Semua bersiap saat Pak hakim dengan beberapa anggota sudang mulai memasuki ruangan dan bersiap untuk memulai persidangan.Dag dig dug sudah pasti perasaan mereka berdua disatukan dalam sebuah ruangan dimana janji suci dalam sebuah pernikahan kini akan di bubarkan dalam sebuah perceraian."Baik, sidang kita mulai sekarang! Silahkan Nyonya Nadhira Nathalia Rajarja dan Tuan Alfahri Erlangga Putra untuk menempati kursi sidang." Nadhira dan Fahri menurut apa yang Hakim ketua katakan. Mereka duduk sejajar dalam kursi yang berbeda, sementara yang lain hanya menyimak harap-harap cemas dengan keputusan sidang ini."Baiklah, sidang kami buka siang ini."Satu ketukan palu bertanda sidang telah di mulai. Pak Hakim memberi waktu Nadhira dan Fahri untuk bicara apa alasan mereka berniat untuk cerai.Mereka mengangguk ketika mendengarkan pembelaan masing-masing dari kandidat."Baik, saya sudah dengar alasan dari Nyonya Nadhira dan Tuan Alfahri. Saya sarankan untuk kalian melakukan Mediasi terlebih d
"Terima kasih Pak Hakim ketua. Yang pertama saya mau bilang kalau foto yang suami saya Alfahri Erlangga Putra itu tidaklah benar! Karena saya dan Dokter Nathan tidak ada hubungan apa-apa! Kami murni bekerja sebagai bawahan dan pemilik Rumah sakit, tidak lebih dari itu."Habis sudah kesabaran Nadhira menyikapi Fahri yang mulai semena-mena. Dengan lantangnya dia bicara didepan Pak Hakim dalam pembelaan.Untuk bukti dia sedikit bingung. Maka Nadhira menoleh ke belakang pada Anita yang mengangguk memberi dukungan."Go Nadhira!" lirih suara Anita membuat Nadhira bersemangat kembali."Untuk saksi saya punya seorang yang rela menjadi saksi tanpa harus saya bayar. Saya izin untuk mendatangkan saksi itu Pak Hakim!"Pak Hakim mengizinkan Nadhira untuk memanggil saksi itu. Sementara rasa khawatir pada diri Fahri kian terlihat. Kini dia mulai pesimis dengan kemenangannya dalam sidang.Mata Salsa dan Fahri membelalak sempurna dengan mulut membentuk angka 0 saat melihat Seno mulai memasuki ruang si
"Bagaimana ini Fahri dari mana kamu akan mendapatkan uang itu untuk Nadhira?"Semula Salsa hanya diam memberi Fahri waktu untuk berfikir. Dia memang punya sedikit uang dari tabungan yang selama ini Nadhira kumpulkan dari hasil jerih payahnya tapi jumlahnya tidak sebanyak yang Hakin ketua tentukan."Ya sudah, pakai uangku saja! Yang terpenting sekarang Fahri bisa lepas dari perempuan itu supaya tidak ada kendala dalam pernikahan kita Fah!"Salsa membuka tasnya dan mengambil sebuah cek kosong kemudian menulis sejumlah uang 100jt di cek itu yang tinggal ditanda tangani oleh Fahri.Bu Sita semakin bangga dengan calon menantunya yang benar-benar kaya raya, bahkan mengeluarkan uang segitu banyaknya pun serasa enteng untuk Salsa."Ini cek 100jt yang kamu butuhkan. Tinggal kamu tanda tangani dan suruh kurir untuk mengantarnya."Saat itu harga diri Fahri serasa begitu rendah, tapi bagaimana lagi karena kasus ini merupakan atas kemauan Mamahnya juga.Dengan ragu Fahri menandatangani sampai sele
"Nadhita tunggu!"Terpaksa Nadhira menghentikan langkahnya saat seseorang memanggilnya dari belakang. Suara itu sangat dia kenal dan rasanya malas untuk menganggapi.Satu bulan berlalu pasca perceraian dari Fahri, lama Nadhira tak mendengar kabar dari keluarga itu. Semanjak saat itu mereka los kontek tanpa berita apapun dan kali ini Salsa muncul dengan membawa sebuah kertas di tangannya."Maaf mengganggu waktunya sebentar, Dokter Nadhira! Saya hanya mau memberikan undangan ini untukmu! Undangan pernikahan aku dengan Fahri! Aku harap kamu bisa datang Nadhira."Biar bagaimana pun juga Fahri pernah singgah dihatinya walau sebentar jadi wajar jika masih ada rasa cemburu pada hati Nadhira akan tetapi dia sadar kalau diantara mereka kini sudah tidak ada apa-apa.Apa yang akan dilakukan pria itu sekarang bukan urusannya, termasuk menikahi wanita yang kini berada di hadapannya.Dia berharap nasib Salsa tak sama dengan nasibnya yang selalu terkekang oleh situasi di rumah itu seperti dia dulu s
Riuh ramai suasana bahagia menghadiri hari pernikahan Fahri dan Salsa di sebuah gedung ternama yang sengaja Pak Baskara sewa di hari special putri tunggalnya. Suasana sakral kiyan terasa menaungi pertemuan dua keluarga dengan para tamu undangan yang datang untuk menyaksikan prosesi ijab qobul mereka.Sang mempelai pria kini duduk dengan gagahnya di depan Pak penghulu yang akan memimpin jalannya ijab qobul. Sesekali Fahri menoleh ke belakang dimana mempelai wanita belum juga terlihat sosoknya.Tak berapa lama kemudian, kini yang mereka tunggu-tunggu datang juga. Mempelai wanita terlihat begitu cantik mengenakan setelan kebaya berwarna putih dengan hiasan perak di atas kepala. Wangi melati yang menguar sepanjang jalan dari kamarnya sampai ke atas pelaminan, serta dekorasi penuh bunga warna warni menjadi saksi berlangsungnya janji suci itu.Salsa keluar dari kamarnya di iringi oleh kedua dayang yang mengikuti di belakang sambil membawakan jungtai kebaya belakang yang dia kenakan.Mengh
"Akhirnya ya Fah, pernikahan kita selesai."Mereka pindah ke rumah yang cukup besar, pasalnya rumah yang kemaren Fahri tempati sudah menjadi harta gono gini yang dibagi menjadi 2 untuk 2 belah pihak. Pihak Fahri dan pihak Nadhira.Pak Baskara sengaja membeli rumah itu untuk hadiah ulang tahun putrinya. Di samping itu Salsa sendiri yang meminta saat Papahnya memberi pilihan bahwa hadiah apa yang dia inginkan.Tiket bulan madu, mobil keluaran terbaru, tapi wanita itu lebih memilih rumah karena sadar kalau suaminya tidak memiliki rumah."Iya, Alhamdulillah! Dan aku janji akan menjadi suami yang baik untuk kamu," ucap Fahri sambil menyentil hidung mancung Salsa.Bu Sita hanya tersenyum melihat keromantisan mereka. Matanya pun memancarkan kebahagiaan yang tiara tara karena bisa tinggal di rumah yang lumayan besar terdapat komam renang di dalamnya.Pandangannya menelisik ke segala arah pada setiap sudut ruangan mencari kamar mana yang bakal dia tempati. Secara 2 hari ini sangat melelahkan ba
"Pagi Sayang! Udah siang ayok bangun.""Em, tapi aku masih ngantuk Fah."Bisik lirih Fahri di telinga Salsa tapi wanita itu hanya mengeluarkan suara parau nya kemudian terlelap kembali.Mungkin dia lelah setelah bercinta semalam beberapa ronde sampai lupa tidur begitu saja tanpa mandi terlebih dahulu.Satu kali gagal, maka Fahri berusaha membangunkan kembali. Dia tidak mau istrinya menjadi wanita yang manja. Salsa harus tau posisi dia sekarang bagaimana kewajibannya seorang istri melayani suami."Sayang, ayok bangun! Bikinin aku kopi.""Hoam, iya iya, aku buatkan."Mau tidak mau Salsa bangun untuk membuatkan kopi. Dengan langkah malasnya dia turun sambil menguap dengan rambut yang masih acak-acakan. Di dapur dia membuatkan kopi di saat sedang mengaduk sambil terus menguap tiba-tiba bu Sita datang. Dia yang sudah rapi menanyakan kebiasaan setiap harinya pada Salsa, sama seperti yang dia lakukan pada Nadhira dulu."Salsa, kamu sudah bangun?"Tetapi nada suaranya jelas beda, dengan menan
"Ya enaklah, bangun tidur langsung makan! Muka itu nggak di cuci terlebih dahulu," gumam bu Sita dalam hati sambil melirik pada Salsa yang sedang mencicipi masakan yang dia buat.Belum sempat bicara apa-apa, Fahri terlihat sudah keluar dari kamarnya membawa tas kerja yang biasa dia bawa setiap kali pergi bekerja.Melihat istri dan Mamahnya terlihat akrab dengan penglihatannya pun serasa membuat dia bahagia karena momen itu tak pernah Fahri lihat sebelumnya.Secepat mungkin dia menghampiri mereka dan mengira kalau Salsa turut membantu Mamahnya memasak di dapur."Pagi sayang.""Pagi," jawab Fahri sambil mengecup kening Salsa. Melihat itu bu Sita terasa menjadi mual. Melihat pasangan anak menantunya bercumbu di depan matanya."Hari ini kalian masak apa? Hem, aromanya enak sekali! Ternyata istriku ini jago masak juga yah!""Eh, buk ... !""Fahri ini ada nasi goreng special kamu pasti suka. Aku ambilkan yah."Belum sempat bu Sita mengatakan kalau bukan dia yang memasak, tapi Salsa sudah leb
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad