Anggara menarik Joko untuk masuk ke dalam mobilnya, dan mengikuti mobil Mawar yang sudah melesat kencang. Hatinya benar-benar cemas. Penelope adalah sosok yang sangat keras. Dia memegang prinsip yang cukup kuat untuk pendiriannya. Bahkan dia sama sekali tidak mau mendengarkan siapapun jika sudah memutuskan sesuatu."Joko, perasaanku benar-benar tidak enak. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Penelope? Ah, aku akan semakin merasa bersalah. Apakah kau sudah yakin Juragan berada di sana? Kita tidak membawa pasukan. Pasti dia bersama preman itu.""Tenang saja Raden. Joko pasti akan membantu dan menyelesaikan ini semua," balas Joko sambil meringis. "Apa Raden lupa, saya adalah pemenang pencak silat tingkat kabupaten. Saat itu semuanya bisa mudah aku kalahkan. Raden tidak ingat ketika kita mengalahkan semua preman itu di tengah hutan? Joko tidak terkalahkan," imbuh sang pengawal dengan tersenyum. Anggara hanya bisa menggelengkan kepala.Mawar semakin menambah kecepatan mobilnya. Dia juga
Amara berusaha untuk meninggalkan ruangan Itu. Mawar dan Ana segera menghadang, kemudian mendorong wanita itu hingga akan tersungkur. Namun, dia berpegangan pada ujung pintu."Selama ini ibuku diam karena memang dia tidak berani mengatakan apa pun. Tentu saja sekarang kau akan tertangkap. Semua yang berada di rumah ini milik ibuku dan kekayaannya. Kau harus mengembalikan dan berada di penjara!" ucap Ana dengan tegas sambil menunjuk wanita itu yang semakin bergetar."Aku tidak akan pernah berada di penjara. Aku tidak bersalah. Semua itu tidak benar. Bukti itu tidak bisa membuat aku berada di sana!" Amara masih saja mengelak. Sementara juragan hanya terdiam saja mengamati mereka."Apa yang akan kau katakan? Sangat tidak tahu diri. Kau harus bertanggung jawab. Ya, kalian berdua!" teriak Penelope hingga beberapa mobil masuk ke halaman, membuat mereka semakin terkejut. Ternyata Anggara dan Joko datang bersama dengan kembar didampingi beberapa polisi."Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Pe
Penelope terus menatap suaminya. Anggara hanya terdiam kaku menatapnya. Ini adalah pertemuan terakhir dirinya dengan Anggara. Penelope sudah memutuskan. Dia tidak ingin berurusan lagi dengan keluarga itu. Apalagi Ana sudah memutuskan untuk bersama dengan ibunya. Apa yang akan dia cari selain itu? Kehidupannya pasti akan sangat bahagia jika terus bersama dengan Ana.Mereka berdua masih beradu pandangan. Benar-benar sangat sakit. Saat memandang kedua mata itu yang menunjukkan kesedihan mendalam. Hatinya sangat sakit. Penelope menarik napas panjang ketika mengingat masa itu. Pertemuan pertama kali dengan Anggara. Ketika itu dia hancur saat dibawa ke dalam hotel. Dia sangat pasrah tidak tahu harus berbuat apa. Tapi ternyata dia bertemu dengan pria yang bisa membuat hatinya bergetar dan jatuh cinta untuk pertama kalinya."Bukankah berbicara dan berpisah baik-baik adalah sesuatu yang sangat baik? Ya, kita hidup di dunia ini. Semuanya harus harus dilakukan dengan sangat baik. Aku harap kau
Hal mengejutkan terjadi. Tentu saja Romo tidak akan pernah tinggal diam dengan ini semua. Bahkan dia sudah mengancam anaknya sendiri untuk pertama kalinya seperti ini."Jadi Ayah mengancamku? Apa yang harus aku lakukan supaya Ayah tidak melakukan hal gila seperti itu? Karena aku sama sekali tidak akan pernah memisahkan seorang anak dengan ibunya. Tidak akan pernah!" balas Raden dengan suara yang cukup pelan. Namun, pandangannya sangat menekan. Dia pertama kalinya memperlihatkan hal seperti itu kepada Romo dan itu membuat lelaki tua itu yang sangat berkuasa lebih membenci Anggara. Nyai Utama sangat cemas melihat pertengkaran di hadapannya. Begitu juga dengan Gracia dan kembar."Dia adalah ayahmu. Kau harus hormat kepadanya. Jangan pernah bertindak bodoh. Kau tahu sendiri gimana kalau Romo marah. Jangan membela seseorang yang sama sekali tidak patut!" Nyai Utama menatap tajam sang anak yang tidak membalas tatapannya sama sekali. "Anggara dengarkan Ibu untuk kali ini saja. Lepaskan Ana
Tentu saja Mawar sangat terkejut. Kehadiran Kaisar sama sekali tidak diinginkan. Apalagi Ana sangat membencinya dan Mawar tahu itu. Tapi, jika dia mengusir Kaisar, pasti keadaan akan semakin buruk. Sebaiknya Ana bertemu dengan lelaki itu."Sebenarnya Aba tidak ingin bertemu denganmu. Kau itu sangat menyebalkan sekali. Dia pasti akan sangat marah denganku ... dan aku tidak menyukainya," balas Mawar sambil bersedekap. Dia menatap lelaki itu dari atas sampai bawah. Kaisar berdandan sangat rapi. Menggunakan kemeja berwarna putih bersih, kemudian celana jeans dan bersepatu pantofel yang terlihat sangat mahal."Hei, padahal kau baru saja pergi ke rumahmu. Dan sekarang kau kembali lagi? Hmm, apakah kau kalau mandi cepat sekali? Seharusnya kau menikmati air itu dan membersihkan tubuhmu dengan benar. Apakah rumahmu dekat sini? Ah, benar-benar aku bisa sangat gila jika membiarkanmu masuk," ucap Mawar yang sangat blepotan. Dia tidak tahu harus berbicara apa."Tante, dia adalah calon istriku dan
Kaisar semakin cemas. Mereka benar-benar akan menuju ke bandara. Dia tidak ingin berpisah dengan Ana. Lalu apa yang harus dia lakukan? Dia pikir dengan mengatakan ini semua, mereka akan tetap bersama. Karena dia sudah menjadi pahlawan. Tapi ternyata benar-benar. Dia tidak menyangka mobilnya sudah terparkir di bandara.Pen pun segera turun diikuti Ana dan Mawar, tanpa menyapa dan menghiraukannya."Tunggu!" Kaisar berlari mendekati mereka bertiga, kemudian merentangkan kedua tangan tepat hadapan mereka. Langkah mereka bertiga pun terhenti."Apakah kalian benar-benar ingin pergi ke Amerika? Katakan jika ini memang lelucon," tanya Kaisar. Dengan cepat dia menatap Ana dan menggelengkan kepala. "Ayolah calon istriku. Katakan padaku. Apakah kau memang akan pergi?"Pen mendekati Kaisar kemudian memegang kedua pundaknya dan mengamati kedua mata Lelaki itu dengan tajam. Lalu dia berkata, "Kita harus pergi, Kaisar. Aku tidak akan pernah melupakan jasamu. Aku mohon jika kau memang ingin anakku me
"Menikahimu? Haha!" Anggara tertawa sangat keras. Dia tidak percaya Gracia dengan sangat percaya diri mengatakan hal itu. "Apa kau tidak capek mengejar seseorang yang sama sekali tidak mencintaimu? Lihatlah, dirimu itu bahkan kau tidak mengerti apa artinya cinta.""Aku tidak mengerti apa artinya cinta? Haha," balas Gracia dengan tertawa. "Lalu apa kau tidak melihat? Aku sudah menunjukkan rasa setia yang sudah aku perlihatkan selama ini. Aku tidak pernah bersama lelaki manapun selain dirimu. Anggara, hanya kau yang aku inginkan bukan yang lain," balas Gracia pelan kemudian menunjuk Anggara dengan tatapan yang sangat tajam."Kau mencintaiku? Atau mengejarku karena obsesimu? Aku mengetahui dirimu, Gracia. Kau menginginkan apa pun itu. Dan jika gagal, kau akan terus mendapatkannya. Sudahlah, aku tidak mau membahas."Anggara ingin meninggalkan wanita itu. Gracia tidak terima. Selama ini dia memang telah menunggu. Walaupun dia bersama dengan beberapa pria yang juga sama tampan dan kaya. Tap
Masa lalu yang selalu saja membelenggu pikirannya, seharusnya Pen memang tidak akan pernah mengingat itu. Walaupun sebenarnya setiap malam selalu berkelebat di dalam kepalanya itu. Sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Bandung, cukup membuat mereka bertiga kelelahan. Namun, sekarang mereka kembali terperangah saat melihat gerbang hitam yang sekarang dipenuhi oleh tanaman rambat berada tepat di hadapan mereka."Aku masih ingat saat kau ulang tahun dan kita menuju ke rumahmu itu bermain dengan ayah dan ibumu." Mawar masih saja berdiri tegak di sana. Dia memang sangat dekat dengan Pen ketika masih kecil hingga saat ini.Mawar adalah anak dari sahabat Ibu Penelope. Namun, kedua orang tuanya meninggal terlebih dahulu karena sakit. Akhirnya Mawar selalu bersama dengan Pen. Tapi karena Amara menguasai rumah itu. Dia terpaksa pergi. Tapi untungnya Pen datang kembali bersamanya dan mereka selalu bertemu sampai saat ini."Bagaimana bisa aku melupakan kejadian itu? Walaupun aku sebenarnya ingin m