Jamie sebenarnya tak ingin berhadapan dengan Carden, tetapi ia perlu berterima kasih atas kejadian malam itu. Ia tak ingin suatu saat Carden memberi label pada dirinya sebagai orang tak tahu terima kasih.
Setelah mata kuliah selesai, ia berderap mengikuti Carden yang sudah lebih dulu keluar kelas. Alih-alih keluar menuju parkiran, dia justru berderap menuju bagian belakang kampus.
Jamie beberapa kali memanggilnya agar memperlambat langkah, tetapi Carden mengacuhkannya.
“Apa dia tuli?” gumam Jamie.
“Carden!” panggil Jamie memekik karena diabaikan.
Carden baru berhenti di koridor belakang. Sebuah koridor dengan jalanan agak panjang dan sepi.
Dinding koridor yang berbatasan dengan gedung kampus terbuat dari bebatuan putih dan pilar yang berjarak setiap tiga jendela kaca setinggi dua meter. Sedangkan di seberang dinding koridor hanya pilar-pilar sebagai pembatas antara koridor dan pekarangan belakang kampus yang di kelili
Setelah kejadian Jamie dan Carden di koridor belakang kampus. Ia tak lagi melihat trio roh telur mata sapi. Jika sebelum-sebelumnya Jamie sempat melihat mereka sejenak, kemudian mereka langsung menghilang. Tak dengan sekarang. Mereka sama sekali tak menampakkan sosok mereka.Begitu juga dengan Carden. Sudah satu minggu Carden juga tak menghadiri kelasnya. Sepertinya Carden tak akan datang kembali setelah Jamie mengetahui siapa dirinya.Kejadian hari itu, awalnya ia yakin Carden adalah vampire setelah menyentuhnya, tetapi perubahan Carden dalam penglihatannya membuat Jamie bergidik—ngeri. Ditambah, ia melihatnya secara langsung bagaimana Carden bisa berubah.Carden dapat membuka mulut selebar itu, kemudian seolah ada angin dari dalam mulutnya dan mengisap trio roh telur mata sapi ke dalam. Dia juga dapat menyentuh George dalam genggamannya. Jamie yakin, Carden memakan trio roh telur mata sapi.Yang paling menakutkan melihat perubahan Carden.
“Tidak. Anak itu mengerikan!” pekik Carden.Damien yang meminta pihak kampus mengganti kelas Carden menjadi daring sejak kejadian terakhir kali. Dia tentu saja tak mendatangi kampus, memalsukan tanda tangan Darick dan mengirim asisten mereka datang mengurus kuliah Carden atas nama Darick.Darick baru tahu Carden tak lagi kuliah di kampus. Dia pikir Carden masih libur kuliah, tetapi dia heran libur Carden terlalu lama dan akhirnya dia menanyakan pada Carden mengapa dia tak ke kampus.Jawaban Carden membuat Darick terkejut. “Apa? Kau tak ke kampus karena anak itu mengerikan?”“Kemampuan dia luar biasa. Kami menolongnya malam itu di klub malam dan balasannya yang kuterima malah hampir terbunuh!” Carden menggelengkan kepala. “Tidak, aku tak mau kembali ke kampus, Darick.”Carden tak lagi merajuk. Dia hanya tak ingin lagi pergi ke kampus atau berada di sekitar kampus. Dia tak ingin membahayakan dirinya dan
Kilas balik: Sesaat setelah perkelahian Carden dan Ben.Talon, Zaros dan Carden sedang berada di balkon belakang. Si kembar Cathains masih menenangkan Carden setelah perkelahiannya dengan Ben siang tadi.Carden masih sangat marah setiap mengingat ucapan Ben yang ia baca dari dalam kepalanya. Jika dia masih manusia, darah dalam tubuhnya akan mendidih-didih.Talon menyarankan untuk mencari Ben dan membaca pikirannya agar mereka dapat mendapat bukti kejahatan Ben, kemudian menyerahkan pada polisi.Elena tak sengaja menguping pembicaraan mereka yang membangkitkan masa lalunya. Dia berniat membantu Carden membalas Ben, si penjahat kelamin.“Ayo, balas dendam,” ajak Elena semangat. “Aku akan bantu kalian.”Talon, Zaros dan Carden menoleh bersamaan. Mereka terkejut melihat kedatangan Elena di belakang mereka dan menawarkan balas dendam.Dulu, Elena memiliki seorang kakak perempuan, Thana. Usia m
Kilas balik: Malam penghakiman.Memang Ben bukan pelaku di masa lalu Carden atau pelaku biadab pada Thana—kakak Elena, tetapi Ben pelaku kejahatan di masa kini.Mereka yang memiliki masa lalu menyedihkan, hidup berkepanjangan dihantui rasa bersalah dan kemarahan yang tak henti-henti. Rasanya tak rela melihat manusia seperti Ben berkeliaran.Ben masih memiliki kesempatan hidup layak dengan darah yang mengalir, air mata yang masih mengalir dan masih banyak hal lain yang tak lagi terjadi dalam hidup mereka, tetapi tega berbuat jahat dan biadab pada manusia lainnya.Mereka tak dapat membiarkan Ben dan temannya melakukan aksinya. Mereka akan melakukan yang perlu mereka lakukan dan biarkan Tuhan melakukan apa yang harus Dia lakukan.Bukankah manusia hidup atas kehendak Tuhan?Elena malam itu mengenakan gaun seksi yang baru dibelinya secara daring tadi. Sebuah gaun pendek berbahan renda dengan tali tipis. Bagian depan g
“Mungkin karena gaunnya sangaaattt … terbuka,” jawab teman lainnya terkekeh. “Tenang, nanti kita buat dia panas.”Mereka pun tergelak bersama. Suasana di dalam mobil menjadi gaduh karena suara mereka bercampur musik yang disetel kencang. Bau alkohol pun menyengat dari botol minuman yang mereka bawa di dalam mobil.Perjalanan mereka semakin jauh, tetapi tak menyadari dua mobil mengikuti jauh di belakang. Carden menghubungi Zaros yang berada di mobil depannya. Zaros menyalakan pengeras suara, jadi Talon dapat mendengar pembicaraannya dengan Carden.“Kamera jalanan?” tanya Carden.“Tenang, semua mati dari sini sampai Aylmer. Saat kalian di dalam tadi, Talon mengawasi di luar dan aku pergi membereskan itu semua.”“Thanks, Bro.”“Kita ambil alih di sini?” tanya Talon dari sebelah Zaros.Carden setuju dan mereka bertiga berhenti di pinggir jalan, turun d
Hari yang ditunggu telah tiba. Hari kelulusan Jamie di Universitas Trinity Toronto, Kanada. Upacara kelulusan akan diadakan siang hari di aula terbesar gedung kampus yang berada di lantai dasar. Sebuah ruang berbentuk lingkaran menyerupai teater yang akan digunakan untuk menampung lebih dari lima ratus mahasiswa mahasiswi. Upacara kelulusan juga akan digelar selama empat hari. Jamie beruntung mendapat tanggal upacara kelulusan yang sama dengan Leslie di bulan November. Walaupun langit terlihat mendung, tetapi tak membuat Jamie murung. Ia sudah sangat menantikan harinya sejak ujian terakhir diselenggarakan. Jamie sudah bangun sejak pagi dan pergi ke salon. Ia memakai gaun terbaiknya dibalik jubah hitam yang menjadi pakaian wajib mahasiswa mahasiswi yang akan menerima gelarnya. Ia sangat tak sabar dan terus menerus merengek agar Liam—ayahnya, segera berangkat dan membawa mereka ke kampus. “Jamie, ini masih dua jam lagi. Perjalanan ke kampusmu ta
Hari kelulusan Jamie dapat dikatakan berakhir dengan tak mulus. Kebahagiannya mendadak berubah menjadi ketakutan karena kehadiran Elena. Riasannya hancur dan gaunnya kotor. Jamie sangat, sangat, sangat kesal. “Mengapa dia harus datang di acara kelulusanku?” Jamie menggerutu dalam hati. Setelah Jamie beserta keluarganya sempat bersitegang dengan keluarga Cathains dan Elena, mereka keluar gedung kampus. Anna—ibunya, sedang membantu Jamie merapikan riasan serta membersihkan gaunnya ketika melihat keluarga Cathains dan Elena berderap meninggalkan gedung kampus menuju pelataran. Dua mobil SUV berwarna hitam sudah menunggu. Mereka semua masuk ke dalam mobil tersebut. Hanya Jamie dan keluarganya menatap dingin ke arah mereka. Sedangkan tamu undangan lainnya begitu terpukau dengan penampakan kelima laki-laki anggota keluarga Cathains dan Elena. Jamie baru menyadari satu hal. Napasnya tersekat di tenggorokan. “Jadi … laki-laki di malam Halloween juga … masih s
“Kalian pergilah lebih dulu. Aku akan menunggu Orson dan teman-temannya tiba,” pinta Darick pada Damien, Talon, Zaros, Carden dan Elena. Keluarga Cathains memiliki sebuah misi. Mengawasi sebuah keluarga dari sejak pertama kali Darick dan Damien berubah. Darick dan Damien berubah pun tak pernah dengan sengaja menjadikan manusia lain menjadi seperti mereka atau menjadikan anggota kelompoknya. Darick dan Damien hanya membantu mereka yang membutuhkan pertolongan bagi mereka yang belum ingin mati karena urusannya belum selesai. Setelah Darick dan Damien mengubah mereka, Darick dan Damien memberi waktu pada mereka untuk menyelesaikan urusannya masing-masing, kemudian memberi pilihan. Mati atau mengikutinya. Beberapa dari mereka memilih mati karena urusan mereka di dunia telah selesai, Darick dan Damien mengabulkannya, tetapi tak sedikit memilih mengikuti Darick dan Damien. Dengan begitu, mereka terikat perjanjian dan memiliki misi yang sama. ‘Ingat, kalian tak bole
Di tengah kecurigaan Jamie, dirinya teringat Darick pernah mengatakan Zaros memanipulasi pikiran seseorang di kantor pusat tempat dirinya bekerja agar melakukan perubahan pada data Jamie. Dengan begitu, Noir dan kelompoknya tak dapat menemukan keluarga Jamie. Jamie akhirnya mulai mencurigai Zaros. Ia juga berkali-kali melihat sosok Damien, Talon, Zaros, Carden, Gabriel dan Adam di sekitarnya, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang ingin menemuinya. Jamie menoleh pada Damien dengan tajam. “Apa kau pikir aku tak melihatmu dari jendela kamarku?!” ketusnya. “A-Aku … itu … hm, maaf, Jamie,” jawab Damien menyesal. Jamie menunjuk Talon, Zaros Carden dan Gabriel dengan mata berkaca-kaca. “Aku tahu Talon membersihkan apartemenku setiap datang! Aku tahu Gabriel dan Adam pernah mengunjungiku, tetapi kepergok oleh Josh, ‘kan?! Aku juga tahu Carden mengisap makhluk gaib di sekitarku! Aku tahu pasti yang membawa kalian berpindah pasti Zaros!” Talon, Zaros, Carden dan Gabriel gelagapan. “M-Maa
Adam mempersilakan mereka maju dan menghiraukan ucapannya karena dia akan bersembunyi di tempat persembunyiannya.“Apa dia minta mati kali ini?!” Darick menyeringai sadis.Darick melindungi kediaman itu dengan kekuatannya dan hanya manusia yang dapat masuk ke dalam kediaman itu. Sayangnya, Darick dan kelompoknya tak bisa membedakan aroma manusia yang satu dan lainnya. Jika manusia sudah masuk ke dalam kediaman yang Darick lindungi, tentunya manusia yang memiliki kekuatan bisa menggunakan kekuatan dalam kediaman itu.Darick juga melindungi pikiran dirinya dan kelompoknya dari kelompok lain. Oleh karena itu, hanya Darick dan kelompoknya yang bisa masuk ke dalam pikiran satu sama lain, seperti Carden yang selalu membaca pikirannya.Dan sekarang, ada manusia yang berani masuk ke dalam kediamannya bahkan memecahkan kaca kediaman itu. Tentu saja, Darick dan kelompoknya sudah mengetahui siapa yang berani melakukan itu berdasarkan pengalaman.Mereka melesat mencari asal kaca pecah yang ternya
Darick berdecak kesal. “Sudah aku bilang jangan menemui Jamie lagi! Dia sudah cukup sedih sekarang!” perintahnya.“Kalau dia belum melupakan kita, dia pasti senang bertemu dengan kita, Darick!” Carden membujuk Darick.“Tetapi masalahnya tak semudah itu, Carden!” desis Darick sembari menggertakkan giginya.Zaros menunduk dan mengakui kesalahannya. “Aku tak memanipulasi pikirannya karena tak ingin Jamie melupakan kenangan bersama kita!” Zaros membela diri.“Ya, bagus itu!” jawab Adam yang tiba-tiba kembali lagi setelah selesai merajuk dan tak sengaja menguping mereka.“Masalahnya … aku memanipulasi pikiran orang lain dan membuat seolah kejadian yang Jamie alami adalah mimpi,” ungkap Zaros.Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja Zaros ungkapkan. “Apa maksudmu?” tanya Damien, Talon, Carden dan Adam bersamaan.Zaros memang mendapat perintah
“Mengapa setega itu pada Jamie, Darick?” tanya Zaros sedih.“Salah siapa?” hardik Darick.Darick melihat Zaros hanya mengerucutkan bibirnya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu pengikutnya yang lain.“Halo, Darick,” sapa pengikutnya dari balik ponsel.“Earl, aku titipkan dia padamu,” tutur Darick.“Kau akan kembali sekarang? Kita tak jadi bertemu?” Earl sebenarnya tahu Darick datang bukan untuk menemui dirinya.“Maaf, aku harus segera kembali. Pastikan kau dan Kalen tak ketahuan olehnya, oke?” Darick memperingatkan Earl agar tak mengulang kesalahan seperti Damien dan Carden. “Dia sangat pintar mengenali vampire.”“Kau tak ingin berpamitan dulu dengannya? Aku sering melihat dia bersedih,” ungkap Earl membujuk Darick.Darick tersenyum tipis. “Tidak. Ini untuk kebaikannya juga. Penyihir itu pasti akan menja
Jamie menghela napas pasrah. Ia ingin menceritakan pada Josh yang sebenarnya terjadi. Namun, Jamie ragu sekaligus takut kalau sampai apa yang mereka katakan benar.Ia memilih menelan semua sendiri dan berusaha menganggap kejadian itu hanya mimpi, walaupun masih tak percaya itu hanya mimpi. Namun, sekeras apa pun dirinya mengelak, tak ada orang lain yang tahu kejadian itu selain dirinya, sekalipun Josh yang bersama dengannya saat kejadian.Satu yang pasti, itu bukan penglihatan karena Jamie sudah bisa membedakan mimpi biasa dan mimpi pertanda melalui penglihatan. Lagi pula, dalam penglihatan biasanya hanya kilasan kejadian yang akan terjadi dan tak sedetail yang dirinya alami.Jamie mulai menjalani aktivitasnya setelah cuti dan membiarkan kejadian itu menjadi misteri.“Jamie! Akhirnya kau kembali dari cuti!” sambut Mr Lewis.“Dasar tua bangka! Semua yang aku alami karenamu!” geram Jamie dalam hati.“Selamat pagi,
Jamie merasa sesak dan bersandar pada kursi meja makan. Lama-kelamaan tubuhnya terkulai lemas dan dirinya hampir terjatuh dari kursi. Leslie buru-buru menahan tubuh Jamie. “Ada apa, Jams? Jams! Jamie!” Jamie mendengar suara Leslie semakin lama semakin menghilang dan matanya mulai berkaca-kaca. “Apa yang terjadi? Apa itu benar-benar hanya mimpi?” batinnya. Leslie menampar pelan wajah Jamie. “Jams! Jamie!! Ya Tuhan, ada apa denganmu?!” Jamie terkesiap karena tamparan pelan dan suara memekakkan telinga yang berasal dari Leslie. Ia menoleh dan melihat raut wajah Leslie yang panik serta khawatir dengan dirinya. Jamie melihat Leslie sepanik itu saat dirinya hampir terjatuh dari kursi atau saat dirinya berteriak dari dalam kamarnya. Jadi, rasanya tak mungkin kalau memang dirinya baru kembali dari Roxbury setelah tak mengabari berhari-hari dan Leslie memasang raut wajah biasa saja. “Jadi, aku hanya bermimpi?” gumam Jamie lirih. “Sepertinya tid
Jamie kebingungan karena berada di dalam ruang gelap. Ia menoleh ke kanan dan kirinya, kemudian menyadari tadi dirinya tak menyalakan lampu karena langsung tertidur. “Apa sekarang sudah malam? Jadi aku tidur seharian?” gumam Jamie sendiri sembari bangkit dari tidurnya. Jamie merasa lapar yang luar biasa dan perutnya mulai mengeluarkan bunyi. Ia merasa heran karena biasanya Darick atau Adam yang membangunkan dirinya. “Aneh, biasanya Darick akan mengetuk pintu untuk membangunkan aku,” gumamnya lagi. “Apa dia terlalu lelah setelah pertempuran?” Jamie mendesis seraya memiringkan kepalanya. “Tapi … dia vampire. Apa vampire bisa lelah juga?” “Aku rasa Adam masih sibuk mengurus Gabriel,” gumamnya sambil meraba dinding untuk mencari sakelar lampu dekat pintu kamar. Jamie menyalakan lampu dan matanya membulat saat melihat ruangan di sekelilingnya. Ruangan itu tak lagi berdinding kayu dan tak ada jendela kayu besar yang tertutu
Zaros merasa ngeri dengan tatapan Jamie. Dia sudah menjadi vampire ratusan tahun, tetapi baru kali itu ada manusia yang menatapnya tajam sampai dia merasa takut.Zaros berderap ke belakang Darick. “Aku hanya disuruh, Jamie.”“Iya, tetapi … apa harus pakai penyadap?” tanya Jamie tak percaya. “Itu namanya … melanggar hak privasi!”“Kami tak menaruh di kamar mandi, Jamie,” ucap Carden setelah membaca pikiran Jamie. Dia tahu Jamie panik. “Lagi pula, penyadap tak seperti kamera CCTV.”“Kami juga hanya menaruhnya di ruang terbuka.” Damien menimpali Carden untuk menenangkan Jamie.Seperti biasa dan seperti yang semua orang tahu, mereka bagai ayah dan anak. Sekalipun Carden berbohong, Damien tak akan menyentuh tangannya untuk mendeteksi kebohongan Carden. Namun, dia dan Carden sekarang memang hanya mengatakan yang sejujurnya pada Jamie.“Bagaimana caranya kal
Zaros kembali membawa Gabriel dalam keadaan selamat, tetapi kurang sehat karena Gabriel terlihat pucat. Bukan karena Gabriel menjadi vampire, melainkan kedinginan. Pasalnya, suhu di Arlington, Vermont saat itu satu derajat celcius. Baik Arlington, maupun Roxbury, keduanya merupakan kota dengan kelembaban di atas sembilan puluh dua persen. Selama awal tahun rata-rata per bulan untuk hari kering hanya tiga sampai lima hari, hari berkabut tujuh sampai sembilan hari dan sisanya hari salju. Sinar matahari muncul hanya di hari-hari tertentu tak lebih dari lima jam. “Kau baik-baik saja, Gabriel?” tanya Jamie khawatir. Darick dan Damien hampir memarahi Zaros yang selalu ceroboh dan terburu-buru. Mereka paham Zaros pasti sangat ingin membantu pertempuran mereka dengan Noir dan kelompoknya semalam, tetapi khawatir juga Gabriel terkena hipotermia. Darick dan Damien mengurungkan niat untuk memarahi Zaros karena mereka juga salah. Mereka tak menyadari Gabriel tak