"Sudah, jangan banyak bicara! Pokonya saya ikut saja kemana Anda pergi. Kebetulan hari ini saya tidak ada kerjaan di rumah.""Ya udah lah, terserah Dokter saja."Di ikuti Nathan membuat gerak Nadhira merasa tidak bebas, seperti ada yang sedang mengawasi padahal Nathan sendiri tak mau melarang apa yang akan di lakukan oleh Dokter wanita itu.Mereka berhenti di sebuah toko buku. Semula bukan tempat ini yang menjadi tujuan utama Nadhira, dia hanya mau berbelanja harian tetapi laki-laki itu minta ikut oleh karena itu terpaksa dia mengalihkan tujuannya ke toko buku.Sesampainya di sana pun Nadhira bingung apa yang mau di beli, karena dia sendiri tidak terlalu suka dengan buku."Kamu pilih-pilih saja! Aku tunggu di sini."Nathan duduk di sebuah kursi sambil memainkan ponselnya menunggu Nadhira yang bingung mau beli buku yang mana.Tanpa sadar dia memilih dua buku, satu buku masakan dan buku lagi cerita yang berjudul Hijrah Dalam Cinta, dua buku itu dia bawa ke kasir untuk di bayar.Nathan s
"Nad, Nad tunggu, dengar dulu aku mau bicara!"Di Rumah sakit Nathan mengejar Nadhira yang baru sampai. Dia sengaja berangkat lebih awal agar punya waktu bicara sebelum Nadhira melakukan tugasnya.Dia tak perduli jika banyak Dokter lain yang memperhatikan yang dia inginkan saat ini hanyalah Nadhira bisa mengerti. Baru saja Nathan merasakan warni nya hidup semenjak dekat dengan wanita itu dan kini harus jauh kembali seakan dia tidak mampu untuk itu."Iya, ada apa Dokter?"Kalau hanya masalah pekerjaan mungkin Nadhira mau mendengarkan dia tetapi jika memang soal apa hubungannya dengan Evelyn dia nggak mau terlalu banyak ikut campur.Hidupnya sudah cukup rumit, di saat kebebasan dia, Nadhira tak mau terbebani dengan hal yang menurutnya tidak penting."Saya mau bicara dengan anda! Duduk sebentar."Maka Nadhira menurut untuk duduk, memberi Nathan sedikit waktu untuk bicara."Saya mau minta maaf," ucap Nathan dengan tatapan sendunya."Maaf? Untuk apa?""Mungkin kemaren Evelyn tidak sopan te
"Eh, Tante apa kabar? Mari silahkan duduk Tante!"Anita dan Siska mundur seketika karena merasa ada sesuatu yang tidak beres di lihat dari wajah Bu Farida.Mereka bertanya-tanya dalam hati, ada apa? Pasalnya Nadhira nggak pernah cerita tentang dia.Apakah kedatanganya kesini ada hubungannya dengan Dokter Nathan, lalu ada apa dengan Dokter itu.Banyak sekali pertanyaan menaungi otak ke dua perawat yang kini saling senggol di ruang periksa."Tidak perlu! Saya mau bicara dengan anda! Tolong jauhi anak saya Nathan! Saya mengira kalau anda orang baik! Tapi ternyata anda sengaja memanfaatkan anak saya supaya dekat dengan anda. Betul kan?"Mereka bertiga tercengang dengan ucapan Bu Farida terutama Anita dan Siska karena mereka tau kalau Nadhira bukan sosok yang seperti itu. Jangankan untuk memperalat, untuk dekat dengan laki-laki saja rasanya Nadhira kapok.Kenapa Bu Farida bicara yang tidak dia tau yang sesungguhnya, hanya bermodal cerita karangan dari Evelyn lantas dia menganggap wanita ya
"Kalau kamu kekeh dengan keinginan kamu, Jagan salahkan mamah kalau mamah hapus kamu dari daftar warisan papah!"Degh!Bagaikan terjatuh dari atas gedung bertingkat, ucapan itu begitu mengejutkan untuk Nathan, bagaimana bisa mamahnya yang selama ini dia kenal sebagai wanita yang lembut bisa mengatakan seperti itu pada putra semata wayangnya.Bu Farida mengatakan itu dengan dada bergemuruh sangat kesal pada Nathan yang begitu keras kepala.Dia berharap dengan ancaman itu Nathan mau menurut tetapi apa yang terjadi justru semakin membuatnya yakin kalau mamahnya kini menjadi wanita yang sangat egois, dia mementingkan dirinya sendiri tanpa mengetahui bagaimana perasaan Nathan saat ini."Kenapa Mamah bicara seperti itu? Kalau itu memang maunya mamah, ok silahkan! Kalau pun Mamah meminta aku untuk meninggalkan rumah sakit ini, akan aku lakukan agar Mamah puas!""Mamah tidak mengatakan seperti itu! Mamah cuma mau kamu pulang dan nurut untuk bertunangan dengan Evelyn!""Mamah beri waktu kamu s
"Fah, kamu kenapa? Kenapa terlihat pusing sekali hari ini?"Sepulang dari kantor Fahri terlihat begitu suram, setelah mendapat tekanan dari mertuanya dia begitu kerja keras mencari tau siapa koruptor di kantornya.Tetapi sampai sekarang ini usaha itu terasa sia-sia karena belum ketemu siapa pelakunya. Pencuri itu terlihat begitu lihai dalam melakukan aksi itu.Sedang papahnya pasti akan kembali mendatangi dia lagi untuk menanyakan masalah itu.Fahri bingung jawaban apa yang akan dia berikan pada mertuanya itu."Aku belum menemukan siapa koruptor di kantor! Aku nggak enak sama Papah kamu! Papah kamu mengira kalau aku nggak becus kerja!"Tanpa Fahri ketahui Salsa menyembunyikan senyumnya saat dia menoleh ke samping. "Kalau belum ketemu ya sudah! Kamu nggak usah terlalu memikirkan soal itu Fah, biar nanti aku yang bicara sama Papah!"Tetap saja sebagai imam dan kepala rumah tangga mana mungkin Fahri melemparkan tanggung jawabnya pada istrinya."Aku tetap akan cari tau siapa pelakunya, s
"Fah, mana bayi kamu, kenapa tidak kunjung di bawa kemari?""Mungkin besok Mah, ya kan mamah tau kalau ini sudah larut malam?"Bu Sita mengangguk tapi batinnya menolak ucapan dari Fahri, dengan rasa penasaran, diam-diam dia keluar menemui Nadhira yang sedang beristirahat bersama Dokter Nathan dan para suster.Semula mereka bercanda di sela-sela waktu istirahatnya tetapi seketika terdiam saat melihat Bu Sita yang sudah berdiri di ambang pintu."Dok!" ujar Suster sambil melirikkan matanya pada Bu Sita.Semua pasang mata pun menoleh pada orang yang Suster itu tunjuk, begitu juga dengan Nadhira, dia segera bangun dari duduknya dan menghampiri Bu Sita."Ibu, ya Allah apa kabar ibu, maaf kalau Nadhira tadi kurang menghiraukan ibu. Tapi keadaan Salsa jauh lebih penting.""Nggak apa-apa Nak, Mamah tau itu."Panggilan yang semula Mamah kini berubah menjadi ibu, tapi tak membuat Bu Sita mengubah panggilannya menjadi ibu, dia tetap saja menyebutnya dengan sebutan Mamah pada Nadhira.Tak lupa Nad
"Kamu pasti ngiri sama aku kan Nadhira? Lihat! Aku dan Fahri sudah punya anak, sedangkan kamu laku aja belum!"Nadhira hanya tersenyum sambil menarik nafas panjang, meladeni omongan Salsa juga rasanya percuma. Bukannya bilang terima kasih dia justru mengejek Nadhira bahkan mengatakan kalau Dokter wanita itu tidak laku.Kalau saja Nadhira tidak datang di malam hari siapa yang akan membantunya melahirkan bayi itu. Salsa bak manis sepah di buang, begitu dia dan bayinya selamat dia tidak ingat siapa yang menolongnya."Huzh! Kamu tidak boleh bicara seperti itu Salsa! Nadhira udah bela-belain datang buat menyelamatkan kamu! Seharusnya kamu berterima kasih sama dia!" ucap Bu Sita sambil menggendong bayi yang sudah di keluarkan dari inkubator."Oh bagus! Jadi sekarang ibu belain dia. Belain mantan menantunya!""Ya nggak gitu juga Salsa! Ibu cuma ... !""Sudah! Selamat ya Salsa, Mas Fahri selamat. Akhirnya kamu menjadi seorang Ayah! Sekarang kalian bisa mengurus formulir dan kepulangan, saya p
"Suster tolong Sus!"Suster datang membawa berankar dan membawa Nadhira masuk ke dalam. Nathan dan Dokter Ridwan segera melakukan tindakan, memasang infus, memberikan suntikan antibiotik untuknya.Banyak selang yang terpasang di sekujur tubuh yang tidak berdaya itu. Bunyi monitor ICU menunjukan garis berkelok, sesekali menunjukan garis lurus dan berkelok begitu seterusnya membuat Nathan semakin cemas.Dia berusaha semaksimal mungkin agar Nadhira segera tersadar tetapi, benturan kepala membuat dia mengeluarkan banyak darah."Nad, Nadhira bangun Nad, hei bangun ini aku!"Sesekali Nathan mengusap telapak tangan keras agar Nadhira merasa sebuah sentuhan tapi tetap tidak ada reaksi darinya."Bagaimana ini Dok! Dokter Nadhira tidak kunjung sadar!"Seperti berat ingin mengatakan sesuatu yang terjadi sama Nadhira pada Nathan, akan tetapi Dokter Ridwan harus mengatakan itu agar Nathan bersiap dengan kemungkinan yang bakal terjadi.Dokter Ridwan menarik nafas panjang lalu menghembuskan secara
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad