"A-aku se-semalam aku habis, em, habis Pak Ridwan mengajakku untuk mencicipi di Hotel barunya sayang! I-iya, dia baru saja membangun sebuah Hotel dan aku di suruh untuk menempatinya malam itu.""Ya Allah Mas! Harusnya kamu telepon aku, bilang kalau malam ini nggak bisa pulang! Jadi aku nggak cemas memikirkan kamu Mas.""Hand pone aku mati! Habis batre dan aku lupa mengecas nya.""Sudah sayang! Hari ini aku sangat lelah. Izinkan aku untuk istirahat sekarang," lanjut Fahri secepatnya berlalu pergi sebelum di berondong lebih banyak pertanyaan oleh Nadhira.Entah mengapa perasaannya tau kalau suaminya sedang berbohong tapi Nadhira tak mau berburuk sangka yang mengakibatkan kembali memburuknya rumah tangga mereka."Ya sudah, biarkan Mas Fahri istirahat saja. Mungkin hari ini dia tidak pergi ke kantor karena Pak Baskara tau kalau semalaman Mas Fahri nggak pulang ke rumah."Wanita sholehah ini terus berpikiran positif mungkin saja apa yang di lakukan oleh suaminya bukan hanya bualan semata.
"Dokter Nadhira tunggu!"Kaki yang baru saja melangkah beberapa jengkal mendadak kembali untuk mendengar apa yang akan Ibu itu katakan padanya. Apakah dia akan kembali menghinanya atau ada maksud lain dari panggilannya itu.Apa pun yang akan dia lakukan, Nadhira siap untuk menerimanya karena dia sadar kalau Nadhira memang nggak sempurna."Maaf Dokter! Aku mau minta maaf atas kata-kataku yang kemaren. Tidak seharusnya aku bicara seperti itu!" Sambungnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.Nadhira hanya menghela nafas, entah itu nafas lega atau nafas kesal atas perilaku Ibu itu.Kenapa dia harus mengatakan itu pada orang yang belum dia kenal, bahkan bertemu saja baru untuk yang pertama kali di sini."Sudah lah bu, kita lupakan saja soal itu. Memangnya dari mana Ibu tau kalau aku tak bisa punya anak?"Si Ibu bingung apa yang harus dia jawab, berkata jujur yang kemungkinan akan membuat Dokter muda ini kesal kembali, atau berbohong demi melindungi temannya."Katakan Ibu, dari man
"Bi-biarkan aku sendiri yang bicara pada Nadhira, akan aku turuti keinginan kamu, tapi aku mohon jangan sebar vidio itu. Vidio itu akan sangat menyakitkan untuk Nadhira."Fahri hanya seperti mainan boneka yang cuma nurut saat Bos nya perintah, dengan terpaksa dia mengambil satu keputusan yang sangat berat. Keputusan itu sudah bisa di pastikan kalau rumah tangganya bakal hancur gara-gara permasalahan ini. Fahri pasrah dengan apa yang bakal terjadi pada rumah tangganya.*****"Mas kamu sudah pulang?"Senyum merekah indah menyambut kepulangan suaminya bekerja, tetapi senyum manis itu seketika surut saat melihat siapa yang muncul di belakang tubuh Fahri berdiri. Seseorang yang sangat Nadhira kenal dan sangat di agungkan oleh mertuanya."Salsa." gumam Nadhira lirih.Wanita itu melenggok dengan rasa percaya diri lalu menggandeng tangan Fahri bak pangeran dan putri kerajaan.Jangan di tanya bagaimana perasaan Nadhira saat itu, dia bertanya-tanya dalam hati, ada apa ini? Kenapa Fahri begitu
Tok!Tok!"Nit, tolong aku Nit."Tok!Tok!Ketukan pintu itu terdengar semakin keras menggema sampai ke dalam rumah Anita. Dia yang sedang melakukan ibadah terpaksa membatalkannya terlebih dahulu saat seseorang dengan lantang memanggil namanya.Sambil masih mengenakan mukena berwarna coklat susu dia berlari secepat mungkin untuk membukakan pintu itu berharap kalau tidak terjadi sesuatu apapun."Hei, iya tunggu sebentar!" teriaknya sambil berlari secepat mungkin.Krie!Betapa terkejutnya dia saat melihat Nadhira di depan pintu begitu lusuhnya. Maskara yang di gunakan luntur luluh lantak membuat wajahnya terlihat menghitam."Ya Allah, Nad kamu kenapa? Kenapa kamu jadi begini?"Tanpa kuat menjawab, Nadhira segera memeluk tubuh tambun yang ada di depannya, menangis sejadi-jadinya, menjadikan pundak Anita sebagai sandaran sebagai penopang tubuh yang ringkih tak berdaya.Terjawab sudah pertanyaan di hati Anita selama ini, ternyata kecurigaannya mamang benar kalau selama ini Nadhira memang p
"Nadhira em, Nadhira!"Fahri kesulitan untuk menjawab dimana istrinya sekarang ini, dia pun tidak tau dimana Nadhira sekarang. Kepergiannya yang tanpa jejak membuat dia bingung, menelepon keluarganya pun tidak ada satu orang pun yang tau.Cemas memang Fahri cemas memikirkan wanita yang kini statusnya masih sah menjadi istrinya tetapi dia bingung kemana harus mencari Nadhira."Nadhira pergi! Dia pergi rumah entah kemana. Istri macam apa pergi tanpa izin dari suaminya!"Bu Sita justru yang menjawab dengan lantang sambil membawakan minuman dingin untuk putrinya yang baru pulang kuliah.Ada rasa tidak percaya pada diri Ratna, dia sangat mengenal kakak iparnya kalau dia bukan tipe orang yang seperti itu. Tetapi untuk memastikan Ratna akan menyelidiki sendiri apa yang terjadi dengan rumah tangga kakaknya."Pergi? Pergi kemana Mas? Kalian baim-baik saja kan?""Ya begitu lah Ratna, Mas sekarang nggak tau Nadhira ada di mana. Dia pergi! Mungkin dia kesal dengan sikapas yang kurang tegas! Semu
"Rat, kamu mau kemana? Ini masih pagi loh?""Aku mau cari kak Nadhira! Aku yakin kalau kak Nadhira masih ada di sekitar sini.""Mau cari Nadhira? Ya sudah, kalau begitu kakak temani kamu cari kak Nadhira, ayok!"Baru saja pulang sehari di kota ini mana mungkin Fahri membiarkan Ratna untuk pergi seorang diri, ada rasa khawatir pada diri Fahri kalau adiknya bisa tersesat mengingat Ratna yang belum sepenuhnya hafal jalan raya.Tanpa ada penolakan Ratna menerima ajakan dari kakaknya, dia tau kalau kakaknya memang masih mencintai istrinya.Mereka pergi bersama, mencari ke beberapa teman yang Fahri kenal tidak ada satu pun yang melihat, mencari di sepanjang jalan pun tidak terlihat sosok yang sedang mereka cari."Sebenarnya apa yang terjadi sih kak, kenapa kak Nadhira sampai pergi dari rumah?" tanya Ratna penasaran. Dia terus saja bicara di dalam mobil yang membuat gendang telinga Fahri menjadi pegal.Betapa khawatirnya gadis itu terhadap kakak iparnya, kenapa Fahri tak menyadari akan hal i
"Begitu ceritanya Rat. Mas tau kalau Mas bersalah! Mas juga menyesal telah melakukan itu dengan Salsa."Tubuh Ratna lunglai seketika setelah mendengar cerita pahit Fahri saat di dalam kamar Hotel.Mau menyalahkan siapa, sedang kakaknya melakukan itu tanpa sadar karena terpengaruh dengan obat perangsang. Tapi Fahri tidak mengatakan itu pada Ratna karena dia sendiri pun tak tau. Rasa penyesalan pada diri Fahri memang ada tapi apa mungkin Nadhira akan memaafkannya nanti?.Semuanya memang sudah terjadi tetapi jika Nadhira mau menerima Salsa sebagai madunya tentu Fahri akan semakin menyayanginya karena sesungguhnya cuma dia yang ada di hatinya."Jadi perempuan yang kemaren itu, yang namanya Salsa kak?" Fahri mengangguk lemah."Ya Allah kak, kenapa kakak lakuin itu! Pantas saja kak Nadhira marah. Tapi nanti aku coba bujuk dia, semoga aja dia mau mendengar ucapan aku dan mau di madu."Dengan rasa percaya diri Ratna berniat untuk membantu kakaknya bicara pada Nadhira walau kemungkinan besar w
"Selamat pagi Dok!"Hampir semua orang mengucapkan selamat pagi pada Nadhira yang baru saja sampai di Rumah sakit. Jarak yang harus dia tempuh kini semakin jauh dari rumah orang tuanya menuju tempat dia bekerja tetapi karena tanggung jawabnya yang begitu besar, Nadhira melajunya setiap hari untuk melakukan tugasnya.Lelah, iya memang dia lelah tapi tak seperti saat dia tinggal di rumah Fahri, di sana dia di tuntut untuk bekerja dan mengerjakan tugas rumah seperti yang di inginkan oleh mertuanya.Kini tugasnya semakin berkurang, orang tua kandungnya yang selalu memanjakan dia tak pernah menyuruh Nadhira untuk mengerjakan sesuatu. Akan tetapi rasa hormatnya pada suami Nadhira rela ikut bersamanya.Kini dia hanya lelah menempuh perjalanan jah setiap harinya."Pagi Nad, apa kamu siap melakukan tugasmu?" pekik Anita basa-basi.Kedua temannya itu berusaha menghibur agar Nadhira tak berasa menanggung beban seorang diri. Mereka berusaha agar Nadhira sejenak melupakan masalah yang sedang dia h
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad