Kinan disambut ramah oleh Mama Keanu di toko kuenya. Aroma vanila yang menyebar di seluruh ruangan membuatnya nyaman dan betah berlama-lama di sini. Keanu sudah bercerita tentang Kinan pada Mamanya. Namun, wanita paruh baya itu seperti masih penasaran dan ingin lebih mengenal Kinan.
Mama Keanu menyuruh Kinan duduk di ruangannya. Berjam-jam saat menunggu Mama Keanu datang tak membuat Kinan mengeluh. “Siapa namamu?” tanya wanita yang masih cantik di usianya yang tak muda itu pada Kinan.
“Nama saya Kinan ... Kinanti Putri. Maaf saya tidak bawa surat lamaran, Bu! Dokter Keanu menyuruh saya untuk langsung datang ke sini.”
Mama Keanu memberi senyum pada Kinan. “Iya nggak apa-apa kok. Kenalin nama saya Melinda.” Beliau mengulurkan tangannya pada Kinan.
Kinan mengangguk dan langsung membalas uluran tangan beliau. “Iya, Bu Melinda.
“Berapa usiamu, Nak?” tanya beliau dengan memiringkan kepala.
&ldq
Keesokan harinya Kinan sudah bersiap dengan semua baju yang ia tata rapi di tas ranselnya. Semalam Kinan berpikir panjang, jika ia masih berada di rumah ini, Kevin akan terus datang mengganggunya lagi.Pagi-pagi sekali gadis itu pergi dari rumahnya. Ia mengunci pintunya rapat dan berlari kecil menghentikan angkutan umum yang melintas di depannya.Kinan tak mengetahui, jika Kevin mengikutinya. Laki-laki itu terus memantau Kinan sejak matahari belum menampakkan sinarnya dari dalam mobilnya.Kevin menyipitkan mata melihat Kinan turun dari angkutan umum dan masuk ke dalam sebuah toko kue yang lumayan mewah di daerah sini. Laki-laki perlahan-lahan mengikuti Kinan masuk ke dalam, tapi setengah jalan, ponselnya berbunyi.Ia berdecak kesal melihat Papanya sudah menelepon. “Halo, Pa!” gerutunya.“Kamu tau, pagi ini ada meeting? Kenapa belum sampai di kantor?” gertak Papanya yang refleks membuat tangannya menjauhkan ponsel itu dari te
“Bu-kan siapa-siapa, Dok!” jawab Kinan dengan menggaruk hidungnya yang sebenarnya tak gatal. Keanu mengangguk dan mencebikkan bibirnya. Laki-laki itu kemudian melirik ke arah Kinan. “Jangan panggil aku seperti itu! Ini ‘kan bukan rumah sakit!” Kinan memundurkan kepala seraya mengerutkan kening menatap Keanu. “Oh, iya, Pak!” “Kok, Pak?” Wajah Keanu menjadi merengut seketika. “Apa aku setua itu?” Kinan terkekeh seketika, “Lalu, aku harus memanggilmu apa?” “Apa aja!” “Apa?” Kinan semakin mengerutkan keningnya dalam. “Kamu itu lebih tua dari aku, kamu juga anak dari bos tempat aku bekerja, masak iya aku panggilnya dengan nama. Lagi pula, kamu juga punya adik ‘kan, seusiaku?” Keanu menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas berwarna merah. Ia memutar sedikit tubuhnya dan menatap Kinan dengan lengan tangan di atas setir mobilnya. “Kok kamu tau?” “Bu Melinda yang cerita,” jawab singkat Kinan. Wajah Keanu menjadi masam. Mer
“Siapa dia, Kin?” tanya Tesa dengan berbisik di telinganya. Kinan hanya menatap temannya itu tak menjawab sepatah kata pun. Ia keluar dari toko dan menggandeng tangan Kevin untuk ikut dengannya.“Tau dari mana, aku kerja di sini?” tanya Kinan dengan bersungut.“Nggak penting, yang penting gue tau di mana lo sekarang,” jawab Kevin dengan mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Kinan refleks menjauhkan wajahnya.“Terus, mau kamu apa nyari aku sampai sini?” Kinan merengut kesal. Rasanya sia-sia ia berusaha kabur dari rumah untuk menghindari laki-laki itu.“Ya ... kali aja terjadi sesuatu sama lo.”Kinan mengerutkan kening tak mengerti ucapan Kevin. “Maksudmu apa?”“Ya bisa aja ‘kan, lo hamil.” Mata Kinan membola mendengar ucapan Kevin. Kevin merangkul bahunya dan berbisik, “Lo inget nggak, malam itu kita nggak pakai pengaman?”Gadis itu men
Hari ini tepat satu bulan Kinan bekerja di toko kue Bu Melinda. Hari ini juga, harusnya Kinan sudah datang bulan. Namun, tamu yang ditunggunya itu tak kunjung juga keluar. Bahkan, ia sudah telat satu minggu dari tanggal biasanya. Kinan merasa tak tenang, ia benar-benar stres memikirkan apakah dirinya hamil atau tidak?“Kinan, tolong bantu masukkan kue ini ke mobil itu, ya!” perintah Bu Melinda. Kinan mengangguk dan terburu-buru sehingga membuat beberapa kue terjatuh.“Astaga,” pekik Kinan yang membuat jantungnya semakin berdebar. “Maafkan saya, Bu!” ucapnya dengan penuh penyesalan sembari memunguti kue-kue yang jatuh itu.“Kamu sakit, Kinan?” tanya Bu Melinda.Kinan menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak,” jawabnya singkat. “Saya, akan mengganti kue yang jatuh ini, Bu!” lanjutnya kembali.“Sudahlah, tidak perlu. Wajahmu terlihat pucat. Istirahatlah dulu sana!”
Tiga bulan telah berlalu, kedekatan Keanu dan Kinan sudah tak menjadi rahasia umum lagi. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu sering datang ke toko kue hanya untuk mengobrol santai bersama Kinan. Bahkan Bu Melinda seperti tak melarang anak laki-lakinya itu berhubungan dengan karyawatinya dan mengetahui jika Keanu menaruh rasa pada Kinan. Namun, Keanu sepertinya masih malu-malu mengungkapkan perasaan saat dekat dengan gadis itu.Hari ini, sebelum ke rumah sakit, Keanu lagi-lagi mampir di toko kue. Seperti biasa, ia menggoda Kinan yang sibuk menata kue di etalase. “Nanti malam ada acara, nggak?” tanya Keanu.Kinan yang menunduk menata kue kemudian berdiri dan melipat kedua tangannya di atas etalase menanggapi Keanu. “Mau ngajak nonton lagi?”“Bosen, yang lain! Kamu tau ada bakmi enak di ujung jalan sini?”Kinan mengerutkan kening, tak biasanya Keanu mengajaknya makan di pinggir jalan. Bahkan bisa dibilang, laki-lak
Kevin terus mengerutkan wajahnya menatap Kinan. Ia menyipitkan mata ke arah perut langsing gadis itu. Kinan yang sadar akan tatapan tak wajar itu gugup dan langsung menutupi perutnya dengan tangan. “Lo, nggak hamil?” Kinan mengernyit mendengar pertanyaan Kevin. “Atau lo, jangan-jangan gugurin anak itu?” Gadis itu ternganga. “Apaan sih?” “Ngaku aja! Siapa laki-laki tadi? Dua kali gue lihat mobil itu nganter elo terus!” gertaknya yang membuat Kinan menjauhkan kepala. “Itu bukan urusanmu! Dan urusan kita udah selesai!” tegas Kinan dengan wajah geram. “Siapa bilang?” Kevin berjalan mendekatinya dengan mengangkat dagu. Kinan menggeser kakinya pelan ke belakang menghindari laki-laki itu. “Lo belum bayar utang lo yang empat jam itu!” Gadis itu melebarkan matanya. Ia menggelengkan kepala. “A-ku akan ngembaliin uang Mas Aldo!” ucapnya gugup. Ia mengigiti bibir bawahnya. Kartu ATM yang berisi uang transferan dari Aldo hilang entah ke mana. Yang
“Ya, kamu buat apa?” tanya Keanu dengan wajah geram. Kinan hanya meremas-remas tangannya, ia bahkan tak menjawab pertanyaan yang dilayangkan Keanu padanya. “Hei!” gertak Keanu yang membuat Kinan terlonjak.“Ya?” Gadis itu menoleh ke arahnya.“Malah ngelamun? Buat apa?”Kinan menggelengkan kepalanya cepat. Rasanya belum berani saja jika ia menceritakan kenyataan yang sebenarnya pada Keanu. Ia juga takut Keanu akan berpikiran lebih buruk dengannya.“Kak, kita mau ke mana?”“Kamu mau jalan ke mana?” tanya kembali Keanu.Kinan berpikir sejanak. Rasanya tak mungkin keadaan pikirannya yang kacau saat ini untuk jalan-jalan sekedar bersenang-senang. Ia harus mencari jalan keluar lepas dari ancaman Kevin.Gadis itu menipiskan bibirnya. “Kita ke rumahku ya, Kak!”Keanu mengerutkan kening dan memundurkan kepalanya menatap Kinan. “Ngapain?”
“Kok kamu ngegas sih, Kak?” teriak Kinan tak terima.“Gimana nggak ngegas, sekarang Mama maksa aku buat cepat-cepat nikah. Aku itu cuma dekat sama kamu. Yang Mama kenal wanita yang dekat aku itu cuma kamu sama Clara. Aku jelas nggak mau nikah sama dia!” tegas Keanu dengan merengut kesal pada gadis yang duduk di depannya itu.“Perawat di rumah sakit tempatmu bekerja ‘kan cantik-cantik, Kak! Apalagi dokter muda yang cewek-cewek itu, kamu bisa pilih sesuka hatimu. Mereka pasti nggak nolak!” usul Kinan.Keanu membuang wajahnya lalu menatap Kinan kembali. “Sekarang, kamu yang sering jalan sama aku aja nggak mau. Apa lagi mereka?” Keanu berdiri dan berpindah duduk di sofa ruang tamu.Kinan melihat nasi Padang Keanu yang masih terbungkus rapi ditinggal begitu saja. “Kamu nggak makan, Kak?” Keanu menggerutu tak jelas sembari melempar pandangannya ke teras rumah. “Aku bawa, buat makan nanti ka
Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke
“Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem
“Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A
Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c
“Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.
Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.
“Keanu?”“Ayo cepat, Kean! Air ketuban Kinan keluar terus!” Desakan Clara membuat Keanu bertambah gugup.“Ada apa ini?” Papa Kevin berjalan mendekati mobil Keanu.“Kinan harus segera dibawa ke rumah sakit, Pa!” Wajah khawatir tersirat jelas pada Papa Kevin. Tanpa berlama-lama Keanu masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Sang Papa.Perasaan tak enak terus mengganggu pikiran Kevin di kantor. Ia berusaha beberapa kali menelepon Kinan, tapi tak diangkat. Jelas saja, keadaan Kinan saat ini sedang tak baik-baik saja. Bahkan ponselnya pun terjatuh di lantai kamarnya.Diva dengan nekat menemui Kevin di depan kantornya. Kevin yang tengah berjalan cepat menuju tempat parkir tiba-tiba dihadang oleh wanita itu.“Vin, aku mau bicara serius!”“Ada apa lagi, sih?” Kevin terlihat risi
“Halo ... kamu lagi sibuk, Vin?” tanya Diva yang sedari meneleponnya, tapi dibiarkan saja oleh Kevin. Semenjak reuni empat bulan lalu, wanita itu terus mencoba menghubunginya. Obsesi memiliki Kevin sudah tertanam dalam di dalam hatinya sejak dulu. Tak peduli apa status Kevin sekarang, ia hanya ingin mewujudkan keinginannya.“Nggak, ada apa? Aku lagi baru pulang kerja.” Kevin berjalan keluar kamar. Ia selesai mandi dan melihat Kinan sudah memejamkan matanya.Laki-laki itu sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Diva. Tawaran untuk berselingkuh terus Kevin abaikan, ini membuatnya merasa bersalah pada Kinan yang kini tengah mengandung calon buah hatinya.Kinan membuka matanya lebar setelah Kevin keluar kamar. Ia tak sanggup menahan laju air mata setiap mendengar telepon dari wanita yang terus berusaha menggoda suaminya itu. Berusaha tetap baik-baik saja dan tak mengetahui apa dibalik semua in
“Aku janji akan membahagiakan kalian! Tanpa mengharap harta dari Papa. Percayalah, aku bisa, Kinan!” Kevin menyelipkan anak rambut Kinan ke telinga kiri dan kanannya.Kinan mengangguk pasrah dengan terus aktif bergerak naik turun memposisikan di pangkuan Kevin. Sementar Kevin mengeratkan pelukannya ke pinggang Kinan. Kinan juga menyesapi bibir suaminya itu dengan lembut. Rasa manis dari filter rokok yang dihisapnya sebenarnya masih terus membekas di bibir itu. Namun, ia seperti sudah terbiasa.Tatapan sendu penuh gairah ada dalam mata mereka. “Kamu janji, besok jangan dekati wanita-wanita masa lalumu!” Kinan menghentikan gerakannya yang membuat Kevin berdecak kesal.“Kan ada kamu. Kenapa pikiranmu buruk sekali? Mereka bukan masa laluku. Masa laluku kamu!” Kevin kembali menyatukan bibir mereka. Suara kecupan bibir dan rintihan tertahan yang menggema di seluruh sudut kamar semakin menamb