor dan sangat anggun itu, kini berubah sangat mengenaskan."Sebaiknya kita ke sana dan bertanya apa tujuannya ke sini. Jangan pakai emosi. Lihatlah, dia sangat pucat sekali. Mungkin penyakit sudah menggerogoti tubuhnya. Penelope, hilangkan masa lalu itu. Yang penting kita sudah bahagia," bisik Anggara dengan tersenyum tampan."Kita harus memaafkannya, Ibu. Sebagai manusia kita harus memaafkannya," imbuh Ana kemudian menarik Penelope untuk menuruni panggung.Amara tersenyum, kemudian mengulurkan tangannya. Penelope menerima uluran tangan itu dengan bergetar."Aku mau minta izin untuk bertemu denganmu. Tentu saja mereka semua mengi
Ana sangat terkejut melihat kehadiran Amel. Gadis itu menatap Bambang dengan tersenyum. Mengamati sang sahabat dari atas sampai bawah. Dengan sangat seksi Amel mendekati Bambang, kemudian tidak segan-segan menatapnya dari dekat."Kamu ternyata sangat tampan sekali. Apalagi bisa berkelahi dengan hebat seperti itu. Katakan kepadaku. Apakah kau sudah punya pacar? Atau masih mau menungguku?" tanya Amel tanpa basa-basi. Bambang menarik tengkuk leher Amel. Kemudian menciumnya dengan sangat panas. Ana dan Brian terpaku saat melihatnya. Apalagi Amel membalas ciuman itu."Tentu saja aku tidak memiliki pacar. Aku berubah seperti ini karena dirimu, dan aku akan menjadi lelaki yang sangat mencintaimu. Menjagamu sampai kapanpun." Bambang mengeluarkan satu kotak berbentuk hati di saku celananya sebelah kanan. Kemudian membukanya."Kau ..." Amel terkejut saat di dalamnya ada cincin berhiaskan berlian berwarna biru. "Maukah kau menjadi pacarku, tunanganku, dan istriku?" ucap Bambang kemudian memasan
Penelope bersama dengan Anggara selalu saja bermesraan di manapun mereka berada. Bahkan Penelope selalu menemani Anggara di kantor saat bekerja. Anggara tidak bisa lepas sedikitpun dari sang istri."Aku akan memberikan kejutan untukmu," ucap Anggara saat berada di dalam kantornya. Penelope tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."Setiap hari kau selalu memberikan kejutan untukku. Kali ini apalagi?" tanya Penelope sambil bersedekap. Hingga Anggara memberikan satu undangan berwarna putih di depannya. Ada foto Pen dan Anggara pada saat pertama kali bertemu. Foto itu masih saja tersimpan di ponsel Anggara sampai saat ini."Apa ini?" tanya Penelope masih saja melotot tak percaya."Jika kau ingin mengetahuinya, ya buka saja." Anggara tersenyum, kemudian menatap Penelope yang membuka undangan itu. Tentu saja sang istri terkejut. Itu adalah undangan pernikahan mereka. Tepatnya pesta pernikahan mereka yang sempat tidak pernah mereka lakukan."Jadi setelah kita bersama selama 3 tahun kau ba
Pagi menjelang dengan cepat. Ana sudah bersiap-siap untuk pergi ke Inggris. Walaupun hatinya benar-benar resah, ingin sekali bertemu dengan Brian. Tapi dia harus mengorbankan hatinya dan tetap menjalankan perintah itu.Anggara dan Penelope, serta Nyai dan Romo, akan mengantar Ana menuju ke mobil yang akan membawa dia ke bandara. Namun, Ana semakin terkejut saat melihat sosok lelaki yang berada di depan mobil itu sambil bersedekap."Kenapa aku harus diantar oleh Kaisar, Ayah? Bukankah Ayah yang seharusnya mengantar aku? Untuk apa aku harus bersamanya? Ah, tidak menyukainya," ucap Ana dengan sewot. Anggara dan Pen hanya tersenyum, kemudian memeluk Ana sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil."Jaga dirimu dengan baik. Jangan nakal. Ingat, kamu itu pewaris sah. Jadi kamu harus menjalankan tugasmu dengan benar. Nilaimu juga harus tinggi. Jangan mempermalukan keluarga." Seperti biasa, Nyai dengan sangat cerewet memberikan wejangan sebelum pintu mobil tertutup. Romo hanya tersenyum dan melamba
Penelope benar-benar terkejut. Dia sampai meneteskan air mata saking bahagianya. Apalagi Anggara menggandeng Pen dan mengeratkan genggamannya itu, di telapak tangannya sebelah kanan. Raden kemudian tersenyum tampan dan menganggukkan kepala."Apakah ini mimpi? Aku semalam tidak bermimpi apa pun. Hatiku masih saja sakit. Aku ingin bertemu dengan anakku. Tapi ternyata sekarang aku menghadapi drama seperti ini. Sebuah drama yang sangat mengharukan, yang selama ini hanya ada di dalam mimpiku saja," ucap Pen kemudian menatap Anggara. Menarik telapak tangannya menuju pipinya. "Cubit aku, karena aku tidak mau terbangun dari mimpi yang indah ini," lanjutnya berkata dengan kedua mata yang berlinang air mata.Anggaran mencubit pipi Pen, kemudian tersenyum dan menggelengkan kepala. "Ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Aku sudah berjanji akan berjuang mendapatkan dirimu dan Ana sampai titik darah penghabisan dan, ini adalah buktinya. Jika aku memang benar-benar mencintaimu," balas Anggara membuat Pen
Benar-benar di luar dugaannya. Anggara mengatakan hal itu? Ada apa ini? Apakah ini sebuah lelucon? Tidak ada angin, tidak ada perasaan, tidak ada hal apa pun yang Gracia rasakan. Hingga detik ini ... sampai tiba-tiba dia harus mendengarkan sang suami mengatakan hal yang sangat mengejutkan. Dan tentu saja ini membuat dia semakin besar kepala. Gracia tersenyum puas dengan semuanya. Keyakinannya untuk menang sudah di depan mata dan ini adalah semua yang dia rencanakan. Anggara pasti akan menyerah. Membuat dirinya menjadi istri sah satu-satunya yang akan melahirkan ahli waris, yang disetujui oleh dua pihak keluarga. Bukan Penelope, wanita yang sangat bencinya itu."Apakah kau mengatakan yang sebenarnya? Suamiku, ini tidak mungkin. Kau sudah membuatku sangat bahagia. Apalagi mengumumkan ini di depan semua orang. Tolonglah, jangan pernah menganggap ini lelucon. Karena aku tidak akan pernah memaafkan kamu." Gracia menatap sang suami dengan tajam. Dia ingin kepastian. Anggara tersenyum lalu
Ana masuk ke dalam kamarnya berteriak sangat keras. "ARGH!" Semua barang yang berada di hadapannya, dia singkirkan. Prang! Semuanya pecah berserakan di lantai. Para pelayan datang dan berusaha menenangkan gadis itu."Nona, tenanglah!"Mereka semua memegangi Ana. Gracia segera datang, setelah dia menghubungi seorang dokter. Gracia meminta dokter itu untuk menyuntikkan sesuatu kepada Ana agar tenang. Kebetulan dokter itu adalah teman dekatnya. Gracia memberikan uang yang sangat banyak, membuat Dokter wanita itu bisa melakukan apa pun yang Gracia minta."Bagus. Paling tidak dia tenang. Jika ada yang buka mulut, aku akan menghabisi kalian semua," ucapnya pelan dengan tersenyum puas. Kini dia menatap dokter itu. "Bayarannya sudah aku kirim ke rekening mu. Aku akan menghubungi mu kalau perlu.""Baiklah, aku pergi," balas dokter itu meninggalkan kediaman. "Pastikan dia tenang," ucap Gracia sebelum meninggalkan kamar Ana. Semua pelayan hanya bisa menundukkan kepala dan menuruti semua yang di
Ana masih saja menundukkan kepala. Awalnya dia tidak peduli dengan perkataan Gracia. Namun, ketika menyebut nama ibunya. Anak berdiri mendekati wanita itu dan menatapnya tajam. Mendadak mendorong Gracia hingga terjatuh ke belakang. Untung saja di belakang tubuh wanita itu adalah ranjang."Walaupun aku anak kecil tinggiku sama seperti denganmu. Jangan pernah membuat aku marah. Sekali lagi kau akan membuat ibuku menderita ... aku akan membunuhmu. Apa kau lupa dari mana aku berasal? Aku berasal dari jalanan. Bahkan aku sudah dua kali masuk penjara. Aku ... tidak takut apa pun," ucapnya pelan, namun dengan kedua mata yang tajam. Gracia segera berdiri merapikan kebayanya yang sangat berantakan. Dia menata rambutnya. Kemudian dia mengepalkan kedua tangannya. Tidak percaya Ana berani memperlakukannya seperti itu.Plak!Gracia menampar Ana dengan sangat keras. Gadis itu melotot tajam ke arahnya. Ingin sekali membalas tapi Ana tahan. Dia tidak mungkin melakukan itu dengan orang yang sudah tua
Di luar rumah sakit Pen menangis tanpa henti. Dia duduk di bawah pohon sambil meringkuk. Bahkan tidak peduli beberapa orang melihatnya."Pen! Kenapa kau seperti itu? Ayo bangun!" Pen terkejut Mawar tiba-tiba datang bersama Joko, kini berada di hadapannya. Dia segera memeluk sang sahabat yang ikut menangis dan tahu penderitaannya."Aku sudah menyerahkan dia. Aku tidak bisa lagi bertemu dengannya. Tapi aku harus menyerahkan dia, Mawar. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Tapi aku harus. Itu adalah kewajibanku. Aku sudah berdosa dan ini adalah hukuman untukku," balas Pen masih menangis. Mawar segera menarik sang sahabat dan mengajaknya masuk ke dalam mobil Joko. Lelaki itu masih terdiam mengamati semuanya."Sekarang tenangkan dirimu. Joko saat itu dibantu semua pengacara yang sudah dikirimkan Anggara, lalu kembar, juga membantumu. Semua kekayaan mu kini sudah kembali. Amara juga masih saja menerima hukumannya. Kau akan hidup dengan lebih baik." Mawar masih saja berusaha menyenangkan Pen denga