Share

06. Kecurigaan

Penulis: ime-chan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 18:00:16

Cahaya pagi menyusup masuk ke apartemen mereka yang minimalis, memantulkan kemewahan sederhana dari lantai kayu yang mengkilap. Ayesha tengah duduk di kursi dekat dapur, mengenakan piyama sutra berwarna sage, memegang secangkir teh hangat di tangannya. Di atas meja, vas bunga mawar merah yang sudah mulai layu tetap berdiri layaknya hubungan mereka yang kian terasa rapuh. Pikirannya sedang terbang, tersangkut pada jaring kekosongan yang sulit diuraikan, sementara suara langkah Daren mencatut jarak kian mendekat dari arah kamar tidur.

Daren muncul seperti biasanya dengan jas formal yang kali ini berwarna abu-abu, dasinya sudah tergantung rapi di leher tanpa bantuan Ayesha. Rambut hitam pendeknya disisir sempurna menonjolkan wajah karismatik. Namun, kali ini, ada sedikit perbedaan dalam gerak-geriknya. Langkah Daren terlihat tergesa-gesa, tatapannya enggan menyapa mata Ayesha saat dia melangkah ke dapur untuk menyambut kopi paginya.

“Hari ini, aku akan pergi lebih awal,” katanya diantar suara datar tanpa nada hangat yang biasanya memeluk telinga Ayesha, “ada rapat penting dengan tim sukses program baru,”

Ayesha menatapnya dari balik cangkir teh, alisnya sedikit terangkat, 

“Rapat lagi? sepertinya kau rapat terus-terusan minggu ini,”

Daren terdiam sejenak, menghela napas seolah sedang mencoba menahan kekesalannya,

“Ayesha, kau tahu seberapa sibuknya aku dengan program sosial akhir-akhir ini, proyek yang sangat penting menjadi batu loncatan bagiku, jadi aku perlu memastikan semua berjalan dengan lancar,”

Ayesha mengangguk, perlahan mencoba memahami keadaan, tetapi dalam hatinya merasa ada yang tak betul,

“Aku tau, tapi... aku cuma merasa kita semakin menjauh, hampir tak pernah bicara lagi, bahkan saat kita bersama, kau selalu memikirkan hal lain,”

Daren akhirnya menatap Ayesha, tetapi tatapan yang cepat dan dangkal,

“Aku juga tak punya pilihan, aku janji ini cuma sementara, begitu aku terpilih oleh AP, semuanya akan kembali normal, aku janji, bersabarlah sedikit,”

“Sabar?” Ayesha meletakkan cangkir dengan sedikit keras, menimbulkan suara risih yang membuat Daren melirik tajam, “Daren, aku mendukungmu sejak awal, aku mengorbankan waktuku, pekerjaanku, untuk membantumu, tapi jika kamu mau terus seperti ini, kapan punya waktu untuk kita?”

“Ayesha,” potong Daren dengan nada lebih tegas. “Aku sedang tidak ingin memperdebatkan ini sekarang, aku pergi dulu,” Dia meraih jaketnya dan berjalan menuju pintu tanpa menunggu jawaban. Sebelum dia benar-benar keluar, kepalanya sempat menoleh sebentar, “kita bicarakan ini nanti, oke?”

Ayesha pun tak menjawab. Dia hanya duduk diam, memandangi pintu yang sudah tertutup di belakang Daren. Ruangan itu sekarang terasa jauh lebih sunyi, seolah kepergiannya membawa serta semua kehangatan yang pernah ada. Ayesha menunduk, menyaksikan tangannya sendiri gemetar pelan. Dia tahu bahwa dia masih mencintai Daren, tetapi cinta itulah yang kian mulai terasa seperti beban menekan dadanya.

Hari itu, Ayesha berusaha bekerja di laboratorium agar pikirannya teralihkan. Dia mencoba kembali fokus ke tawon-tawon Vespa mandarinia yang menjadi subjek utama penelitiannya. Cahaya lampu neon di ruang laboratorium memantul dari kaca kandang serangga, menciptakan kilauan aneh di mata Ayesha. Dia mengamati habit dan gerakan tawon-tawon itu dengan intensitas yang hampir obsesif, mencatat setiap perubahan mereka.

“Kurasa mereka terlihat lebih agresif,” gumamnya sambil mencatat, “apa mungkin ini efek dari modifikasi genetik yang baru?”

Tetapi di tengah perhatiannya pada eksperimen, pikirannya terus kembali kepada Daren. Kilas ingatan tentang malam-malam ketika mereka dulu membicarakan tentang rencana masa depan mereka sampai larut, saat Daren menyentuh tangannya dan meyakinkannya bahwa mereka tak terpisahkan. Sekarang, kata-kata itu terasa hampa.

Apa yang berubah? 

Dan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?

Pikiran-pikiran itu semakin mengganggu ketika Ayesha mengambil ponsel, ia berniat menghubungi Daren. Namun, saat dia membuka daftar panggilan, matanya menangkap sesuatu yang aneh. Nama yang tidak dikenalnya muncul di riwayat panggilan Daren, dengan durasi panggilan cukup lama. Perasaan tidak nyaman mulai menjalar.

“Mungkin hanya teman kerja,” ujarnya meyakinkan diri sendiri.

Tetapi, perasaan curiga tak mudah diabaikan. Dia sadar bagaimana Daren semakin sering keluar malam untuk menghadiri acara-acara yang tidak pernah dia ceritakan secara rinci. Dia juga ingat bagaimana Daren semakin jarang membalas pesannya, selalu dengan alasan yang sama – sibuk. Semua ini mulai terasa seperti potongan teka-teki, dia takut perlahan membentuk gambaran yang tak pernah diinginkannya.

Saat malam datang, seperti belakangan Ayesha menunggu kepulangan dengan perasaan campur aduk. Dia duduk di sofa ruang tamu, mencoba membaca buku, tetapi pikiran kacaunya sulit untuk fokus. Pukul sebelas malam ketika akhirnya pintu terbuka, Daren masuk, tampak lelah, tetapi ada sesuatu lain dalam ekspresinya — sesuatu yang membuat Ayesha semakin curiga.

“Kau pulang terlambat,” kata Ayesha, mencoba menjaga nada suaranya tetap netral.

“Ada rapat tambahan,” jawab Daren singkat sambil melonggarkan dasinya.

Ayesha menutup bukunya dan menatap Daren serius,

“Daren, apa ada sesuatu yang tidak kau ceritakan padaku?”

Daren berhenti sejenak, matanya melirik ke arah Ayesha dengan tatapan waspada. “Apa maksudmu?”

“Aku merasa ada sesuatu yang kau sembunyikan,” kata Ayesha, suaranya yang netral kini mulai bergetar, “kau semakin jauh, Daren, kau tidak pernah lagi bicara padaku seperti dulu, aku cuma ingin tahu... apakah semua baik-baik saja di antara kita?”

Daren menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan tangan,

“Ayesha, aku sudah bilang, aku sibuk, proyek ini begitu memerlukan banyak perhatian, ini bukan hanya tentang kita, ini pencapaianku untuk sesuatu yang lebih besar.”

“Tapi aku terlibat dalam itu, bukan?” desak Ayesha, “aku memberikan dukungan selama ini, aku cuma mau tahu kalau aku masih menjadi bagian dari hidupmu, Daren.”

Daren menatap Ayesha dengan ekspresi sulit diartikan, lalu mengangguk pelan. “Tentu saja, Ayesha, kau selalu menjadi bagian penting dari hidupku, aku hanya butuh waktu untuk menyelesaikan ini semua,”

Ayesha mencoba tersenyum, tapi senyuman itu sengaja dipaksakan. Dalam hatinya, dia tahu ada sesuatu yang salah. Namun, dia memilih untuk tidak mengatakan apa-apa lagi malam itu. 

Ketika Daren pergi ke kamar, Ayesha tetap duduk di sofa, memandangi sekelilingnya yang terasa dingin dan asing. Bayangan kehangatan hubungan mereka dulu semakin terasa jauh, seperti mimpi yang perlahan memudar dan berubah menjadi kenyataan pahit.

Bab terkait

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   07. Pesan Cassandra

    Malam itu, hujan deras kembali mengguyur seisi kota. Ayesha duduk tenang di ruang tamu, mengerjakan laporan hasil penelitiannya sambil sesekali melirik ponsel yang tergeletak di meja. Daren masih belum menapakkan kaki di apartemen, meski sudah pukul sepuluh malam. Perasaan yang awalnya tenang berubah menjadi gelisah. Pikirannya tak berhenti berputar, menerka-nerka apa sekiranya yang menjadi penyebab keterlambatan Daren, tetapi malah kecurigaan yang semakin mencuat ke permukaan. Padahal sudah beberapa kali Ayesha mengubur perasaan itu.KlekkKetika akhirnya Daren masuk kembali pulang, jasnya basah kuyup diterjang hujan, tetapi senyumnya tetap tenang dan biasa saja,"Aku terlambat lagi, maaf ya Ayesha," katanya sambil melepas dasi dan menggantungkan jaket di dekat pintu.A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   08. Ketegangan

    Ketegangan begitu mewarnai suasana apartemen malam itu. Meski lampu ruangan menyala terang, tetapi tidak cukup agaknya mengusir kegelapan. Bukan kegelapan dalam artian sejati, tapi kegelapan yang menggantung di antara Ayesha dan Daren. Ayesha berdiri di ruang tamu, tubuhnya tegang dan nafas yang tersengal-sengal. Di tangannya, dia menggenggam ponsel saksi bisu perselingkuhan Daren. Tatapannya berubah tajam, menusuk langsung ke arah pria yang selama ini dia cintai. Daren, di sisi yang berlawanan, berdiri beberapa langkah, mencoba terlihat tenang, tetapi tangan yang perlahan bergerak ke arah dasi menunjukkan kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan.“Kita perlu bicara, sekarang juga,” suara Ayesha memecah keheningan. Suaranya meskipun tidak keras, tetapi penuh tekanan yang menggambarkan amarah yang dia coba tahan.Daren menatapnya dengan alis berkeru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   09. Keterpurukan

    Hari-hari setelah perdebatan dengan Daren itu berlalu dengan lambat, waktu seolah-olah sengaja mempermainkan Ayesha. Dia merasa bayangan dirinya terjebak dalam lingkaran pikiran infinity. Apartemen yang biasanya menjadi tempat perlindungan yang nyaman kini terasa seperti penjara. Dindingnya tampak lebih sempit, udara terasa berat dan setiap sudut ruangan seakan menyimpan kenangan berhantu.Ayesha menjadi lebih sering duduk sendirian di ruang tamu, menatap kosong ke arah jendela. Meskipun di luar, seisi kota sibuk bergerak dengan ritmenya yang normal, tetapi bagi Ayesha, bumi terasa berhenti berotasi. Kumpulan catatan dan data eksperimen di meja kerjanya sama sekali tak tersentuh selama berhari-hari. Bahkan tawon-tawon Vespa mandarinia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   10. Titik Balik

    Pagi datang menyapa lewat sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai apartemen Ayesha. Dalam beberapa minggu terakhir, dia tidak menutup tirai sepenuhnya. Yang dia lakukan hanya duduk di meja kerja, dikelilingi oleh barang-barang hasil eksperimennya yang telah lama dia abaikan. Sebuah dorongan kecil perlahan membuat tangannya mengambil sebuah buku catatan yang penuh dengan diagram dan data tentang proyek yang sedang dia kerjakan. Halaman-halaman itu seperti membuka kembali ingatannya pada seseorang yang dulu dia kenal — dirinya sendiri dengan versi penuh ambisi dan mimpi.Ayesha mulai membuka dari halaman pertama, membaca ulang kajiannya tentang Vespa mandarinia. Di sana tertuang hipotesis awalnya mengenai potensi tawon raksasa ini untuk bertahan dalam kondisi lingkungan ekstrim. Memorinya terulang kembal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   11. Tekad Balas Dendam

    Hujan lagi-lagi mengguyur deras Singapura malam itu, suara gemuruh yang memantul tercipta di jendela apartemen Ayesha. Dia duduk di meja kerjanya, tangannya terus bergerak memegangi pena di atas selembar kertas kosong. Wajahnya mengeras, meskipun dari manik matanya masih menyiratkan luka yang belum sepenuhnya sembuh. Di depannya, tumpukan dokumen dan laptop menjadi saksi dari malam-malam tanpa tidur yang telah dia lewati.“Aku harus melakukannya,” bisiknya pelan.Layar laptopnya menampilkan foto Daren di sebuah acara sosial. Pria itu berdiri tegak dengan senyum karismatik, para pendukung dan kolega politiknya mengelilinginya. Mungkin bagi orang lain, Daren merupakan gambaran sempurna dari seorang pemimpin masa depan, tetapi bagi Ayesha, dia tak ubah dari ambisi yang membutakan dan bayangan dari pengkhianatan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   12. Persaingan Politik

    Pagi itu, di ruang konferensi pusat organisasi nirlaba Daren dipenuhi kilau cahaya terang lampu neon. Di meja berbentuk oval besar, duduk para anggota timnya yang memasang ekspresi serius, sementara Daren berdiri di depan layar presentasi berpadu dengan setelan jasnya yang rapi, rambut tersisir sempurna, dan senyum kharismatik yang tak pernah pudar. Tetapi dibalik fasad itu, muncul ketegangan yang coba dia sembunyikan.“Angka survei di distrik selatan harus kita tingkatkan, mereka jelas-jelas mulai condong ke tokoh lain,” kata Daren sambil menunjuk histogram ungu di layar, suaranya tegas bersamaan dengan nada frustrasi yang samar, “jika tidak bertindak cepat, mereka bisa mengambil hati mayoritas sana,”Salah seorang anggota tim di meja oval, Victor, pria muda itu mengangguk. “Kami sedang merencanakan edukasi program sosial terbaru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   13. Pertemuan Awal dengan Alexei

    Malam itu, hujan deras kembali singgah, gemericik air yang tercipta di jalan-jalan berkilauan disentuh cahaya lampu neon. Ayesha mengatur langkahnya masuk ke dalam sebuah bar eksklusif ‘The Secret Mermaid’ di Raffles Place, tempat yang jarang dia kunjungi. Suasana di dalam bar terasa kontras dengan hujan di luar — hangat, tenang, romantis dan penuh dengan percakapan berbisik. Rambutnya yang biasanya terikat kini dibiarkan tergerai berpadu dengan gaun hitam sederhana, sehingga memberikan kesan santai namun tetap tegas.Kedatangan Ayesha telah ditunggu oleh seorang pria yang bersembunyi di kegelapan sudut ruangan. Pakaiannya rapi dengan rambut gelap tersisir ke belakang dan setelan jas hitamnya tampak seperti dirancang khusus untuk memberikan kesan aura yang berwibawa. Alexei Romanov, nama yang belum lama ini sering muncul dalam pencarian Ayesha, kini sosoknya nyata duduk di depan seg

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   14. Penawaran

    Keesokan paginya, Ayesha berdiam diri di apartemennya yang sunyi, jauh dari keramaian hiruk pikuk Singapura sesungguhnya.Rasanya pagi itu agak berbeda dari biasanya, lebih kelam meskipun matahari sudah eksis dan bergaya di luar jendela. Kartu nama Alexei Romanov tergeletak di meja depannya seperti sebuah undangan sekaligus hasutan untuk menyeberangi batas. Nama bos mafia itu tercetak dengan tinta hitam tebal di atas nomor telepon tanpa embel-embel lain, maksudnya seperti bachelor, master, doktor, profesor, Phd dan lain sebagainya. Sederhana, tetapi penuh kekuatan.Ayesha cukup memandangi kartu itu untuk dipenuhi perasaan bimbang. Hatinya tak pernah sepi berkonflik — persaingan antara rasa takut terhadap pria yang jelas-jelas tidak bersih dan dorongan untuk memanfaatkan kekuatannya demi menjatuhkan Daren. Dia tahu bahwa tidak bisa menganggap enteng keputusan ini. Menerima tawaran Alexei dan bekerja bersamanya berarti memasuki dunia yang berbahaya, penuh dengan risiko yang hampir mustah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   24. Konsekuensi Tidak Terduga

    Malam semakin larut di laboratorium bawah tanah, suasana sunyi terasa mencekam. Lampu neon yang bersinar redup memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding, memberikan kesan suram pada ruangan tersebut. Di sudut ruangan, Ayesha duduk di depan layar komputer yang berkedip-kedip dengan cepat, matanya meneliti data yang terus berganti. Mata tajamnya memindai setiap informasi yang muncul, mencari jawaban dari anomali yang mulai terjadi. Jari-jarinya bergerak dengan kecepatan tinggi, mengetik sederet kode dan perintah, mencoba menemukan pola dalam data yang tidak biasa ini.Di meja di depannya, ada beberapa kandang kaca berisi tawon Vespa mandarinia, yang bergerak dengan gelisah. Perilaku mereka aneh, tidak seperti biasanya. Tawon-tawon itu tidak hanya merespons perintah feromon dengan lebih lambat, tetapi beberapa di antara

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   23. Serangan Terkendali

    Malam itu, di sebuah gudang tua yang terletak jauh di perbatasan kota, Ayesha berdiri dengan tenang, matanya meneliti kandang kaca besar yang berada di tengah ruangan. Di dalamnya, puluhan Vespa mandarinia hasil modifikasi berkerumun, sesekali menggetarkan sayap mereka dengan suara mendengung yang nyaris menggetarkan dinding-dinding logam di sekitar mereka. Lampu di langit-langit hanya memberikan pencahayaan redup, menciptakan bayangan panjang di wajah Ayesha yang tampak lebih tajam dari biasanya.Di sudut lain ruangan, Alexei hanya duduk di kursi logam, satu kaki bertumpu pada lututnya sementara jemarinya memainkan pemantik api dengan santai. Di belakangnya, dua anak buahnya berdiri dengan ekspresi waspada. Mereka telah melihat banyak hal mengerikan dalam pekerjaan mereka, tetapi apa yang Ayesha bawa ke hadapan mereka m

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   22. Eksperimen Genetik Berbahaya

    Laboratorium rahasia yang disediakan Alexei terletak di sebuah bunker bawah tanah, tersembunyi di pinggiran kota Singapura. Dinding-dinding baja dingin memantulkan cahaya putih dari lampu-lampu neon di langit-langit, menciptakan suasana yang steril dan penuh ketegangan. Di tengah ruangan, berbagai alat laboratorium berteknologi tinggi memenuhi meja-meja panjang. Tabung-tabung reaksi berisi cairan berpendar hijau dan biru, serta inkubator yang menyimpan spesimen Vespa mandarinia yang telah dimodifikasi, berdengung dengan suara mesin yang stabil.Ayesha berdiri di depan layar komputer, tangannya bergerak cepat di atas keyboard. Di layar, tampak serangkaian kode genetik yang sedang dia sesuaikan. “Kita harus meningkatkan produksi neurotoksin alami mereka agar sengatan mereka menjadi lebih mematikan,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada siapa pun.Di sampingnya, seorang asisten laboratorium yang direkrut Alexei, seorang ahli bioteknologi muda bernama Marcus, menatap lay

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   21. Rencana Operasi Vespa

    Jauh di bawah tanah yang tersembunyi di jantung Singapura, sebuah laboratorium rahasia berdiri kokoh dengan suasana yang misterius dan berkelas. Di dalam ruang yang penuh dengan alat-alat canggih dan teknologi mutakhir, Ayesha berdiri di depan meja laboratorium yang dipenuhi berbagai peralatan seperti tabung reaksi yang berwarna-warni, mikroskop elektron yang mencermati objek dengan presisi tinggi, dan kandang-kandang kecil yang berisi koloni Vespa mandarinia hasil modifikasi awalnya. Cahaya redup dari lampu overhead memantulkan bayangan tajam di wajahnya, menciptakan kesan dingin dan penuh determinasi. Wajahnya yang cantik tetapi tegas menunjukkan fokus yang tinggi pada pekerjaannya.Di sisi lain ruangan, duduklah Alexei di kursi kulit hitam yang elegan, menyesap anggurnya dengan elegan. Tatapannya sulit ditebak, mencerminkan kecerdasan dan ketenangan yang menakutkan. Dia memandang Ayesha dengan ketertarikan yang tidak sepenuhnya disembunyikan, seolah-olah melihat lebih dalam ke dala

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   20. Misi Pertama

    Sebuah ruangan tampak gelap, hanya diterangi oleh cahaya redup dari lampu meja, dimana Ayesha berdiri dengan nafas dalam, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tak jauh di depannya, Alexei duduk dengan santainya di kursi yang terbungkus kulit hitam. Sebuah amplop berisi dokumen terselip di tangannya. Mata biru yang dingin menatap Ayesha penuh perhitungan.“Waktunya untuk langkah pertama,” ujar Alexei, suaranya terdengar tenang tetapi mengandung otoritas yang tidak terpecahkan.Dia melempar amplop itu ke atas meja, mendorongnya ke arah Ayesha,“Di dalam terdapat informasi tentang target pertama kita, bukan orang besar, tapi cukup penting sebagai pengirim pesan,”Ayesha menatap amplop itu tanpa bergerak. Tangannya sedikit berkeringat, meski

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   19. Kepercayaan

    Malam itu, Ayesha duduk di balkon apartemen Alexei, gemerlap lampu kota Singapura yang bersinar di bawah langit malam menjadi pemandangan sehari-hari. Angin berhembus pelan, membawa aroma hujan yang baru saja reda. Dia menggenggam secangkir kopi di tangannya, menikmati kehangatan yang menyebar di jemarinya. Tak jauh darinya, Alexei berdiri bersandar di pagar balkon, sebuah gelas anggur merah di tangan kanan.“Jadi, Anda benar-benar tidak merasa takut setelah apa yang terjadi tadi malam?” suara Alexei memecah keheningan.Ayesha menoleh, matanya yang tajam namun tenang terpancar,“Jika saya takut, saya tidak akan ada disini,” jawabnya datar.Alexei berbalik mengamati ekspresinya selama beberapa detik sebelum mengangguk kecil.

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   18. Ujian dari Alexei

    Ayesha malam itu dibawa ke sebuah lokasi terpencil di luar kota Singapura. Mobil hitam yang dikendarai salah satu anak buah Alexei melaju melewati jalan yang sepi, hanya samar-samar lampu jalan yang menerangi. Ayesha duduk terdiam di kursinya, kedua tangan bertaut di pangkuan, pikirannya penuh dengan spekulasi tentang apa yang akan terjadi.Mereka akhirnya berhenti di sebuah gudang tua yang tampak tidak terpakai, pintu mobil terbuka dan seorang pria bertubuh kekar menarik Ayesha keluar. Dia tidak melawan, hanya mengangkat dagunya dengan percaya diri saat Alexei keluar dari bayangan, mengenakan jas hitamnya yang khas. Matanya yang tajam menatap Ayesha, mencari tanda-tanda ketakutan.“Dr. Al-Farisi,” suara Alexei terdengar halus, namun ada ketegasan dingin di baliknya, “malam ini saya ingin menguji seberapa jauh Anda bisa bertahan, saya ingin me

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   17. Kemampuan Ayesha

    Tak seperti di malam sebelumnya, Ayesha berdiri di dalam Underground Laboratory – fasilitas yang disediakan oleh Alexei. Sederet peralatan canggih memenuhi ruangan tersebut, mulai dari tabung reaksi berisi cairan transparan hingga komputer yang dilengkapi automatic system pemantauan genetik mutakhir. Di tengah ruangan, puluhan tawon Vespa mandarinia yang telah dimodifikasi secara genetik tidak lagi mengendap di kotak-kotak kaca kecil melainkan di dalam kandang kubus besar dari kaca tebal. Pergerakan mereka cukup agresif di dalamnya, seperti menyadari insting bahwa mereka bukan lagi sekadar serangga biasa yang hidup di pegunungan.Alexei merangkak masuk dengan langkah tenang bin tegaknya, outfit jas hitam tampak sempurna seperti biasa. Matanya menyapu seisi ruangan, lalu berhenti di sisi Ayesha yang sibuk mengetikkan instruksi pada layar komputer,“Jadi Anda ingin menunjukkan kepada saya bahwa proyek ini benar-benar bernilai?” tanyanya dengan nada skeptis.Ayesha segan untuk menoleh, m

  • Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan   16. Kesepakatan Resmi

    Langit malam terlihat cerah kala itu dari jendela besar di ruang pertemuan eksklusif milik Alexei Romanov. Gedung pencakar langit membentuk siluet tajam di bawah sinar bulan, menciptakan suasana yang dingin dan tak tersentuh. Ayesha duduk di salah satu kursi kulit hitam yang mengelilingi meja panjang di tengah ruangan. Tangannya bertaut, matanya tajam menatap pria di hadapannya. Alexei berdiri di dekat jendela, membelakanginya, seperti sedang menikmati pemandangan kota yang dikuasainya.“Jadi,” suara Alexei akhirnya memecah keheningan, dia berbalik, sorot matanya yang biru tajam mengunci tatapan Ayesha, “anda sudah memikirkan semuanya, Dr. Al-Farisi? tidak ada jalan kembali setelah ini,”Ayesha menarik napas dalam-dalam. Dia tahu konsekuensi bergabung dengan Alexei berarti memasuki dunia yang gelap dan penuh risiko. Tetapi setelah semua

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status