"Bu, Ibu!""Ibu!"Teriakan Salsa terdengar oleh bu Sita yang sedang mengurut kakinya yang terasa pegal menggunakan minyak urut. Lama tak melakukan tugas rumah membuat sekujur tubuhnya serasa lelah, semua tulang terasa mau patah di tampah pekerjaan yang begitu banyak semakin menguras pikirannya.Satu kali panggilan tidak dia pedulikan dan kini panggilan itu semakin kencang semkin mendekat.Bu Sita segera pasang wajah memelas agar Salsa kasihan padanya, dia sengaja bersandiwara seolah kakinya sakit. Dengan begitu Salsa tidak akan memerintahnya lagi."Ada apa Sa? Kamu lihat kaki Mamah sakit sekali. Sepertinya Mamah kecapean Nak.""Nggak usah manja deh! Aku mau pergi. Ibu jaga rumah, kalau ada teman aku datang bilang aja aku nggak ada.""Kamu mau pergi kemana Sa? Jangan lama-lama. Sebelum Fahri pulang kamu harus sudah di rumah.""Iya bawel banget sih, ah!"Tanpa memperdulikan kesehatannya Salsa pergi begitu saja, bu Sita berusaha berdiri tetap sepertinya kakinya benar-benar kesakitan akib
"Hai, kalian apa kabar.""Ya elah kamu yang apa kabar Sa! Mentang-mentang sekarang sudah jadi Nyonya Erlangga lupa deh sama kita-kita betul nggak gaes.""Betul!" sahut beberapa teman Salsa yang biasa kumpul bersamanya, mereka suka menghabiskan waktu hanya untuk sekedar senang-senang. Nongkrong di kafe atau sekedar bercanda.Dua perempuan dan dua dua laki-laki terlihat berpasangan dengan posisi tangan laki-laki merangkul ke pundak perempuan.Satu perempuan yang lain Menyalakan korek api untuk menyalakan rokok laki-laki satunya. Mereka terlihat sangat romantis di statusnya yang belum resmi jadi suami istri."Ya ampun, mana ada lupa! Aku cuma lagi males aja dari kemaren. Apa bedanya dulu dengan sekarang? Aku cuma mau Fahri mengurus semua perusahaanku saja! Lumayan kan ada yang mengurus tanpa harus menggaji dia."Semua temannya tertawa lepas mendengar ucapan Salsa. Ternyata itu alasan kenapa dia ngotot untuk menikah dengan Fahri padahal dengan laki-laki yang masih lajang disana pun masih
"Ini Nak makanan kecilnya.""Ya udah sini! Udah ibu masuk lagi sana!"Tangan bu Sita gemetar setelah melihat ada banyak teman Salsa di dalam laki-laki dan perempuan yang memakai pakaian seksi. Sekarang bu Sita tau kalau menantunya ini suka dengan hal-hal yang berbau kemaksiatan."Tunggu tunggu! Siapa mereka?""Astaga ibu! Mereka itu ya teman-teman aku! Masa iya orang lain mau aku ajak kesini.""Tapi Nak, kalau Fahri tau gimana?""Kenapa? Mau ngadu?"Perlahan Salsa mendekatkan wajahnya ke wajah bu Sita sampai dia memundurkan wajahnya karena nyaris bersentuhan dengan wajah Salsa. Dia membisikkan sesuatu walau terdengar lembut tapi membuat bu Sita terkejut."Ngadu aja kalau berani! Aku bisa membawa ibu keluar dari sini! Bahkan aku bisa mengirim ibu ke panti jompo di luar sana."Degh!Wajah bu Sita memucat seketika mendengar ancaman Salsa, keberaniannya serasa hilang begitu saja. Sikapnya berlawanan dengan saat pada Nadhira dulu. Sebelum membuat Salsa semakin kesal maka sebaiknya memang
Anita dan Seno menoleh kesana kemari mencari Nadhira yang belum datang juga, mereka juga mengundang Fahri dan ingin tau bagaimana reaksi jika dia bertemu mantannya.Lebih dulu Fahri dan Salsa yang terlihat sudah datang. Tak banyak basa basi dari mereka. Fahri hanya mengucapkan selamat karena sedikit banyaknya dia malu pada Seno mengingat sewaktu di persidangan kemaren."Selamat ya Sen! Akhirnya kamu mendapatkan wanita pilihan kamu.""Terima kasih Fah! Oiya kalian apa kabar? Gimana apa Salsa sudah mengandung?"Dari awal Salsa memang tak ingin ikut ke acara ini tetapi Fahri sedikit memaksa, sampai disini pun wajah dia terlihat tak suka tetapi Anita dan Seno sangat tau bagaimana dia."Owh, belum! Kami masih diberi waktu untuk bulan madu! Betulkan sayang."Sama sekali tak mengangguk sedikit pun, Salsa hanya tersenyum miring sambil melengos kesamping.Tak berapa lama kemudian mata mereka tertuju pada seorang pria mengenakan setelan jas turun dari mobil ferrari berwarna merah.Suatu kebahag
"Sa! Kamu apa-apaan sih! Jangan buat malu disini!""Fahri lepasin! Perempuan ini masih saja menggoda kamu! Padahal dia tau kalau sekarang itu kamu milikku Fah!""Menggoda yang bagaimana Sa! Aku nggak ada urusan lagi sama kalian!" nadhira nggak merasa menyebut, atau pun memanggil nama mereka tapi Salsa begitu kesalnya pada Nadhira.''Kamu masih saja centil dihadapan Fahri!""Astaghfirullah hal adzim!""Sa, sini kamu!"Fahri segera menarik tangan Salsa sebelum dia melakukan kesalahan yang lebih besar lagi."Apaan sih Fah, lepasin!"''Nggak! Sini kamu!"Wanita arogan terus meronta pada saat Fahri membawanya menjauh dari Nadhira. Dia terus berusaha menerkam wanita muslimah itu entah apa yang membuat dia cemburu.Mungkin karena gelak tawa Nadhira dengan Anita yang membuat Salsa menjadi panas seolah dia merasa kalau mereka sedang menertawakannya, padahal nggak! Apa yang mereka bicarakan sebenarnya bukan hal yang penting cuma untuk mengisi kekosongan sembari menunggu Siska datang.Melihat ke
"Sebal! Kenapa lagi-lagi Nadhira harus muncul dikehidupan kita sih Fahri! Harusnya kamu tadi belain aku! Bukan malah belain dia!""Aku nggak belain siapa-siapa! Lagian kamu yang tiba-tiba saja marah sama dia!"Bu Sita memandang aneh pada anak dan menantunya yang pulang dengan marah-marah padahal sebelum berangkat mereka teklihat baik-baik saja.Sekilas dia mendengar nama Nadhira bu Sita tersadar kalau tidak ada menantu sebaik dia. Akan tetapi itu sudah cerita lama. Sekarang dia harus dihadapkan dengan menantu yang arogan seperti Salsa ini.Tanpa perduli ada mertua dihadapannya, Salsa melewati begitu tanpa menyapanya sama sekali. Bahkan dia sepeti tak melihat kalau bu Sita sedang memandangnya aneh."Salsa kenapa Fahri?" Rasanya Fahri malas untuk membalas soal tadi. Jelas disini istrinyalah yang bersalah, maka dia hanya mengangkat bahu lalu masuk. Duduk di ruang tengah di depan televisi, bu Sita yang masih pebasaran atas diri Nadhira pun kembali menghampiri Fahri."Sebenarnya ada apa s
"Dek maaf, mobil kakak mogok ditengah jalan. Kayaknya kakak nggak bisa jemput kamu sekarang."Degh!Dimana hari semakin malam, tidak ada yang bisa di harapkan untuk mengantarnya pulang. Ada juga Seno tetapi mana mungkin Nadhira meminta dia yang baru saja selesai bertunangan untuk mengantarnya pulang itu serasa mustahil bagi Nadhira karena menghargai perasaan teman baiknya.Nadhira hanya termenung sambil memikirkan cara bagaimana dia pulang. Melihat temannya yang terdiam setelah mengangkat telepon membuat Anita bertanya-tanya ada apa dengan Nadhira."Kamu kenapa Nad? Seperti ada yang sedang kamu pikirkan?""Ah, nggak! Nggak ada apa-apa," ujar Nadhira sambil berfikir untuk mencari taksi online walau sedikit pesimis untuk mendapatkannya.Lagi-lagi dia diharuskan dengan bingung untuk pulang seperti yang pernah dia alami dulu sewaktu Nathan menolongnya, dan kini Dokter itu sudah pulang lebih dulu lalu siapa yang akan menolongnya."Kalau begitu aku pamit dulu ya Nit. Sampai ketemu besok di
"Tunggu!""Masuk."Tanpa ada kata yang terucap Nadhira menurut untuk masuk. Disisi lain dia memang sangat butuh tumpangan, disisi lain juga Nadhira takut sesuatu terjadi kembali kepadanya.Saat ini dia masih selamat, tapi tak tau apa jadinya nanti kalau Nathan tidak segera datang. Dia memang banyak berhutang budi pada pemilik Medical Center itu.Melihat Nadhira yang masih terlihat syok, Nathan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, padahal saat itu dia masih ada urusan yang lain, tapi urusan itu sengaja dia kesampingkan hanya untuk memastikan kalau Nadhira selamat sampai tujuan."Em, ke-kenapa Dokter masih ada di sini? Bukankah Dokter sudah sudah pulang dari tadi?"Nadhira berusaha memecahkan keheningan malam yang sunyi senyap tanpa suara. "Aku dari pom bensin sana, dan kebetulan lihat wanita yang sedang di ganggu oleh 2 preman, saya tak tau kalau itu anda."Sifatnya memang sangat tulus membantu siapa saja yang membutuhkan, bahakan awalnya Nathan tak tau kalau wanita itu adala
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad