"Tunangan? Untuk apa tunangan! Dokter Nathan bukan pria pertama dalam hidupku, dulu aku pernah merasakan bagaimana rasanya bertunangan jadi untuk apa di lakukan lagi?""Maksud kamu? Jadi kamu mau langsung menikah saja dengan dia gitu?"Nadhira tersenyum pilu sambil mengangguk pelan. Tanpa harus di jelaskan Anita tau apa yang dia maksudkan."Ide yang bagus Nad, jadi nggak perlu menunggu lama kamu akan menyandang sebagai Nyonya Adipraja nanti," ujar Anita sambil bercanda yang spontan mengundang tawa mereka."Udah ah, yuk mulai kerja. Bercanda mulu!"*****Di tempat lain Bu Sita sudah menduga sebelumnya saat dia membuatkan ramuan untuk Salsa, dia meninggalkan Maura sendirian di dalam kamar. Di usianya yang sedang aktif membuat wanita paruh baya itu terlihat cemas dan ternyata apa yang dia khawatirkan kini menjadi kenyataan.Suara benturan dan tangis keras dari dalam kamar terdengar sampai ke dapur. Ramuan yang semula belum jadi terpaksa Bu sita tinggalkan untuk melihat kondisi cucunya. B
"Sa, kamu ..., bukankah darah kamu sama dengan Maura B-? Kamu aja yang donorkan darah untuk Maura," pinta Fahri cemas."Aku? Nggak ah! Aku nggak mau. Kamu mau aku kelihatan pucat setelah mendonorkan darah untuk dia Fah?""Ya Allah Sa! Kamu turunkan egomu sebentar saja, kasihan Maura di dalam! Dia sedang berjuang untuk hidup!""Nggak! Pokoknya aku nggak mau. Aku sudah cukup mengeluarkan banyak darah saat melahirkan dia dan sekarang aku nggak mau!"Masih saja wanita itu mementingkan egonya sendiri, di situasi seperti sekarang ini pun Salsa tak kasihan pada anak kandungnya sendiri.Bu Sita dan Nadhira semakin pusing mendengar perdebatan suami istri itu. Keduanya tidak ada satu pun yang mau mengalah, sama-sama bicara dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk ke arah wajahnya."Jangan egois kamu Sa! Kalau saja darahku cocok aku pasti akan donorkan untuk Maura sekarang, ayok dong Sa!""Nggak! Pokoknya kalau aku bilang nggak ya nggak! Kamu kok maksa gitu sih Fahri?""Kamu!"Ucapan Salsa sema
"Eits, kamu mau ngapain? Udah baringan aja dulu.""Bangun! Aku bosan tiduran terus. Aku harus mulai kerja! Siska dan Anita sudah menunggu di sana."Ingin rasanya Nathan membantu Nadhira untuk bangun tetapi dia tau kalau wanita ini pasti menolak kalau dia sentuh, Nathan hanya bisa bicara cukup keras agar Nadhira mau mendengarkan tetapi dia rasa keadaannya sudah membaik jadi Nadhira putuskan untuk bangun.Di kondisinya yang masih pucat masih saja memikirkan soal pekerjaan dan tanggung jawabnya terhadap pasien yang dia tangani."Eh, nggak! Hari ini kamu nggak bole kerja! Kamu harus banyak istirahat. Sekarang aku antar kamu pulang saja, ayok.""Tapi Nathan, aku nggak bisa pulang begitu saja! Sudah banyak yang menunggu aku di sana. Percayalah kalau aku akan baik-baik saja."Tidak mau di katakan sebagai kekasih over protektif Nathan tak bisa membantah keputusan Nadhira tetapi dia juga tidak membiarkan wanita itu bekerja terlalu full hari ini karena bisa berpengaruh dengan kesehatannya.Seme
"Sayang, nanti malam aku datang ke rumahmu! Aku mau mengajakmu makan malam di luar!"Di dalam mobil dalam perjalanan pulang Nathan mengatakan itu, satu kali mendapat penolakan dari Nadhira tak juga membuat Nathan menyerah, dia kembali mengajak makan malam yang kemungkinan besar akan mendapat penolakan kembali tetapi rasanya tidak puas jika belum mencoba."Makan malam? Makan malam di mana?""Mas, aku nggak enak ninggalin mamah sendirian di rumah.""Kalau begitu aku ajak sekalian mamah kamu untuk makan malam dengan kita! Bagaimana?"Nadhira tertawa lirih membayangkan bagaimana seandainya mamahnya ikut makan malam di tengah-tengah mereka berdua, bagaimana cara mereka bicara di depan Bu Nina kalau itu memang terjadi."Maaf, aku kayaknya nggak bisa Mas, mungkin lain kali aja.""Nggak! Pokoknya kamu nggak boleh menolak. jam 7 malam nanti aku jemput di rumah."Nadhira hanya terdiam pasrah bagaimana jadinya nanti malam. Kalau pun harus pergi dengan si Dokter dingin mungkin ini bagian dari ske
"Astagfirullah! Udah jam berapa ini?"Setelah Nathan melihat jam yang tertempel di dinding waktu menunjukan pukul 19.30 malam, lelah membuat dia tertidur pulas sampai tak ingat waktu.Sementara di tempat lain Nadhira mengira kalau Nathan tak jadi untuk mengajaknya makan malam, karena waktu yang di janjikan pukul 19.00 malam sampai sekarang pria itu belum juga terlihat.Dia yang semula sudah bersiap memakai pakaian special terpaksa mengganti dengan baju yang lebih santai. Masih ada tugas Rumah sakit yang harus dia kerjakan di rumah salah satunya mengecek laporan kondisi pasien rawatnya.Bib!Bib!Namun Nadhira seketika bangun dari duduknya saat suara klakson mobil terdengar sampai ke dalam kamarnya.Dan benar saja Nathan begitu terlihat tampan keluar dari dalam mobil mengenakan atasan hem dengan celana jeans yang membalut tubuh atletisnya "Astagfirullah, aku kira Nathan nggak jadi kesini, taunya dia datang juga," gumamnya sambil mengintip dari gorden jendela kamar."Assalamualaikum."
"Kita makan malam disini aja! Buat apa makan nasi goreng di emperan jalan raya!" Nadhira hanya tersenyum saat Nathan membawanya ke sebuah Restoran ternama tidak begitu jauh dari rumahnya.Mereka masuk dan memesan makanan serta minuman yang sama. Menikmati menu yang sudah tersedia 15 menit kemudian. Sesekali Nathan melirik Nadhira yang masih menunduk sambil menikmati makananya."Makanan di sini enak Mas, memangnya kamu suka makan di sini?" tanya Nadhira tetapi matanya tak menoleh sedikit pun pada Nathan yang kini memandangnya dengan sangat lekat."Nggak! Aku pun sama, aku baru pertama kalinya makan di restoran ini. Kamu habiskan saja makanannya."Pelan-pelan tangan Nathan merayap mendekati tangan Nadhira yang tergeletak menyentuh meja.Nadhira seketika memandang saat tangan itu mulai menempel di atas punggung tangannya, ingin rasanya Nadhira tepis genggaman itu tetapi cengkeramannya semakin kuat hingga dia tak bisa lepas."Mas!""Kenapa? Aku cuma mau tanya satu hal sama kamu! Maukah k
Satu Minggu kemudian Nathan sengaja menyuruh Nadhira untuk absen dari Rumah sakit karena kedua orang tuanya hari itu akan datang untuk menentukan tanggal pernikahan mereka.Sekitar pukul 14.00 keluarga Pak Atmaja tiba disambut hangat oleh Bu Nina, Gio dan juga Nadhira sendiri yang sudah berdiri sejajar pada saat mobil itu mulai berhenti di halaman rumahnya.Raut wajah semuanya terlihat begitu ramah dan menyenangkan dari dua keluarga yang sama-sama mendukung hubungan Nathan dan Nadhira.Terutama Bu Farida yang merasa bersalah karena sempat meragukan kebaikan Nadhira."Astaga, jauh juga rumah Nadhira ya nak! Jadi setiap hari dia laju dari sini ke Rumah sakit?" tanya Bu Farida sambil menggerakkan badan yang terasa pegal karana cukup lama duduk di dalam mobil."Itu dia yang membuat aku salut sama dia. Walau jauh tetapi Nadhira selalu tanggung jawab dengan pekerjaannya. Bahkan dalam kondisi apapun dia tetap ingat dengan keadaan pasiennya.""Ayok kita ke sana sekarang, lihat! Mereka sudah m
Dari semenjak kepulangan, mereka sibuk mempersiapkan segala sesuatunya dari mulai fitting baju pengantin, dekorasi bahkan undangan pun sudah mereka sebar.Persiapan sudah hampir 80% hanya tinggal menunggu hari H-nya tiba.Dari lantai atas Bu Farida begitu bahagia melihat Nathan yang turun tangan Mengatur semuanya di bawah.Perasaannya mendadak tersentuh mengingat bayi yang dulu dia kandung kini sudah dewasa dan sebentar lagi menjadi kepala rumah tangga. "Alhamdulillah ya Allah, sebentar lagi putraku akan menikah. Semoga pernikahan mereka bahagia sampai kakek nenek nanti." ujar Bu Farida.Tidak hanya di rumah Nathan, di rumah Nadhira pun sama. Persiapan hampir selesai dengan dekorasi bernuansa warna putih dan hijau dengan bunga warna-warni indah memanjakan mata.Nadhira memilih rumah untuk menggelar acara sakralnya, karena di pernikahan yang ke dua ini bukan waktunya dia untuk bermewah-mewahan yang ujungnya hanya berakhir dengan perceraian seperti saat pernikahannya dengan Fahri dulu.
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad