Chap 5 - Kembali ke Masa Kini
Zee sangat kesal, benar-benar kesal dengan kelakuan suaminya yang sangat merasa diri sangat berkecukupan bahkan untuk menghidupi 2 istri dan orang tua serta adiknya. Memang sekarang ini semua keuangan Melvin dipegang oleh Zee . Setiap bulannya Zee selalu membagi semua uang yang dihasilkan Melvin ke pos-pos yang wajib dibayarkan.
Gaji Melvin saat ini adalah 5 juta rupiah. Uang yang dihasilkan oleh Melvin digunakan untuk membayar kontrakan sebesar 1 juta rupiah per bulan, cicilan mobil sebesar 2 juta per bulan dan masih harus dicicil selama 3 tahun lagi, biaya hidup orang tua dan 2 adik Melvin 1.5 juta. Sisa dari gaji Melvin hanya 500 ribu per bulan saja.
Zee pernah melarang Melvin untuk membeli mobil karena dirasa akan sulit bagi mereka untuk menjalani hidup dengan tambahan beban yang tidak perlu, tapi Melvin bersikeras untuk membeli mobil. Ia mau terlihat keren di mata teman - temannya.
Pembelian mobil yang dilakukan oleh Melvin membuat Zee pusing. Bagaimana tidak, uang 2 juta bukanlah uang yang kecil terlebih kebutuhan mereka sudah melebihi gaji Melvin. Jika sebelumnya Zee berusaha menyisihkan uang sebanyak 500 ribu sampai 1 juta per bulan, tapi karena Melvin membeli mobil, semua tabungan yang berasal dari gaji Melvin ludes tak bersisa semuanya.
Sementara itu Zee membayar untuk biaya hidup sehari-hari seperti listrik, air, bensin, asuransi kesehatan, makan, kebutuhan di dalam rumah dan bantuan untuk membiayai kedua adik Melvin yang saat ini masih SMA dan kuliah, hampir 6 juta per bulan. Bahkan tidak jarang orang tua Melvin meminta uang tambahan untuk arisan dan jalan - jalan. Jika bukan penghasilan yang Zee dapatkan sebagai penterjemah, maka hidup mereka akan menjadi lebih sulit dari sebelumnya.
Flashback on
“Zee, kakak mau beli mobil ya. Kita masih ada tabungan untuk DP kan?” rayu Melvin.
“Mobil? Untuk apa kak? Bukankah selama ini tidak masalah dengan motor saja? Bahkan lebih irit.” Zee hanya bisa menghela nafas karena ia sudah pusing dengan keuangan mereka saat ini terlebih lagi Melvin ingin menambahkan beban keuangan mereka.
“Biar keren Zee … semua teman kakak membeli mobil. Masa kakak naik motor saja!” keluh Melvin, ia merasa kalah gengsi dibandingkan dengan teman-temannya.
“Tapi, Kak ...”
“Sudahlah Zee, kamu jangan melarang aku terus. Memang kamu senang ya kepanasan terus di motor? Kamu gak malu sama teman kita yang dulu? Sepertinya kita gak berkembang banget setelah menikah.” potong Melvin. Sebenarnya Melvin sudah tidak mau dibantah. Ia hanya mau dituruti saja segala keinginannya, karena selama ini ia merasa dengan gajinya, hidupnya sudah berkecukupan. Menambah satu mobil seharusnya tidak apa-apa.
“Aku sama sekali gak malu, Kak.”
“Kamu gak malu. Aku yang malu. Malu sama keluarga kamu. Aku tidak pernah sukses.” Melvin cemberut kesal karena tidak didukung oleh Zee.
“Keluargaku? Mereka bahkan tidak mengatakan apapun.” Zee menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin keluarganya mengatakan hal buruk tentang Melvin.
“Mereka memang tidak berbicara langsung, tapi pasti mereka berbicara di belakang kita.” tuduh Melvin.
“Kak, jangan menuduh seperti itu. Mereka sangat mendukung kita. Jangan berpikir jika mereka malu dengan kakak yang tidak sukses.” jelas Zee.
“Terserah kamu bagaimana. Aku mau tahu sekarang ada berapa uang di tabungan kita? Aku mau DP mobil!” Melvin mulai acuh dan tidak mau tau. Semua kemauan dia harus dilakukan.
“Ini, sisa 20 juta.” Zee menyerahkan buku tabungan Melvin.
“Wah lumayan juga. Ya sudah kita bisa DP mobil sekarang. Aku sudah ada mobil yang aku incar selama ini.” Melvin langsung mengambil buku tabungan itu dan pergi ke showroom mobil.
Ia mengambil mobil dengan cicilan sebesar 2 juta per bulan selama 5 tahun. Melvin tidak pernah mengecek gajinya selama ini dari perusahaan. Ia bahkan tidak mau tau tentang gajinya selama ini. Ia merasa gajinya sangat besar hingga dari sekian banyak kebutuhan, ia masih bisa berfoya-foya. Semua keuangan diserahkan pada Zee, ia hanya terima beres saja. Jika ia kekurangan uang, maka ia akan meminta langsung pada Zee .
Flashback off
Meskipun PT YMH Corp adalah perusahaan yang besar, tapi perusahaan ini menerapkan gaji sesuai tingkat dan prestasi kerja yang diberikan oleh karyawannya. Mungkin Melvin bukanlah seorang karyawan yang berprestasi sehingga gajinya sangatlah rendah untuk sebuah perusahaan besar. Memang Melvin memulai kerja dari bagian cabang di daerah terpencil sehingga gaji awalnya hanya 4.3 juta rupiah dan kenaikan upahnya sangatlah minim karena pendidikannya yang minim terlebih lagi prestasinya. Inilah sebabnya Melvin selalu mendapatkan penambahan gaji yang sangat kecil bahkan terkadang tidak mendapatkan penambahan gaji per tahun dibandingkan dengan teman - temannya yang sangat aktif.
Sementara penghasilan Zee sebagai penerjemah novel berbahasa inggris maupun mandarin sangat membantu kehidupan mereka sehari - hari bahkan melebihi dari Melvin yang sudah bekerja selama 5 tahun di PT YMH . Penghasilan Zee sekitar 20 juta per bulan bahkan bisa lebih, tergantung dari kerajinannya mengerjakan novel terjemahan. Setiap hari ia menerima kiriman novel dari penerbit untuk diterjemahkan dan ia setiap hari juga melakukan freelance penerjemahan karena ia adalah penerjemah tersumpah sehingga penghasilannya lebih tinggi daripada penerjemah lainnya untuk per lembar.
Sebenarnya Zee sudah bekerja di sebuah lembaga penerjemah tersumpah selama 5 tahun yaitu sejak lulus kuliah, tapi karena pekerjaannya sebagai freelance, sehingga tidak ada yang tahu bahwa Zee memiliki pekerjaan selain duduk manis di rumah. Melvin hanya mengetahui jika Zee di rumah saja dan suka membeli novel dalam bahasa inggris dan mandarin. Tidak ada kegiatan yang bermanfaat dan menghasilkan yang dilakukan oleh Zee . Bahkan ia merasa buku novel di rumah terlalu menumpuk dan ingin ia jual saja untuk tambahan keuangan. Melvin berpikir, Zee hanya membunuh waktu dengan membaca novel picisan saja, membuang uang untuk hal tidak berguna.
Pekerjaan sebagai penerjemah novel dan penerjemah tersumpah memang sengaja Zee rahasiakan dari Melvin karena ia tidak mau suaminya tau. Melvin biasanya tersinggung jika Zee memiliki uang selain dari gajinya. Melvin selalu melarang Zee untuk bekerja karena sebagai istri. Menurut Melvin hukumnya seorang istri adalah di rumah dan melayani suami. Tapi apa mau dikata, kebutuhan sehari-hari terlalu mendesak dan banyak sekali yang membutuhkan bantuan yaitu keluarga dari Melvin, mau tidak mau Zee harus ikut membantu dalam bekerja. Ia merelakan penghasilannya untuk membantu keluarga Melvin, tapi apa balasannya dari Melvin? Hanya penghinaan saja.
Kecewa? Pasti sangat kecewa. Zee merasa terlalu bodoh untuk cinta mati terhadap Melvin. Bodoh karena tidak pernah perhitungan dengan Melvin bahkan keluarganya. Ia pikir keluarga Melvin adalah keluarganya sendiri, maka tidak apa berbagi dengan keluarga Melvin. Semua diikhlaskan oleh Zee .
Berita Buruk “Hai, Nin. Apa kamu sedang sibuk?” sapa Zee di telepon kepada Ninda sahabatnya. “Tidak. Ada apa Zee?” tanya Zee penasaran. Suara Zee terdengar berbeda daripada biasanya. “Aku sedang dalam masalah …,” lirih Zee getir. Ia sedang menahan air matanya yang akan segera tumpah. “Masalah apa?” Ninda melembutkan suaranya untuk menenangkan Zee. “Nin, apa yang harus aku lakukan? Kak Melvin sudah menikah lagi," lirih Zee. “Hah … menikah lagi?” tanya Ninda terkejut. “Bukankah dia sangat mencintaimu? Apa yang menyebabkan dia menikah lagi?" cerocos Ninda. "Karena kami tak kunjung punya anak, Nin," ucap Zee menangis terisak.
"Zee …" panggil Nina, mertuanya tidak sabaran di depan pintu kontrakan Zee."Ya, Bu." Zee membuka pintu rumah."Apakah Melvin ada?" tanya Nina ketus."Tidak ada, Bu." Zee menggeleng. Ia tahu bahwa Melvin pasti ada di rumah madunya karena hari ini adalah jatah hari untuk Misya."Apakah kamu bisa memberikan Ibu uang sekarang? Ibu harus membeli sabun muka dan kosmetik. Semuanya sudah habis," pinta Nina tanpa tahu malu dan agak sedikit memandang rendah Zee. Menurut Nina, Zee adalah benalu di keluarganya. Ia sangat bangga dengan Melvin yang sudah berkecukupan sementara Zee hanya di rumah dan melakukan kegiatan tak berguna."Belum ada uang, Bu. Kak Melvin belum gajian. Lusa Kak Melvin baru gajian," terang Zee."Baiklah. Lusa Ibu akan meminta uang. Siapkan lima ratus ribu. Kosmetik Ibu mahal," ucap Nina ketus sebelum meninggalkan Zee sendiri berdiri di depan pintu."Bu …" panggil Zee untuk menghentikan langkah Nina."Ada apa?" Nina berbalik dan menatap Zee."A-ap
Melvin sedang menikmati hembusan angin yang berada di teras rumah kontrakan Misya. Ia begitu damai karena sekarang apa yang ia impikan telah menjadi kenyataan. Melvin sudah menjadi seorang calon ayah. Anak yang ia nantikan selama ini sudah bertumbuh subur di kandungan Misya. “Mas ...” panggil Misya manja kepada Melvin yang sedang bersantai merokok di teras rumah kontrakannya.“Ada apa, Sayang? Istri mas paling cantik di dunia …,” rayu Melvin saat melihat Misya yang begitu cantik dan muda sedang merajuk manja terhadapnya. Ia sangat gemas dengan tingkah laku manja Misya, tidak seperti Zee yang kaku dan datar.“Mas, aku sekarang kan sudah hamil,” ucap Misya memulai pembicaraan.“Terus ...” Melvin tersenyum, ia masih menunggu ucapan Misya selanjutnya.“Mas kan sudah janji padaku waktu kita menikah tiga bulan lalu,”“Janji?” Melvin sendiri hampir melupakan kata-katanya saat menikah dengan Misya.“Aku bisa memegang semua keuangan Mas saat aku sudah hamil?” Misya
“Zee … Zee ...” panggil Melvin di depan pintu. Ia bahkan lupa membawa kunci rumah karena tergesa-gesa untuk pulang ke rumah. “Zee … Zee ...” Melvin memanggil Zee kembali tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam rumah. Ia meraih ponselnya dan memilih nama Zee untuk di teleponnya. “Maaf, nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi,” jawab operator telepon kepada Melvin. "Hais … kamu dimana sih, Zee?" ucap Melvin kesal. Melvin akhirnya pergi ke rumah orang tuanya yang berbeda tiga rumah darinya. Ia akan menunggu Zee pulang dan mengambil ATM-nya dari tangan Zee. "Bu," panggil Melvin di depan pintu kontrakan orang tuanya. "Ya, tunggu sebentar." Nina keluar dari kamarnya dan mendengar suara Melvin di depan pintu rumah. Ceklek Pintu rumah dibuka. "Wah ternyata kamu sudah pulang," ujar Nina yang sangat senang melihat kedatangan Melvin. "Iya, Bu. I
Cinta hanya seutas tali yang mudah putusZee menemui kedua orang tuanya. Ia harus berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan terpenting di dalam hidupnya. Ia tidak mau mengambil keputusan di saat kepalanya masih sangat panas dan hatinya sedih.Ting tong!Zee memencet bel pintu rumah orang tuanya."Zee …” Virni terkejut karena melihat Zee berada di depan pintu rumahnya. “Aduh mama kangen sekali bertemu denganmu." Virni memeluk Zee erat. Ia sangat merindukan putri semata wayangnya yang jarang pulang ke rumah.“Mama, aku kangen mama … Huaaa …” Tangis Zee pecah saat ia merasakan dekapan erat dari mamanya.“Jangan menangis, Sayang. Ayo masuk ke dalam. Ada kakak dan Papa di dalam.” Virni mengajak Zee untuk masuk ke dalam rumah.“Hei, anak papa kenapa matanya sembab?” tanya Alex, papa Zee. Ia sangat heran mengapa mata anaknya sangat sembab dan penampilan Zee sangat berantakan, tidak seperti biasanya.“Aku … aku butuh konsultasi kepada kalian semua
“Jika kamu masih sangat mencintainya, cobalah berdamai dengan keadaan. Terimalah madumu, Zee,” ucap Alex memberi nasehat.“Tapi tidak semudah itu, Pa!” sahut Zidan tidak terima dengan nasehat papanya.“Jadi menurut kamu, Zee harusnya seperti apa?” tanya Alex heran kepada Zidan. Ia memang tahu dari dulu bahwa Zidan sangat tidak menyukai Melvin.“Cerai!” tegas Zidan.“Perceraian sangat dibenci Allah, Zidan,” ucap Virni mengingatkan.“Bagaimana jika kamu mencoba bertahan terlebih dahulu? Tapi jika kamu tidak sanggup, maka kami akan mendukungmu selalu,” ucap Alex lagi memberikan pilihan kepada Zee.“Aku tidak tahu apakah aku sanggup atau tidak, Pa. Mereka semua bahkan seperti sangat membenci diriku,” lirih Zee sedih. Ia sangat ingat bagaimana perlakuan keluarga Melvin selama ini kepadanya. Hanya Melvin dan Rio yang sangat baik kepadanya, tapi sekarang Melvin berubah menjadi orang yang berbeda semenjak menikah dengan Misya.“Uji coba dulu, Sayang.” Virni mengelus pun
Setelah berkonsultasi dengan keluarga, rencana Zee menjadi lebih matang. Ia tidak mau harga dirinya diinjak terus menerus oleh keluarga Melvin. Ia harus membuat mereka menyesal karena telah menyia-nyiakan dirinya. Ia akan berjuang untuk pernikahannya dan dirinya sendiri. "Aku tegar, aku kuat!" Zee mengingatkan dirinya sendiri di sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakannya."Aku wanita kuat, aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri," ucap Zee sambil komat kamit sendiri. Ia mendoktrin dirinya agar lebih baik dan tegar.Dengan tegar, Zee pulang kembali ke rumah kontrakannya. Ia akan menghadapi semua orang yang berada di sana dan ia akan melihat seberapa jauh ia dapat bertahan dengan kenyataan pahit yang ada di hadapannya.Ketika sedang berjalan pulang melewati gang dekat rumahnya, tiba-tiba …“Zee …,” panggil seorang pria yang sudah Zee kenal suaranya. Dia adalah Melvin, suaminya. Ia seperti orang tidak sabaran menunggu kedatangan Zee.Zee melirik ke arah suaminya
“Baiklah jika itu yang kamu mau. Aku juga tidak perlu repot untuk meminta kepadamu karena kamu sudah mengerti posisiku,” ucap Melvin pongah sambil melipat kedua tangannya di depan dada.“Baik, besok aku akan ke pengadilan agama dan memproses permohonan cerai,” tegas Zee. Ia sudah berubah pikiran. Rasa cintanya kepada Melvin menjadi rasa benci. Ia ingin bebas dari laki-laki yang menyakiti hatinya dan tidak melihat pengorbanannya selama ini.“Untuk harta gono gini ...” ujar Melvin pelan.“Tenang saja, tidak ada harta gono gini yang akan aku tuntut dari Kakak,” sahut Zee lantang.“Baguslah, kamu cukup tahu diri,” jawab Melvin lega.“Tentu saja aku tahu diri. Apa ada lagi yang Kakak butuhkan? Jika tidak, aku akan membereskan semua barang bawaanku dan pindah ke rumah orang tuaku sekarang,” ucap Zee kesal. Ia malas berlama-lama dengan mantan suaminya kini.“Aku harus mengawasi semua barang bawaanmu. Aku tidak mau kamu membawa barang yang ada di rumah,” ujar Melvin seakan
Setiap pagi wajah Theo datang dengan cerah. Wajahnya berbahagia. Kali ini ponsel di tangannya masih aktif. Kakinya menapaki lantai dari lift menuju ruangannya melewati receptionis. "Sayang, aku sudah sampai Kantor. Aku akan pulang jam 5 sore. Kita makan malam ya? Aku tak sabar menunggu malam lagi" Theo terkekeh. Semenjak bersama Zee, jiwa romantisnya seakan tidak ada habisnya saja. Setiap hari, Theo selalu ingin cepat pulang dan bertemu dengan Zee.Theo mendengar jawaban lawan bicara di ponselnya, ia yakni Zee sedang mengecup mesra di ponselnya walau hanya kecupan di udara sambil mengatakan "Zee, aku sangat mencintaimu." Zee juga bahagia, "Terima kasih Kak Theo untuk semua hal yang indah sejak kamu menjadi suamiku. Aku juga mencintaimu.""Bye, Sayangku. I love you."Theo tak menyadari Vivi berada di belakangnya juga keluar dari lift. Hati Vivi tersayat. Vivi tahu bahwa Theo akan selalu menelepon istrinya dengan ucapan yang sangat manja dan penuh cinta sementara dulu Theo bukanlah o
Vivi merenung masih memikirkan Theo. Mamanya Melani masuk ke kamarnya. "Waktunya bagimu meninggalkan perusahaan Theo. Dia tidak mencintaimu. Kita punya perusahaan, Sayang. Kau harus belajar memimpin perusahaan ayahmu."Vivi menggeleng. "Aku lebih suka masak, Ma. Aku tidak berminat pada usaha Papa.""Hfff..." Melani menarik nafas berat. Vivi anaknya memang keras kepala. "Maksudmu? tetap menjadi sekretaris Theo, seorang bawahan. Diperintah sana dan sini?" Melani kecewa pada putrinya. "Mama mendampingi Papamu agar perusahaan kita maju. Kami berharap Kamu juga berjuang bersama kami agar kita tetap sejahtera.""Mama masih mengerti dengan bisnis Choco chipmu yang kini punya banyak cabang di mall-mall. Iseng-iseng untuk belajar memulai bisnis besar. Mama masih mengerti kamu melamar pekerjaan sekretaris padahal lulisan Hardvard. Untuk mengejar Theo orang yang sudah lama kamu sukai."Vivi acuh mendenagar omelan Mamanya. Melani menarik nafasnya kesal. "Tetapi tolong sudahi main-mainnya kamu
Virny dan Alex menyambut haru kedatangan Zee. Virny menangis memeluk putrinya. Jangan pergi lagi sayang, Mama rindu" "Zee juga rindu, Ma. Zee baik-baik saja, Ma. Jangan menangis." Zee memang merindukan Mamanya. Alex juga memeluk putrinya. Zidan menaruh semua tas di kamar Zee. Semua berbahagia untuk kedatangan Zee.Zee melihat pada Theo. Virny tersenyum pada Theo, "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat persembunyian Zee, Theo?""Selama ini selalu bilang baik-baik saja. Tidak mau memberi alamatnya dengan alasan ingin menenangkan diri?" Virny penasaran."Setahun lebih mencari Zee, Tante. Terombang ambing tak menentu, Theo tidak ingin lagi kehilangan dia."Semua tersenyum, memandang dua sejoli ini. "Sebenarnya Zee hanya memintamu menyelesaikan masalahmu dengan Vivian. Itu langkah yang tepat, lihatlah kasusmu usai kita bisa berkumpul lagi." ujar Alex mengerti jalan pikiran Zee."Om, Tante perkenankan Theo tidak membuang waktu terlalu lama. Theo meminta restu kalian berdua. Theo ingin mel
Siang ini sepertinya semua bunga dibumi ini tumbuh hanya untuk Theo, dipetik dan dicurahkan begitu saja untuk hatinya. Kehadiran Zee siang ini memasak makananya tak diperkenankan olehnya. "Aku akan memasak untuk Kak Theo" ujar Zee bersiap ke dapur. Dipikirannya di kulkas ada banyak bahan untuk dimasak."Jangan Zee kita pesan makanan on line saja, aku tak mau kamu meninggalkanku bahkan hanya ke dapur. Aku takut Zee"Zee tertawa tak percaya, Theo seperti anak kecil yang takut ibunya pergi, Theo tak perduli. Ia tetap mengenggam tangan Zee. Bahkan Zee kesulitan untuk menggapai ponselnya. Zee membalas genggaman Theo. Memandang Theo. "Kak aku berjanji padamu, bersedia menjadi istrimu. Besok kita kerumah orang tuaku. Maafkan aku pernah meninggalkanmu. Tolong percayai aku." kedua netra mereka beradu. Theo melihat kesungguhan dan tatapan kerinduan pada netra Zee yang indah itu. Theo tersenyum. "Maafkan aku, Zee. Kamu benar, aku percaya padamu, Zee. Kita pesan on line dan makan berdua ya, Z
Theo hari ini merekah. Hatinya bak dilingkari pelangi. Ia tak dapat menangisi Zee lagi, Robin telah menemukan keberadaan Zee."Bos, Aku berhasil menemukan Zee." Robin sumringah menyampaikan laporannya. "HAH? Jangan bohongi aku. Aku butuh buktinya." tantang Theo tak percaya."Buka file yang kukirim. Ini Zee yang Bos maksud kan?"Theo membuka email, dan melihat file pdf yang terkirim dengan hati berdebar . Tampaklah gambar seorang wanita. 'Zee?' wajahnya cantik natural seperti biasanya tanpa make up berlebih, berbulu mata lentik, putih, rambutnya kini panjang kecoklatan. Zee mengecat rambutnya. Zee semakin cantik. Theo tak sanggup berkata, menyentuh gambar itu dengan hati berdebar. 'Zee.... Kamu cantik, sayang. Aku suka menatapmu dan mengetahui kamu baik-baik saja.' Batinnya bergemuruh."Katakan dimana foto ini diambil, Robin?" Suara Theo bergetar menahan sesuatu yang hangat yang seakan ingin tumpah dari matanya. Theo tak dapat mengendalikan perasaannya."Ada apa Bos? Dia Zee, atau Ze
"Melvin bangu...un, buka matamu. Bangun nak!! Lihat Mama!" Teriak Nina mengguncang bahu anaknya. Dokter Adrian menggeleng lemah. "Ikhlaskan Nyonya," kata Dokter itu iba melihat histetis Nina. Robert mencoba meraih tangan istrinya.Nina menggeleng. "Pa, dokter ini bohong. Kita jangan mau percaya." Tangan Nina melepas tangan Robert yang berusaha menggengamnya. Wajah Melvin ditutup kain putih oleh Suster."Tidaaaak .... Hiks. Anakku, tidak. Apa yang kalian lakukan? Kamu pikr dia mati? Dia memang bersalah, tapi dia anakku, dia berhak mendapat maaf dari siapapun percayalah dia anak baik, Suster!" tegas Nina. Vina memeluk anaknya. Metadang dan mengamuk pada siapa saja. "Ma... Tenanglah Ma, jangan seperti ini." Rio menenangkan Nina. Wajahnya juga sendu.Vina membiarkan Suster itu melaksanakan tugasnya. Menutup wajah Pasien "Vina, apa ini maksudnya?" tanya Nina pada anak perempuannya. Vina menangis. Terisak menjawab, "Kak Melvin tiada, Ma." Rio mengangguk meyakinkan Mamanya lagi. "Hu ...
Sudah 3 kali sidang dilakukan untuk pembacaan tuntutan dan pengumpulan bukti. Lelah terus-menerus hadir dan ingin segera mendengar putusan hakim. Itulah yang dirasakan semua tersangka, yakni Melvin, Vivian, Devan, Entis pada kasus Video porno ini. Vivian sudah dua kali ijin sakit untuk sekedar menghirup udara diluar penjara. Om Bram pengacaranya, sudah tak bisa membantunya lagi karena itu sudah batas maksimal ijin sakit. Vivian nanti dianggap belum dipenjara sudah sering melarikan diri dengan banyak alasan. Vivian mendengus kesal, ia tak suka Sel, tak suka jeruji hitam, lantai penjara bahkan semua hal tentang penjara. Sebanyak apapun ia membayar sipir agar bisa memabawa ponsel, laptop, dan semua kemudahan-kemudahan lain, penjara tetaplah penjara. Tak akan jadi istana. Vivian kini menyesali nasibnya. Berungkali Mama dan Papa menengoknya dan semua makin berat buat Vivian. Vivian ingin bebas. Air matanya menetes tak henti. Rasanya hidupnya pengap tetap disini. Ketika Bu Ivony, salah
Penangkapan Melvin di sebuah desa terpencil menjadi trending topic informasi di dunia maya, dan televisi. Kepolisian seakan menunjukkan bahwa mereka masih punya kinerja terbaik. Para warganet dan rakyat penyimak berita cukup puas dengan hasil kinerja kepolisian mereka menyanjung kepolisian yang sanggup mengungkap kasus ini dengan cepat.Bram Sirait selaku orang yang sudah menyinggung Bripka Anggara dalam suatu kesempatan bahwa kepolisian tidak akan bisa maksimal mencecar Vivian karena mereka juga punya kesalahan tidak bisa menangkap pelaku utama sampai saat ini kini hanya bisa diam menunduk kesal dan menyusun rencana terbaik untuk seluruh anggota timnya agar Vivian tidak mendapat hukuman penjara maksimal. "Om Bram, Vian sudah lelah dipenjara kok sekarang malah Melvin tertangkap aku takut Om, hiks.""Ah, Vian, jangan nangis gitu. Nanti Papamu akan marah sama Om. Om bisa usahakan supaya kamu dirawat di rumah sakit, dengan alasan sakit nanti kita atur itu, lumayan bisa seminggu sampe 10
Sementara guru mengaji Celine dan Vivian disisi Celine yang terisak. Celine berusaha memegangi tangan anaknya, padahal disisi kanan kiri anaknya ada dua polisi. Tiba-tiba Mereka terhenti sejenak dan terperangah... Didepan pintu rumah mereka ratusan wartawan menutup jalan hingga polisi harus berhenti.Flash... Flash.. Flash... Suara kamera dan cahaya silaunya keluar tak terhenti menyorot Vivian. "Vivian... Vivian sejak kapan anda berhijab?""Vivian... Vivian... Vivian...""Vivian, apa komentar anda?"Semua wartawan berebut, mengambil gambar Vivian. Mengabadikan tangan Vivian yang di borgol, hijab Vivian yang menggetarkan dan paduan busana dan wajah Vivian yang memang cantik. Vivian menutup wajahnya. Bram Sirait langsung membuat pagar untuk Vivian agar tak ada tangan iseng yang menarik, memaksa memotret dan sebagainya untuk Vivian."No Comment, tak ada komentar." ucap Bram Sirait menghalau mike dan pertanyaan-pertanyaan. Dua Bodyguard di sisi Vivian, Vivian diam menunduk justru pengaca