"Kita makan malam disini aja! Buat apa makan nasi goreng di emperan jalan raya!" Nadhira hanya tersenyum saat Nathan membawanya ke sebuah Restoran ternama tidak begitu jauh dari rumahnya.Mereka masuk dan memesan makanan serta minuman yang sama. Menikmati menu yang sudah tersedia 15 menit kemudian. Sesekali Nathan melirik Nadhira yang masih menunduk sambil menikmati makananya."Makanan di sini enak Mas, memangnya kamu suka makan di sini?" tanya Nadhira tetapi matanya tak menoleh sedikit pun pada Nathan yang kini memandangnya dengan sangat lekat."Nggak! Aku pun sama, aku baru pertama kalinya makan di restoran ini. Kamu habiskan saja makanannya."Pelan-pelan tangan Nathan merayap mendekati tangan Nadhira yang tergeletak menyentuh meja.Nadhira seketika memandang saat tangan itu mulai menempel di atas punggung tangannya, ingin rasanya Nadhira tepis genggaman itu tetapi cengkeramannya semakin kuat hingga dia tak bisa lepas."Mas!""Kenapa? Aku cuma mau tanya satu hal sama kamu! Maukah k
Satu Minggu kemudian Nathan sengaja menyuruh Nadhira untuk absen dari Rumah sakit karena kedua orang tuanya hari itu akan datang untuk menentukan tanggal pernikahan mereka.Sekitar pukul 14.00 keluarga Pak Atmaja tiba disambut hangat oleh Bu Nina, Gio dan juga Nadhira sendiri yang sudah berdiri sejajar pada saat mobil itu mulai berhenti di halaman rumahnya.Raut wajah semuanya terlihat begitu ramah dan menyenangkan dari dua keluarga yang sama-sama mendukung hubungan Nathan dan Nadhira.Terutama Bu Farida yang merasa bersalah karena sempat meragukan kebaikan Nadhira."Astaga, jauh juga rumah Nadhira ya nak! Jadi setiap hari dia laju dari sini ke Rumah sakit?" tanya Bu Farida sambil menggerakkan badan yang terasa pegal karana cukup lama duduk di dalam mobil."Itu dia yang membuat aku salut sama dia. Walau jauh tetapi Nadhira selalu tanggung jawab dengan pekerjaannya. Bahkan dalam kondisi apapun dia tetap ingat dengan keadaan pasiennya.""Ayok kita ke sana sekarang, lihat! Mereka sudah m
Dari semenjak kepulangan, mereka sibuk mempersiapkan segala sesuatunya dari mulai fitting baju pengantin, dekorasi bahkan undangan pun sudah mereka sebar.Persiapan sudah hampir 80% hanya tinggal menunggu hari H-nya tiba.Dari lantai atas Bu Farida begitu bahagia melihat Nathan yang turun tangan Mengatur semuanya di bawah.Perasaannya mendadak tersentuh mengingat bayi yang dulu dia kandung kini sudah dewasa dan sebentar lagi menjadi kepala rumah tangga. "Alhamdulillah ya Allah, sebentar lagi putraku akan menikah. Semoga pernikahan mereka bahagia sampai kakek nenek nanti." ujar Bu Farida.Tidak hanya di rumah Nathan, di rumah Nadhira pun sama. Persiapan hampir selesai dengan dekorasi bernuansa warna putih dan hijau dengan bunga warna-warni indah memanjakan mata.Nadhira memilih rumah untuk menggelar acara sakralnya, karena di pernikahan yang ke dua ini bukan waktunya dia untuk bermewah-mewahan yang ujungnya hanya berakhir dengan perceraian seperti saat pernikahannya dengan Fahri dulu.
"Masya Allah, cantik sekali Adikku ini, sebentar lagi Nathan pasti datang. Penghulu sudah menunggu di depan."Linda yang baru saja datang menggandeng putranya betapa takjub dengan kecantikan Nadhira yang memakai gaun panjang berwarna putih.Taburan blink-blink dan Swarovski serta mahkota yang menempel di hijab berwarna senada semakin membuat dia terlihat seperti bidadari yang turun dari kayangan.Wajah cantik dengan polesan make up natural membuat siapa saja pangling melihatnya.Lama menjanda membuat Nadhira seperti pengantin baru di pernikahan yang ke dua ini."Ya Allah Kak, aku deg degan sekali ini Kak! Semoga tidak ada halangan sampai selesai ya Kak.""Aamiin."Sebagai wali nikah Gio ingin melihat adiknya untuk yang terakhir kali dalam statusnya sebagai singgel parents, karena sebentar lagi adiknya itu akan menyandang status baru sebagai istri orang yang tak lain adalah Jonathan Adipraja, si pemilik Medical Center.Sama halnya dengan Linda, bahkan mata Gio berkaca-kaca melihat keca
Perias menyuruh Nadhira untuk keluar dari kamarnya setelah penghulu mengatakan Sah, dengan di dampingi oleh Linda dan kerabat lainnya Nadhira keluar begitu anggun sampai yang melihatnya susah untuk mengedipkan mata.Terutama Nathan yang tidak menyangka kalau istrinya begitu cantik mengenakan baju pengantin."Kamu nggak mau lihat wajah suami kamu? Dia tampan sekali ya Allah Nad!" bisik Linda lirih."Malu kak! Aku malu sama Mas Nathan."Nadhira berjalan menunduk tanpa berani memandang wajah laki-laki yang kini resmi menjadi suaminya, laki-laki itu tersenyum, terpesona dengan sang bidadari syurga yang baru keluar dari kamar dan semakin dekat hingga posisi mereka kini berhadapan."Assalamualaikum, istriku!"Nadhira spontan membelalakkan matanya saat Nathan memanggilnya dengan sebutan istriku. Dia tersipu malu sambil menunduk Kembali dan menoleh ke samping menyembunyikan senyumnya."Wa-waalaikumsalam su-suamiku," ucapnya malu-malu.Semua yang menyaksikan momen itu ikut malu melihat pasanga
Fahri datang mengenakan Hem batik dengan celana katun berwarna hitam bergandeng dengan Salsa yang mengenakan dress span motif brokat berwarna biru muda sambil menenteng dompet berukuran besar.Dengan rambut mengombak yang di ikat sembarang ke atas serta make up yang sedikit berani membuat wanita beranak satu itu terlihat segar.Pandangan Fahri tertuju pada kedua mempelai yang sedang bersalaman dengan tamu undangan yang hendak pulang di atas pelaminan. Senyum bahagia dia lihat dari mantan istri yang kini bersanding dengan laki-laki lain.Salsa melirik sesaat pada Fahri yang begitu intensnya memandang ke arah depan."Cantik ya Fah, mantan istri kamu.""Apaan sih! Ingat, dia itu sekarang milik Dokter Nathan! Salsa please di sini kamu jangan bikin gara-gara.""Maksud kamu, aku wanita yang suka buat masalah? Gitu?" gerutu Salsa kesal, bisa-bisanya Fahri mengatakan itu di hadapannya."Bukan itu maksud aku! Udah pokoknya kamu jangan bikin suasana jadi nggak enak! Itu aja."Sesaat menikmati h
"Habis dia lucu! Kamu lihat tadi, betapa dia malunya di tertawakan banyak orang."Baru kali ini Nadhira melihat Nathan yang tertawa lepas. Tetapi dia tidak ikut serta menertawakan, Nadhira hanya menggeleng sambil menarik nafas panjang.Mereka kembali fokus pada tamu yang hendak pulang, satu persatu mulai meninggalkan lokasi hingga kini mulai terlihat sepi. Hanya ada kerabat dan keluarga yang turut serta membantu. Sudah tidak ada lagi tamu yang datang dan pergi.Perias menyuruh pasangan pengantin baru untuk beristirahat, melepas semua dandanan Nadhira menggantinya dengan pakaian biasa yang dia kenakan untuk sehari-hari."Alhamdulillah acara kita sudah selesai ya, Sayang! Apa kamu siap untuk nanti malam," tanya Nathan sambil memainkan alisnya.Sungguh tidak Nadhira sangka kalau Nathan bisa merayunya seperti itu, tetapi sepertinya dia masih takut di hadapkan dengan situasi malam pertama."Ehem Nathan, eh, Mas! Aku ...em, aku ..., aku makan dulu, iya aku makan dulu. Perutku lapar sekali,
Percikan air yang membasahi tubuh atletis serta bagian yang menetes dari ujung rambut membuat Nathan begitu terlihat segar.Dia mengambil sebuah handuk yang tergantung di hok dan mengelapnya sampai kering. Tidak di pungkiri oleh Nadhira kalau ini adalah pemandangan yang sangat indah.Seseorang yang mempunyai tubuh atletis memandanginya dengan sangat lekat sambil mengelap tubuhnya."Kenapa? Kamu menginginkannya sekarang?""Ah, ti-tidak Nathan! Lebih baik kamu ganti baju sekarang. Bude menunggu kita di depan."Terdengar sampai ke kamar suara orang yang baru saja datang dan Nadhira sangat hafal siapa pemilik suara tersebut yang tak lain adalah budenya, Kakak dari bu Nina yang tinggal di luar kota.Lama memang mereka tak jumpa dari semenjak Nadhira kuliah dulu sampai sekarang bude Mira baru datang kemari."Aku keluar dulu, Mas! Nanti kamu susul aku ke depan."Secepatnya Nadhira pergi dari hadapan Nathan untuk menemui budenya yang datang dengan suaminya."Nah, ini dia pengantin baru! Mana
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad