"Ya Allah Nadhira, akhirnya kamu pulang juga Nak, Ibu sangat menghawatirkanmu!" tutur bu Nina selaku ibu kandung dari Nadhira. Dia yang sedari tadi mondar mandir tak karuan menunggu kepulangan putrinya kini bisa bernafas lega.Tetapi ada satu yang membuat dia kurang suka, kenapa Nadhira harus pulang dengan laki-laki lain, walau bu Nina belum tau siapa laki-laki ini tapi dia hanya takut dengan omongan tetangga mengingat putrinya sedang ada masalah rumah tangga."Maaf Ibu, taksi yang dhira tumpangi macet! Dhira nunggu cukup lama, dan untungnya ada Dokter Nathan yang mengantar saya bu. Oiya, Ibu perkenalkan dia Dokter Nathan, pemilik Medical Center."Dokter Nathan hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. Dia memang tak seramah orang-orang pada umumnya, sifatnya yang dingin membuat dia malas untuk bicara."Kalau gitu saya pamit dulu, Ibu, Dokter Dhira. Permisi.""Dokter Nathan, terima kasih Dokter sudah mengantar putri saya pulang dengan selamat."Bu Nina mengantar Dokter Nathan sampai di
Fahri terperangah melihat foto yang Salsa banting di atas meja kerjanya, mata Fahri membelalak sempurna meyakinkan kalau yang dia lihat bukanlah Nadhira. Dia terus saja meyakinkan diri tetapi bukti itu menunjukan kalau itu memang Nadhira dan Dokter Nathan."Sialan! Ternyata kamu memang benar-benar selingkuh di belakang aku Nadhira!"Dengan dada bergemuruh Fahri bergegas meninggalkan Salsa yang justru tersenyum melihat Fahri yang mulai emosi. Bukan hanya Salsa, tapi juga Fahri tidak perduli dengan pekerjaan yang tengah dia kerjakan.Secepat mungkin dia kembali lagi ke Rumah sakit, padahal dia sendiri tau kalau Rumah sakit bukan tempat untuk berdebat."Ternyata dirimu tak jauh beda dengan wanita-wanita di luaran sana Nad! Awas saja jika kamu masih bisa mengelak. Akan ku tunjukan foto ini padamu."Mobil Fahri melaju dengan kecepatan di atas rata- rata sampai daun kering di jalanan terbang terbawa hembusan angin dari laju mobilnya.Dia terus bergumam sendiri, menyalahkan Nadhira percaya d
"Nad, tolong dengarkan aku dulu, Istighfar! Kamu jangan asal bicara!"Fahri terus saja mengejar Nadhira walau beberapa kali genggaman tangannya dia tepis dengan kasar tetapi dia tak menyerah semata-mata untuk mempertahankan bahtera rumah tangganya, tetapi sepertinya keputusan Nadhira sudah bulat. Walau bagaimana Fahri memohon dia tetap kekeh dengan keputusannya untuk bercerai."Sudah Mas, aku sudah tidak sanggup dengan sikap kamu! Kamu seolah menyalahkan aku. Egois kamu Mas! Kamu sendiri yang berbuat salah, tapi kamu lempar kesalahan itu padaku!"Tak kuat menahan air mata yang kini jatuh membanjiri pipi mulusnya, hatinya begitu hancur lebur bagai serpihan kaca yang menancap dan membuat luka.Hari itu Nadhira malas untuk bekerja, dia lebih banyak terdiam dan melamun meresapi apa keputusan yang dia ambil itu benar, tapi Nadhira tidak mau menyesalinya.Sampai dua temannya itu ikut merasakan perih yang dia rasakan. Bahkan Anita dan Siska tak berani banyak mengajaknya bicara.Mereka hanya
"Dokter Nadhira tunggu!"Nathan berjalan lumayan cepat untuk mengejar Nadhira yang sudah masuk lebih dulu. Ada sesuatu yang mau dia berikan pada Dokter cantik itu. Sesuatu baru saja Nathan temukan di dalam mobil setelah kemaren mengantar Nadhira pulang.Suasana masih lumayan sepi, hanya terlihat beberapa Cleaning service yang sedang membersihkan lantai dan mengerjakan tugas lainnya. Jam besuk pasien pun belum dibuka maka tidak terlalu banyak orang berlalu lalang di sekitar tempat itu.Situasi sangat lenggang tanpa ada kebisingan sedikit pun."Iya Dokter Nathan, ada apa?""Ini dompet kamu ketinggalan di mobilku," ujar Nathan sambil menyerahkan dompet panjang berwarna coklat muda.Nadhira sama sekali tak menyadari kalau dompetnya terjatuh karena dia memang tidak terlalu memperhatikan benda-benda di dalam tas seperti dompet yang satu itu."Ya Allah! Aku nggak tau kalau dompet ini jatuh. Terima kasih Dokter!"Nathan hanya mengeluarkan sedikit senyuman seolah mengiyakan. Baru saja dia me
"Loh kok kamu pulang lagi Nak, apa ada yang ketinggalan"Bu Nina tak menaruh curiga sedikit pun pada Nadhira kenapa di jam yang masih pagi dia kembali pulang. Dia mengira sesuatu tertinggal yang mengharuskan putrinya kembali untuk mengambilnya.Nadhira tak bisa menjawab, dia hanya diam dengan hidung yang mulai memerah serta mata yang berkaca-kaca.Sakit rasanya, bahkan untuk bercerita dengan ibunya pun rasanya sangat sulit kalau hanya akan membawa beban pikiran untuk wanita yang sudah tidak muda lagi.Akan tetapi melihat reaksi dari anaknya, bu Nina tentu tau sesuatu telah terjadi kepadanya. Nalurinya seorang ibu membuat dia tau apa yang sedang putrinya rasakan saat ini."Kamu kenapa? Kenapa kamu menangis? Ceritakan semuanya sama Ibu. Apa Fahri kembali membuat ulah denganmu, Nadhira?"Nadhira segera berlari memeluk tubuh tua itu sambil menangis sepuas mungkin, meluapkan semua kekesalannya di pundak sang bunda tanpa perduli air mata yang menetes kini mulai membasahi sebagian baju yang
"Ratna.""Assalamualaikum bu, kak."Gadis yang kini terlihat cantik dengan hijabnya menyalami tangan bu Nina dan Nadhira bergantian.Nadhir memang sempat memberitahu pada adik iparnya ini kalau sekarang dia tinggal di rumah orang tuanya itu sebabnya Ratna bisa sampai di sini sekarang."Waalaikumsalam," jawab bu Nina dan Nadhira serentak.Bu Nina lebih memilih untuk masuk dan memberikan waktu mereka untuk bicara karena dia tau kalau Ratna anak yang baik."Ada apa kamu kesini Rat? Kamu disuruh sama kakak kamu, Mas Fahri?""Nggak kak! Aku kesini atas kemauan aku sendiri. Kenapa kakak nggak mau berjuang untuk cinta kalian! Kenapa kakak memberi perempuan itu kesempatan untuk mendapatkan kak Fahri?""Rat, untuk apa diteruskan! Diantara kakak dan Mas Fahri sudah tidak ada kecocokan, jika kita kembali bersama pun tetapi akan terlihat retak, tidak bisa utuh seperti dulu lagi.""Tapi kak, aku nggak mau punya kakak ipar seperti dia! Aku cuma mau kak Dhira! Mas Fahri pasti emosi melakukan itu, se
"Dimana Dokter Nadhira? Kenapa jam segini dia belum datang juga?"Anita dan Siska hanya bisa diam saat Dokter Nathan masuk ke dalam ruang kerja Nadhira tetapi hanya ada dua perawat di sana.Padahal biasanya mereka selalu berlomba-lomba mendekati Dokter tampan itu, tetapi rasa prihatin terhadap Nadhira membuat mereka tak bersemangat untuk bersikap centil di depan Nathan."Maaf Dok! Dokter Nadhira hari ini ambil libur, karena banyak urusan yang harus dia selesaikan."Seharusnya tidak boleh seperti itu. Dia tidak bisa lepas dari tanggung jawabnya, karena banyak pasien yang menunggu untuk di periksa. Katakan padanya, kalau ambil libur suruh dia menghadap aku dulu! Jangan seperti ini!"Dokter Nathan mengatakan itu tetapi pikirannya justru mengarah pada Nadhira sambil bertanya-tanya dalam hati."Baik Dok, saya akan sampaikan pesan ini pada Dokter Nadhira," ujar Anita sambil menunduk tanpa berani memandang wajah Dokter Nathan.Hanya pesan itu yang dia sampaikan sebelum pergi meninggalkan ked
Semua bersiap saat Pak hakim dengan beberapa anggota sudang mulai memasuki ruangan dan bersiap untuk memulai persidangan.Dag dig dug sudah pasti perasaan mereka berdua disatukan dalam sebuah ruangan dimana janji suci dalam sebuah pernikahan kini akan di bubarkan dalam sebuah perceraian."Baik, sidang kita mulai sekarang! Silahkan Nyonya Nadhira Nathalia Rajarja dan Tuan Alfahri Erlangga Putra untuk menempati kursi sidang." Nadhira dan Fahri menurut apa yang Hakim ketua katakan. Mereka duduk sejajar dalam kursi yang berbeda, sementara yang lain hanya menyimak harap-harap cemas dengan keputusan sidang ini."Baiklah, sidang kami buka siang ini."Satu ketukan palu bertanda sidang telah di mulai. Pak Hakim memberi waktu Nadhira dan Fahri untuk bicara apa alasan mereka berniat untuk cerai.Mereka mengangguk ketika mendengarkan pembelaan masing-masing dari kandidat."Baik, saya sudah dengar alasan dari Nyonya Nadhira dan Tuan Alfahri. Saya sarankan untuk kalian melakukan Mediasi terlebih d
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad