"Ya udah, kita balik dulu ke Rumah sakit ya Sen, sampai ketemu nanti malam."Anita tak mau mengenalkan Nadhira pada Seno karena dia takut kalau itu justru menambah masalah kalau Nadhira sendiri tak mau mengenal Seno, terlihat dari cara dia melihat begitu cueknya dengan Staf yang satu ini.Mereka bertiga kembali ke Rumah sakit dan menjalankan tugasnya kembali. Sampai sore hari di mana jam pulang mulai tiba, biasanya Nadhira yang selalu pulang lebih dulu, tapi kali ini dia terlihat santai tanpa bergegas untuk pulang."Kamu nggak pulang Nad? Biasanya kamu selalu gugup kalau pulang?"Dengan lembut Anita bertanya pada Nadhira, sedang Siska sudah pulang lebih dulu."Kamu pulang saja dulu Nit, aku masih ingin di sini."Tanpa senyum Nadhira membalas ucapan Anita, dia bingung harus bagaimana. Menemaninya di sini sampai dia pulang, tetapi di sisi lain, dia harua bersiap karena Seno mengatakan akan datang ke rumahnya."Kamu pulang ke rumahku saja yuk Nad! Nginep aja di rumahku sampai kapan pun k
"Hei Sen, kamu udah nunggu lama yah? Maaf yah soalnya tadi aku anu dulu."Anita yang terlambat pulang mengetahui kalau Seno sudah menunggunya di sana. Seno memang mengatakan kalau malam ini dia akan datang ke rumahnya tak menyangka kalau Anita bakal pulang semalam ini."Nggak apa-apa Nit, santai aja. Aku juga belum lama kok di sini."Mereka duduk berjejer di sebuah kursi yang ada di depan rumah Anita, dia memang sengaja tak mengajak temannya itu untuk masuk karena, Anita tidak mau sampai ada orang yang berpikir macam-macam padanya.Bla bla bla mereka bicara basa basi dan kini pada topik utama mereka pada apa yang Seno katakan tadi siang saat mereka masih di restoran."Orang kok aneh ya Nit, udah di kasih istri, masih suka dengan bos di kantornya."Anita nggak tau kemana arah pembicaraan Seno, tapi dia teringat dengan temannya kalau Nadhira pasti dalam masalah."Maksud kamu Sen? Aku nggak mengeri maksud kamu?""Teman aku Nit di kantor, padahal dia sudah punya istri, tapi aku lihat dia
"Oh jadi kalian sudah baikkan? Ya Tuhan Nadhira, istri macam apa kamu ini! Kenapa pakai ngambek segala, terpaksa deh Mamah yang masak semua ini!""Iya Mah maaf! Besok juga aku yang handle semuanya."Bu Sita semakin kesal saat melihat Nadhira dan Fahri keluar dari kamarnya dan menghampiri dia di meja makan.Sambil menyiapkan makanan bu Sita tentu mengomel sambil melirik sinis pada Nadhira. Dia mengira kalau Nadhira menggunakan kesempatan itu untuk lari dari tanggung jawabnya.Saat sedang asiknya makan, tiba-tiba ponsel Fahri berdering. Di lihat lah nama siapa yang tertera di layar ponsel itu dan tertulis nama Klien S."Sebentar ya sayang, aku angkat telepon ini dulu."Tak ada rasa curiga sedikit pun pada diri Nadhira saat Fahri beranjak dari duduknya dan menjauh untuk mengangkat telepon itu."Lihat! Suami kamu itu sangat sibuk, seharusnya kamu lebih ngertiin dia Nadhira. Jangan sampai Fahri merasakan kekurangan ya salah satunya memberi dia seorang momongan.""Uhuk!"Kenapa lagi-lagi bu
Mobil Salsa melaju cepat dan berhenti di sebuah Hotel ternama di kota itu. Dia segera meminta pelayan Hotel mengangkat dan membawa Fahri masuk ke dalam kamar Hotel yang sudah dia pesan sebelumnya.Entah mengapa dia membawanya ke dalam hotel, bukan kah dia bisa membawa pulang ke rumahnya, Pak Baskara pasti tidak akan melarangnya karena dia tau kalau putrinya memang suka pada Staf yang satu ini. Rencana apa yang sebenarnya sedang Salsa lakukan untuk mendapatkan laki-laki pujaannya ini?."Malam ini kamu akan menjadi milikku seutuhnya Fahri! Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi. Aku puas dengan reaksi obat yang aku campurkan ke dalam makanan mu! Dan sebentar lagi, kamu akan memintaku untuk menjadi istri ke 2 mu!" tawanya Salsa lepas.Dia duduk menyilangkan satu kakinya ke atas paha di sebuah kursi yang tersedia di dalam kamar Hotel sambil minum. Minuman hitam yang sudah dia pesan sebelum sampai di tempat ini. Minuman pahit yang dia tuang dalam gelas berkaki membuat tubuhnya kini teras
"Aaarrrggghh!"Teriak Fahri kala terbangun dan melihat Salsa tidur di sampingnya, hanya selimut tebal berwarna putih yang menutupi tubuh polos ke duanya.Salsa terengah saat mendengar suara jeritan itu sangat kencang yang membuat hampir pecah gendang telinganya."Em, Fahri kamu kenapa teriak-teriak seperti itu? Astaga, ini masih pagi!" tanya Salsa dengan nada sumbing ciri khas orang bangun tidur. Rasanya sangat malas untuk Salsa bangun dari tidurnya yang sangat lelap, bahkan dia hanya bersuara tanpa membuka matanya."Nggak! Nggak mungkin! Ini nggak mungkin terjadi! Salsa katakan kalau ini tidak mungkin terjadi dengan kita!""Apanya yang nggak mungkin Fahri?"Fahri berusaha mengingat kejadian semalam di mana dia merasakan hawa panas yang begitu besar. Akibat obat perangsang yang diam-diam di masukan Salsa pada minuman yang membuat Fahri tak bisa menahan hawa nafsunya dangan tanpa sadar menggauli wanita yang bukan istrinya."Ini nggak mungkin! Aku pasti tidak melakukan itu padamu kan? H
"A-aku se-semalam aku habis, em, habis Pak Ridwan mengajakku untuk mencicipi di Hotel barunya sayang! I-iya, dia baru saja membangun sebuah Hotel dan aku di suruh untuk menempatinya malam itu.""Ya Allah Mas! Harusnya kamu telepon aku, bilang kalau malam ini nggak bisa pulang! Jadi aku nggak cemas memikirkan kamu Mas.""Hand pone aku mati! Habis batre dan aku lupa mengecas nya.""Sudah sayang! Hari ini aku sangat lelah. Izinkan aku untuk istirahat sekarang," lanjut Fahri secepatnya berlalu pergi sebelum di berondong lebih banyak pertanyaan oleh Nadhira.Entah mengapa perasaannya tau kalau suaminya sedang berbohong tapi Nadhira tak mau berburuk sangka yang mengakibatkan kembali memburuknya rumah tangga mereka."Ya sudah, biarkan Mas Fahri istirahat saja. Mungkin hari ini dia tidak pergi ke kantor karena Pak Baskara tau kalau semalaman Mas Fahri nggak pulang ke rumah."Wanita sholehah ini terus berpikiran positif mungkin saja apa yang di lakukan oleh suaminya bukan hanya bualan semata.
"Dokter Nadhira tunggu!"Kaki yang baru saja melangkah beberapa jengkal mendadak kembali untuk mendengar apa yang akan Ibu itu katakan padanya. Apakah dia akan kembali menghinanya atau ada maksud lain dari panggilannya itu.Apa pun yang akan dia lakukan, Nadhira siap untuk menerimanya karena dia sadar kalau Nadhira memang nggak sempurna."Maaf Dokter! Aku mau minta maaf atas kata-kataku yang kemaren. Tidak seharusnya aku bicara seperti itu!" Sambungnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.Nadhira hanya menghela nafas, entah itu nafas lega atau nafas kesal atas perilaku Ibu itu.Kenapa dia harus mengatakan itu pada orang yang belum dia kenal, bahkan bertemu saja baru untuk yang pertama kali di sini."Sudah lah bu, kita lupakan saja soal itu. Memangnya dari mana Ibu tau kalau aku tak bisa punya anak?"Si Ibu bingung apa yang harus dia jawab, berkata jujur yang kemungkinan akan membuat Dokter muda ini kesal kembali, atau berbohong demi melindungi temannya."Katakan Ibu, dari man
"Bi-biarkan aku sendiri yang bicara pada Nadhira, akan aku turuti keinginan kamu, tapi aku mohon jangan sebar vidio itu. Vidio itu akan sangat menyakitkan untuk Nadhira."Fahri hanya seperti mainan boneka yang cuma nurut saat Bos nya perintah, dengan terpaksa dia mengambil satu keputusan yang sangat berat. Keputusan itu sudah bisa di pastikan kalau rumah tangganya bakal hancur gara-gara permasalahan ini. Fahri pasrah dengan apa yang bakal terjadi pada rumah tangganya.*****"Mas kamu sudah pulang?"Senyum merekah indah menyambut kepulangan suaminya bekerja, tetapi senyum manis itu seketika surut saat melihat siapa yang muncul di belakang tubuh Fahri berdiri. Seseorang yang sangat Nadhira kenal dan sangat di agungkan oleh mertuanya."Salsa." gumam Nadhira lirih.Wanita itu melenggok dengan rasa percaya diri lalu menggandeng tangan Fahri bak pangeran dan putri kerajaan.Jangan di tanya bagaimana perasaan Nadhira saat itu, dia bertanya-tanya dalam hati, ada apa ini? Kenapa Fahri begitu
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad