“Kok kamu ngegas sih, Kak?” teriak Kinan tak terima.
“Gimana nggak ngegas, sekarang Mama maksa aku buat cepat-cepat nikah. Aku itu cuma dekat sama kamu. Yang Mama kenal wanita yang dekat aku itu cuma kamu sama Clara. Aku jelas nggak mau nikah sama dia!” tegas Keanu dengan merengut kesal pada gadis yang duduk di depannya itu.
“Perawat di rumah sakit tempatmu bekerja ‘kan cantik-cantik, Kak! Apalagi dokter muda yang cewek-cewek itu, kamu bisa pilih sesuka hatimu. Mereka pasti nggak nolak!” usul Kinan.
Keanu membuang wajahnya lalu menatap Kinan kembali. “Sekarang, kamu yang sering jalan sama aku aja nggak mau. Apa lagi mereka?” Keanu berdiri dan berpindah duduk di sofa ruang tamu.
Kinan melihat nasi Padang Keanu yang masih terbungkus rapi ditinggal begitu saja. “Kamu nggak makan, Kak?” Keanu menggerutu tak jelas sembari melempar pandangannya ke teras rumah. “Aku bawa, buat makan nanti ka
Kinan ternganga mengetahui Keanu mengenal Kevin. Kevin masih saja terdiam menatap Keanu dengan wajah datar.“Kamu, kok kenal Kevin, Kak?” tanya Kinan penasaran.“Jadi, benar dia Kevin?” Wajah Keanu berubah semringah seketika saat Kinan mengangguk pelan. Keanu berlari dan memeluk Kevin erat. “Vin, bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Keanu dengan menepuk-nepuk bahunya. Kinan masih bingung dengan mereka.Kevin melepas paksa pelukan Keanu dan berusaha tak begitu menanggapinya. Keanu mengernyitkan dahi melihat reaksi Kevin padanya.“Gue baik-baik aja!” ucapnya datar.Keanu mencoba merangkulnya kembali. “Kamu tau dari mana, aku dan Mama ada di sini?”“Gue ke sini hanya ingin ketemu dengan Kinan!” jawab Kevin dengan ketus seolah tak memerdulikan pertanyaan Keanu.“Kamu mengenal Kinan? Atau, jangan-jangan Kinan yang memberitahu jika aku dan Mama tinggal di sini,&rdqu
“Maaf, Kak! Kepalaku lagi sakit,” keluh Kinan dengan memijat keningnya. Ia belum sanggup bercerita yang sebenarnya pada Keanu tentang masalahnya dengan Kevin.“Ya sudah, istirahatlah dulu! Tapi, aku mohon, jangan pergi dari sini Kinan?” Kinan mengangguk lemas. Keanu berjalan pergi meninggalkan kamarnya sembari terus menoleh ke arah Kinan.Sementara, Kevin terus melajukan kencang mobilnya. Suasana hatinya hancur. Ia sangat kecewa dengan kenyataan yang berada di depan mata, jika laki-laki yang dekat Kinan adalah Keanu kakak kandungnya sendiri.Ia juga tak tau harus percaya Papa atau Mamanya. Karena yang Kevin tau selama ini, Mamanya lah yang meninggalkannya tanpa mau menemuinya sama sekali.Kevin membanting pintu mobil sesampai di halaman rumahnya yang luas itu. Ia berlari kecil dengan wajah ditekuk menuju rumahnya.Saat membuka pintu, Papanya menyambutnya dengan wajah masam. “Dari mana saja kamu, Vin?” teriakan Pa
Pagi ini Kinan seperti tak bersemangat untuk menjalani harinya. Semalam ia bahkan hampir tak tidur memikirkan nasibnya malam ini ditangan Kevin. Pandangannya kosong saat memindahkan kue dari dapur dan memberikannya pada Tesa.“Kamu kenapa, Kin?” tanya Tesa yang membuatnya terlonjak.Kinan menggelengkan kepala. “Nggak apa-apa,” jawabnya pelan.“Kinan!” panggil Keanu yang datang pagi-pagi sekali ke toko kue.“Iya, Kak!”Keanu mendekat di etalase tempat Kinan dan Tesa menata kue. “Nanti malam nggak ada acara, ‘kan?”“Ya enggaklah, Dok!” sahut Tesa yang membuat Kinan mengerutkan kening.“Kita makan malam di luar, ya?”“Enak banget ditraktir makan mulu. Aku kapan?” Kinan menggelengkan kepalanya dengan wajah berkerut.“Aku nanti malam ada acara, Kak!”“Acara?” Gadis itu mengangguk. “Acara a
Kinan menoleh ke arah Kevin. “Ngomong dong dari tadi! Ini nasi gorengnya udah mau matang,” ucapnya dengan mengerutkan wajah. Kemudian Kinan membalik badan menghadap Kevin. Melihat Kevin tak ada reaksi hanya menatapnya saja, Kinan kembali melanjutkan memasaknya, ia menyunggingkan bibir dan menoleh ke belakang. “Atau ... mau aku buatin lagi!” “Kelamaan,” gertak Kevin yang seolah tau rencana Kinan. Laki-laki itu berjalan pelan mendekati Kinan lalu memeluk secara tiba-tiba gadis itu dari belakang. Kinan terlonjak dan kesulitan menelan saliva. “Kamu jangan macam-macam, Vin!” Gadis itu menunjukan pisau yang dipegang. “Jangan macam-macam gimana? Kita malam ini ‘kan emang mau macam-macam. Masak lo lupa?” Kevin mengambil pisau dari tangan Kinan dengan santai dan menaruhnya. Jantungnya berdetak tak biasa, gadis itu menggedikkan bahu geli dengan hembusan napas Kevin yang membuat lehernya merinding. “Lepasin, Vin! Aku lapar!” Kinan mencoba melepaskan kedua
Kinan mencium bibir Kevin secara tiba-tiba. Tanpa ada rasa canggung, gadis itu menarik tangan Kevin untuk meremas kuat dadanya sembari terus menikmati penyatuan bibir mereka.Permainan jari Kevin di bagian tubuh sensitifnya, membuat gadis itu tak mampu menahan lebih lama lagi. “Vin!” teriaknya dengan napas terengah.Kevin berdehem, sementara Kinan membusungkan dadanya. Rasanya tak mau terlalu lama mengulur waktu untuk terbang bersama laki-laki yang menjadi cinta pertama itu.Kevin melepaskan penyatuan bibir mereka dan memberikan kecupan di sekitar telinga dan leher gadis yang mendesah tak tertahan itu. “Suka?” bisik Kevin yang pasti membuat Kinan mengangguk antusias. “Tunggu sebentar!”Laki-laki itu tak mau rugi dengan malam ini. Ia sengaja merekam kebersamaannya bersama Kinan dengan ponsel yang sudah ia siapkan sebelumnya.Kinan terus memanggil-manggil nama Kevin. Menurutnya laki-laki itu terlalu lama meninggalk
Kinan menggeliat, tubuhnya terasa remuk. Entah berapa kali semalam ia mengalami pelepasan. Obat yang sengaja ditaruh Kevin di minumannya itu benar-benar membuatnya menjadi wanita liar.Ini sudah jam sembilan pagi. Namun, gadis itu hanya merintih dan enggan membuka matanya. Kenyamanan tempat tidur Kevin juga menambah ia untuk tak mau segera beranjak dari sini.Sementara Kevin menengadahkan kepalanya menikmati gemercik air shower di kamar mandinya. Ia tersenyum lebar penuh kemenangan atas semalam. Tak lama kemudian, laki-laki itu keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Ia terlihat segar dengan sisa tetesan air dari rambutnya. Kevin berjalan ke tempat tidurnya karena melihat Kinan yang seperti ingin membuka matanya, tapi begitu berat.“Masih mau lagi?” tanyanya dengan berjalan mendekat ke gadis yang kini sudah mulai membuka matanya itu.Kinan terlonjak dan duduk mencengkeram selimut untuk menutupi dadany
Kevin tak menjawab permintaan Kinan. Di kepalanya tersusun rencana besar yang akan ia lakukan dalam waktu dekat ini. Kevin menyalakan musik DJ dengan keras yang membuat Kinan tak tahan dan menutupi telinganya.“Pelanin dong, Vin! Gendang telingaku bisa pecah dengarnya,” teriak Kinan yang hanya dibalas senyuman manis olehnya. Kevin sama sekali tak peduli dengan kejengkelan Kinan selama di mobilnya. Ia lebih fokus menikmati perjalanan ini. Sementara Kinan terus menggerutu tak jelas dan mengerucutkan bibirnya.“Lihat itu!” Kevin menunjukkan klub tempat biasa ia menghabiskan malamnya. “Gue biasa di sana tiap malam!”“Itu bukan urusanku! Betapa menjijikannya dirimu, Vin! Sudah berapa wanita yang kamu tiduri di sana?” Kinan tiba-tiba mual dan pusing membayangkan. Ia memijat keningnya untuk mengurangi sakit kepalanya.“Cuma elo,” jawabnya singkat.Kinan membuang muka tak percaya. Itu sangat tidak
Tesa berjalan mendekati Kinan dan duduk di tepi tempat tidur bersamanya. “Aku nggak sejahat itu, Kin. Aku cuma penasaran apa yang terjadi padamu sebenarnya?”Kinan membuang wajahnya. “Ponselku di bajak sama Kevin! Dia yang mengubah foto profilku.”“Oh, namanya cowok itu Kevin. Memang benar ya, cowok itu adik dari dokter Keanu? Kita semua lihat waktu kalian berantem di depan toko,” tanya lirih Tesa.Kinan mengangguk. “Aku juga baru tau, Tes.”“Terus ngapain kamu semalam ...?” Tesa tak mampu melanjutkan pertanyaannya. Ia tak enak hati pada Kinan, tapi ia juga begitu penasaran.“Ya, aku semalam memang tidur sama dia.”“Apa?” teriak Tesa tak percaya.“Kamu dengerin penjelasanku dulu, Tes! Aku itu punya utang sama dia. Dan dia mengancamku, jika aku nggak mampu ngembaliin uang itu, aku harus melayaninya. Sumpah, Tes! Aku nggak seburuk yang kamu pikirka
Pagi ini, Kinan tersenyum puas melihat Kevin masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap di sampingnya. Ia memandang lekat suaminya itu dan merasa begitu bahagia bisa memiliki seutuhnya dan cintanya selama ini terbalas.Satu ciuman mendarat di pipi laki-laki yang dulunya terus membuat tersulut emosi itu. Hanya berbalutkan selimut tebal, Kinan kini menyibakkan penutup tubuhnya dan mulai memunguti lingerie di lantai yang ia kenakan semalam.Berjalan pelan ke kamar mandi karena perut bagian bawahnya terasa tak nyaman sekali. Semalam ia sampai lupa berapa kali mencapai puncak kenikmatan karena ulah suaminya itu.“Bangun!” Kinan menguncang tubuh Kevin. “Mama telepon, Khalo nyariin kita terus!”Kevin menggeliatkan tubuhnya. “Ini baru jam berapa, sih?” gerutunya.“Jam sepuluh! Ayo kita balik! Nggak enak sama Mama.”Ke
“Kita ajak Khalo jalan-jalan habis itu, kita titipin Mama sebentar, ya!” usul Kevin dengan wajah merengut saat bersiap akan menepati janji pada Khalo untuk membelikannya mainan pagi ini.“Nggak enak lah sama Mama, pasti Mama juga sibuk ngurusin toko kue.”“Waktu kita tinggal besok, Kinan! Malam ini kita harus pergunakan dengan baik. Kamu nggak tau rasanya sakit banget ini dari semalam nggak mau tidur.” Kevin mengarahkan mata ke celananya.“Terus kita mau lakuin di mana?”Kevin mendekati Kinan dengan menyunggingkan bibir atasnya. “Kamu mau di mana?”“Cari suasana beda lah! Masak di kamar terus?” Kinan mengerucutkan bibirnya.“Kita sewa hotel di puncak, ya?” usul Kevin.Kinan tersenyum malu mengiyakannya. “Kamu siapin keperluannya. Dan ... lingerie sem
“Papa!” teriak Khalo berlari memeluk Kevin yang tiga hari ini ke luar kota meninggalkannya. Sudah tiga tahun usia anak laki-laki mereka. Kebahagiaan terus menyelimuti walaupun sikap Kevin masih saja membuat Kinan geram.“Papa kangen banget sama kamu, sayang!” Kevin mencium putra itu berkali-kali.“Papa bawa oleh-oleh?” Dari sorotan mata anak itu berharap banyak. Namun, kali ini Kevin tak membawa apapun. Ingin cepat pulang membuatnya melupakan itu semua.“Besok aja kita jalan-jalan, ya! Nanti kamu bisa milih mainan sesuka hatimu!”“Ya nggak sesuka hati juga! Kamu ngajarin nggak bener,” sindir Kinan lirih yang membuat Kevin berdecak.“Ya udah, ayo kamu bobok! Ini udah malam.” Kevin menggendong Khalo ke kamarnya.Anak itu mengerucutkan bibirnya gemas sembari menggelengkan kepalanya. “A
Hari ini Kevin mengajak Kinan kembali ke rumah, sudah hampir dua minggu mereka tinggal di rumah Bu Melinda. Tak seperti sebelumnya, keadaan Kinan kini mulai membaik. Banyak terukir senyum di wajahnya. Kevin benar-benar memanjakan dan menghiburnya akhir-akhir ini.Laki-laki itu tiba-tiba saja mengarahkan mobilnya di rumah pemberian Sang Papa dulu. Kinan mengernyit heran, bukannya suaminya itu anti menerima pemberian dari Papanya?“Kenapa kita ke sini?” tanya Kinan.Kevin mematikan mesin mobilnya. “Kita akan tinggal kembali di sini! Kamu mau ‘kan?”Laki-laki itu keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu mobilnya. Asisten rumah tangga juga bersiap di depan membantu mereka membawa koper masuk dalam rumah.Di dalam rumah, kedatangan mereka disambut hangat oleh Papa Kevin. “Akhirnya kalian pulang juga. Papa sudah nggak sabar mau menimang c
“Ka-kamu mau apa?” tanya Kinan gugup karena Kevin mendekatinya setelah mengunci rapat pintu kamar. Laki-laki itu sudah menemukan cara untuk membantu istrinya lewat informasi dari internet yang ia baca.Kevin duduk dibelakang Kinan yang menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidur. Tiba-tiba mendekapnya erat dari belakang dan menciumi pipi lembut itu.“Aku mencintaimu,” bisiknya yang membuat Kinan bergidik geli. Ia mengernyit dengan sikap suaminya itu. “Buka kancing bajumu!”“Kamu mau apa, Vin? Aku baru melahirkan. Kenapa kamu nggak bisa menahannya?” Kinan menatap Kevin dengan raut wajah ketakutan.“Sini aku bantuin biar susumu keluar banyak!” Tanpa persetujuan Kinan, laki-laki itu membuka satu persatu kancing baju istrinya. “Keluarin dari bra!”“Kamu mau apa?” gertak Kinan tak terima.
Beberapa hari di rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan mereka pulang. Sikap dingin Kinan pada Kevin masih saja ditunjukan. Seberapa besar perhatian suaminya itu padanya tak membuat Kinan tersentuh. Ia merasa berada dititik rendahnya saat ini.“Kita tinggal di apartemen saja, ya?” Kevin menawarkan. Namun, Kinan menggelengkan kepalanya tak setuju.“Aku mau ke rumahku saja!” jawabnya lirih. Kevin mengangguk mengiyakan. Sebenarnya Bu Melinda menawarkan untuk sementara mereka tinggal di rumahnya sampai keadaan Kinan benar-benar pulih. Namun, tolakan yang selalu terdengar.Salah satu baby sitter disewa Bu Melinda untuk membantu Kinan dan tinggal di rumahnya. Rasanya tak tega melihat kedua anaknya itu kerepotan berjuang sendiri.Kinan berdiri terdiam di depan kaca riasnya. Melihat tubuhnya yang masih dipenuhi lemak, serta wajah yang tak terawat semakin membuatnya berkecil hati.
“Keanu?”“Ayo cepat, Kean! Air ketuban Kinan keluar terus!” Desakan Clara membuat Keanu bertambah gugup.“Ada apa ini?” Papa Kevin berjalan mendekati mobil Keanu.“Kinan harus segera dibawa ke rumah sakit, Pa!” Wajah khawatir tersirat jelas pada Papa Kevin. Tanpa berlama-lama Keanu masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Sang Papa.Perasaan tak enak terus mengganggu pikiran Kevin di kantor. Ia berusaha beberapa kali menelepon Kinan, tapi tak diangkat. Jelas saja, keadaan Kinan saat ini sedang tak baik-baik saja. Bahkan ponselnya pun terjatuh di lantai kamarnya.Diva dengan nekat menemui Kevin di depan kantornya. Kevin yang tengah berjalan cepat menuju tempat parkir tiba-tiba dihadang oleh wanita itu.“Vin, aku mau bicara serius!”“Ada apa lagi, sih?” Kevin terlihat risi
“Halo ... kamu lagi sibuk, Vin?” tanya Diva yang sedari meneleponnya, tapi dibiarkan saja oleh Kevin. Semenjak reuni empat bulan lalu, wanita itu terus mencoba menghubunginya. Obsesi memiliki Kevin sudah tertanam dalam di dalam hatinya sejak dulu. Tak peduli apa status Kevin sekarang, ia hanya ingin mewujudkan keinginannya.“Nggak, ada apa? Aku lagi baru pulang kerja.” Kevin berjalan keluar kamar. Ia selesai mandi dan melihat Kinan sudah memejamkan matanya.Laki-laki itu sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Diva. Tawaran untuk berselingkuh terus Kevin abaikan, ini membuatnya merasa bersalah pada Kinan yang kini tengah mengandung calon buah hatinya.Kinan membuka matanya lebar setelah Kevin keluar kamar. Ia tak sanggup menahan laju air mata setiap mendengar telepon dari wanita yang terus berusaha menggoda suaminya itu. Berusaha tetap baik-baik saja dan tak mengetahui apa dibalik semua in
“Aku janji akan membahagiakan kalian! Tanpa mengharap harta dari Papa. Percayalah, aku bisa, Kinan!” Kevin menyelipkan anak rambut Kinan ke telinga kiri dan kanannya.Kinan mengangguk pasrah dengan terus aktif bergerak naik turun memposisikan di pangkuan Kevin. Sementar Kevin mengeratkan pelukannya ke pinggang Kinan. Kinan juga menyesapi bibir suaminya itu dengan lembut. Rasa manis dari filter rokok yang dihisapnya sebenarnya masih terus membekas di bibir itu. Namun, ia seperti sudah terbiasa.Tatapan sendu penuh gairah ada dalam mata mereka. “Kamu janji, besok jangan dekati wanita-wanita masa lalumu!” Kinan menghentikan gerakannya yang membuat Kevin berdecak kesal.“Kan ada kamu. Kenapa pikiranmu buruk sekali? Mereka bukan masa laluku. Masa laluku kamu!” Kevin kembali menyatukan bibir mereka. Suara kecupan bibir dan rintihan tertahan yang menggema di seluruh sudut kamar semakin menamb