Share

Bab 14

Author: Celine
Kandidat lain.

Seolah disiram seember air dingin, tubuhku langsung membeku dari kepala hingga kaki.

Kedua kakiku pun terasa seberat timah, tak bisa digerakkan sama sekali.

Pada saat yang sama, wajah Zelda langsung membanjiri pikiranku tanpa bisa kucegah.

"Oh? Siapa orangnya?" tanya Tuan Johan.

"Lulusan baru jurusan bedah saraf," jawab Ardi, mantap. "Gadis kecil itu cukup cerdas."

Hening kembali menyelimuti ruangan.

Sementara hatiku, pelan-pelan tenggelam, seolah ditarik ke dasar lautan.

Gadis kecil.

Panggilan itu terasa terlalu akrab, terlalu intim.

Ardi, yang biasanya sangat berhati-hati dalam bicara, kini menyebut Zelda di depan ayahnya dengan nada bangga. Ardi jelas menyukainya.

Dia memang berbeda jika menyangkut perempuan itu.

"Baik, aku percaya penilaianmu."

Tuan Johan menutup percakapan dengan nada penuh kepercayaan pada putranya.

Pujian padaku yang hanya terucap satu menit lalu, tak sebanding dengan orang pilihan Ardi.

Aku perlahan menuruni tangga dan menyelinap ke kamar tamu.

S
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 15

    Di hadapanku, Ardi langsung mengangkat telepon.Suara lembut penuh semangat terdengar dari seberang, seorang gadis berseru riang, "Kak Ardi, temanku bilang dia melihat kamu di parkiran. Apakah benar itu kamu?"Jari-jarinya mengetuk ringan setir, nada bicaranya tenang, "Mm, benar aku.""Serius? Kejutan ini terlalu tiba-tiba."Mendengar itu, Ardi mendekatkan ponsel ke telinganya, seolah tak ingin melewatkan sepatah kata pun dari lawan bicaranya. Di sudut bibirnya, tergurat senyuman samar."Eh? Apa aku salah ngomong?" tanya Zelda ragu-ragu, suaranya mengandung sedikit rasa takut. "Jangan-jangan Kak Ardi memang lagi ada urusan di kampus?"Gadis itu masih muda, pikirannya yang polos pun tampak jelas. Bahkan cara dia mencoba memastikan juga begitu terang-terangan.Namun, Ardi tampak tidak terganggu. Dia malah mengganti topik, "Sudah makan belum?"Saat dia mengucapkan kalimat itu, sepasang mata phoenix-nya menyapu wajahku, lalu tubuhnya miring sedikit, condong ke arah pintu mobil.Mungkin dia

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 16

    Ya, aku diterima bekerja, tapi bukan di Departemen Bedah Saraf Mogowa, melainkan di Departemen Anestesi.Kabar gembira itu datang terlalu tiba-tiba, sesaat aku tidak tahu apakah harus merasa bersyukur atau menyesal.Siapa yang mengira, bahwa aku yang selalu meraih peringkat pertama dalam jurusan bedah saraf setiap tahun, akhirnya justru masuk ke Mogowa karena mata kuliah pilihan anestesiologi.Sementara nama Zelda, tertera jelas di bawah Departemen Bedah Saraf.Bersama dia, satu lagi lulusan magister dari Fakultas Kedokteran lain juga diterima.Dari dua kuota tersebut, tidak ada namaku."Kalau begitu, kita tetapkan saja, ya." Suara Nyonya Larasati di ujung telepon masih terus mengoceh, "Pertunjukan sebagus ini, kursi penontonnya harus penuh. Biar Ibu yang atur."Aku tentu tahu Nyonya Larasati tidak sekadar bercanda, segera aku menyela, "Jangan buru-buru, biarkan aku ... memikirkannya dulu."Nyonya Larasati menangkap keraguan dalam suaraku, nadanya langsung tidak senang, "Jangan-jangan

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 17

    Ternyata memang benar Ardi.Sesaat aku merasa ingin menangis sekaligus tertawa.Aku sangat mengenal watak suamiku ini. Dia menyukai ketenangan, dan tidak akan menghadiri acara apa pun kecuali sangat terpaksa. Selama tiga tahun aku menikah dengan Ardi, situasi seperti ini hanya terjadi satu dua kali saja. Tapi dalam waktu setengah bulan ini, Ardi sudah dua kali melanggar kebiasaan itu.Demi gadis muda polos dan ceria di hadapanku ini.Merayakan? Mengundang tamu? Lalu aku? Hanya pantas menyuguhkan teh dan air untuknya?Hati ini seperti disobek menjadi dua, separuh kecewa, separuh iri."Tak perlu," jawabku dengan nada pelan, "Aku sudah janjian dengan seseorang."Mendengarnya, Zelda menghela napas pelan dan berkata lembut, "Kalau begitu, lain kali kita janjian lagi ya, Kak."Melihat gadis itu melompat-lompat dan menghilang dari pandanganku, aku langsung membuka ponsel dan melirik jadwal jaga di layar kunci.Kalau aku tidak salah ingat, malam ini seharusnya giliran Ardi berjaga malam.Jadi,

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 18

    Setelah pulang, aku langsung mulai membereskan barang-barangku.Kupikir, daripada menunggu Ardi mengusirku keluar, lebih baik aku tahu diri lebih dulu.Saat koper hampir penuh, tiba-tiba terdengar suara dari ruang tamu. Dalam sekejap, sosok pria tinggi tegap muncul di ambang pintu kamar tidur.Ardi sudah pulang.Berbeda dari biasanya yang selalu tertata dan rapi, kali ini kerah kemejanya terbuka, dasinya terkulai longgar di lehernya. Cahaya lampu langit-langit menyinari tubuhnya, menciptakan kesan rapuh.Sangat tidak biasa.Setelah bertukar pandang sebentar, aku menutup koper dengan tenang, namun suara pria itu yang terdengar kesal menyusul, "Apa yang kamu ributkan?"Ribut?Aku mengulang kata itu dalam hati, dan tak bisa menahan diri untuk tertawa miris.Di saat seperti ini, dia masih ingin terus berpura-pura denganku?Aku menggenggam erat koperku, menahan perasaan tak nyaman di dada, dan pura-pura tenang berkata, "Tidak sedang ribut, toh perjanjian kita tinggal dua bulan lagi, jadi le

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 19

    Aku duduk berdampingan dengan Nyonya Larasati, berhadapan langsung dengan ibu mertuaku.Baru saja duduk, aku langsung menatap Nyonya Larasati dengan tatapan bertanya.Sambil menuang anggur, Nyonya Larasati menjawab, "Bukankah kamu baru saja diterima bekerja di Mogowa? Kabar baik seperti ini tentu harus dibagikan kepada besan."Setelah berbicara, dia menoleh ke ibu mertuaku. Matanya penuh kebanggaan dan rasa puas yang tak tersembunyi.Aku seharusnya sudah menduganya. Dengan sifat Nyonya Larasati, mana mungkin dia membiarkanku tetap diam dan tidak bertindak.Hanya saja, aku tak menyangka dia akan langsung mengundang ibu mertuaku ke pertemuan ini.Namun, ibu mertuaku yang sudah terbiasa menghadapi situasi besar hanya menunjukkan ekspresi tenang, lalu berkata, "Hanya seorang dokter magang di Departemen Anestesi. Apa yang patut dibatidakan?"Rupanya ibu mertua juga sudah mendengar kabar tersebut."Jangan bicara seperti itu, Besan." Nyonya Larasati mulai berbicara panjang lebar, "Raisa menga

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 20

    Menjual diri ... dengan harga tinggi?Aku menatap Ardi dengan tidak percaya. Sesaat, aku bahkan meragukan pendengaranku sendiri.Dia menggunakan kata "menjual".Nyonya Larasati juga tampak terkejut dengan ucapan Ardi. Dia membuka mulut, lalu menjelaskan dengan nada tertekan, "Bukan begitu, Ardi. Jangan salah paham. Ibu hanya memikirkan kalian. Lagi pula, Raisa selalu tulus padamu. Cara bicaramu bisa menyakiti hatinya."Wajah Ardi menghitam, dia kembali melirik daftar hadiah, lalu bersuara keras, "Daftar hadiah sedetail ini, kalian benar-benar sudah perhitungkan dengan matang, ya."Dia memakai kata "kalian".Yang dia maksud adalah aku dan Nyonya Larasati.Dalam hati Ardi, aku mengerahkan segala cara untuk menikah dengannya, dan seluruh Keluarga Larasati pun dianggap penuh perhitungan dan berusaha memanfaatkannya.Dulu setidaknya dia masih menjaga sopan santun, tapi sekarang dia berani menuduh ibuku sendiri di hadapanku.Lantas, apa arti keberadaanku di matanya?Rasa nyeri di dadaku beru

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 1

    Saat memotong kue tar, Zelda Hilmawan, adik kelasku yang satu jurusan denganku memberikan potongan kue pertama pada Ardi Wijaya yang datang tergesa-gesa.Bagaikan orang asing yang sama sekali tidak saling kenal, Ardi sama sekali tidak memperhatikan kehadiranku. Padahal aku ini Raisa Larasati, istrinya yang setiap malam tidur seranjang dengannya.Tiba-tiba suasana menjadi sedikit riuh, kemudian ada orang yang berseru dengan nada setengah bercanda, "Wah, Zelda, apa ini tandanya kamu mau umumin hubunganmu?"Gadis dengan rambut tersanggul itu tampak tersipu malu memandang pria di sampingnya. Dengan terbata-bata, dia berkata, "Kak Ardi jauh-jauh datang kemari, pasti capek 'kan?"Suara gadis itu terdengar begitu lembut, ditambah lesung pipi yang menghias di pipinya, tak heran kalau orang-orang menyayanginya.Ucapan gadis itu memang tidak salah, jarak waktu perjalanan dari Mogowa ke Fakultas Kedokteran hampir satu setengah jam. Kali ini pun, penampilan Ardi tampak begitu formal. Dia mengenaka

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 2

    Di tengah hiruk pikuk suara sorak gembira, aku meninggalkan tempat itu sebelum acara selesai.Saat sampai di rumah, hari sudah larut malam.Di luar jendela, hujan masih belum berhenti. Permukaan kaca jendela terlihat berlapis embun. Suasana seperti ini semakin terasa pilu, ada kesepian yang menyusup di relung hatiku.Rumah ini cukup luas, dari balkon dapat terlihat pemandangan tepi sungai yang indah. Lingkungan di sekeliling apartemen ini memang sudah yang terbaik, apalagi harga tanah di Nowa tidaklah murah. Rumah ini adalah rumah idaman banyak orang.Namun, di rumah yang semewah dan senyaman ini, hampir sepanjang tahun, hanya aku sendiri saja yang menghuninya.Perlahan-lahan jarum jam pun menunjukkan waktu sudah tengah malam. Aku tahu, malam ini Ardi juga tidak akan pulang.Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka.Aku melihat ke arah pintu dengan penasaran. Terlihat sosok seorang pria yang berjalan mendekat dengan langkah terhuyung.Ternyata Ardi habis minum.Saat lengannya yang

Latest chapter

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 20

    Menjual diri ... dengan harga tinggi?Aku menatap Ardi dengan tidak percaya. Sesaat, aku bahkan meragukan pendengaranku sendiri.Dia menggunakan kata "menjual".Nyonya Larasati juga tampak terkejut dengan ucapan Ardi. Dia membuka mulut, lalu menjelaskan dengan nada tertekan, "Bukan begitu, Ardi. Jangan salah paham. Ibu hanya memikirkan kalian. Lagi pula, Raisa selalu tulus padamu. Cara bicaramu bisa menyakiti hatinya."Wajah Ardi menghitam, dia kembali melirik daftar hadiah, lalu bersuara keras, "Daftar hadiah sedetail ini, kalian benar-benar sudah perhitungkan dengan matang, ya."Dia memakai kata "kalian".Yang dia maksud adalah aku dan Nyonya Larasati.Dalam hati Ardi, aku mengerahkan segala cara untuk menikah dengannya, dan seluruh Keluarga Larasati pun dianggap penuh perhitungan dan berusaha memanfaatkannya.Dulu setidaknya dia masih menjaga sopan santun, tapi sekarang dia berani menuduh ibuku sendiri di hadapanku.Lantas, apa arti keberadaanku di matanya?Rasa nyeri di dadaku beru

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 19

    Aku duduk berdampingan dengan Nyonya Larasati, berhadapan langsung dengan ibu mertuaku.Baru saja duduk, aku langsung menatap Nyonya Larasati dengan tatapan bertanya.Sambil menuang anggur, Nyonya Larasati menjawab, "Bukankah kamu baru saja diterima bekerja di Mogowa? Kabar baik seperti ini tentu harus dibagikan kepada besan."Setelah berbicara, dia menoleh ke ibu mertuaku. Matanya penuh kebanggaan dan rasa puas yang tak tersembunyi.Aku seharusnya sudah menduganya. Dengan sifat Nyonya Larasati, mana mungkin dia membiarkanku tetap diam dan tidak bertindak.Hanya saja, aku tak menyangka dia akan langsung mengundang ibu mertuaku ke pertemuan ini.Namun, ibu mertuaku yang sudah terbiasa menghadapi situasi besar hanya menunjukkan ekspresi tenang, lalu berkata, "Hanya seorang dokter magang di Departemen Anestesi. Apa yang patut dibatidakan?"Rupanya ibu mertua juga sudah mendengar kabar tersebut."Jangan bicara seperti itu, Besan." Nyonya Larasati mulai berbicara panjang lebar, "Raisa menga

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 18

    Setelah pulang, aku langsung mulai membereskan barang-barangku.Kupikir, daripada menunggu Ardi mengusirku keluar, lebih baik aku tahu diri lebih dulu.Saat koper hampir penuh, tiba-tiba terdengar suara dari ruang tamu. Dalam sekejap, sosok pria tinggi tegap muncul di ambang pintu kamar tidur.Ardi sudah pulang.Berbeda dari biasanya yang selalu tertata dan rapi, kali ini kerah kemejanya terbuka, dasinya terkulai longgar di lehernya. Cahaya lampu langit-langit menyinari tubuhnya, menciptakan kesan rapuh.Sangat tidak biasa.Setelah bertukar pandang sebentar, aku menutup koper dengan tenang, namun suara pria itu yang terdengar kesal menyusul, "Apa yang kamu ributkan?"Ribut?Aku mengulang kata itu dalam hati, dan tak bisa menahan diri untuk tertawa miris.Di saat seperti ini, dia masih ingin terus berpura-pura denganku?Aku menggenggam erat koperku, menahan perasaan tak nyaman di dada, dan pura-pura tenang berkata, "Tidak sedang ribut, toh perjanjian kita tinggal dua bulan lagi, jadi le

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 17

    Ternyata memang benar Ardi.Sesaat aku merasa ingin menangis sekaligus tertawa.Aku sangat mengenal watak suamiku ini. Dia menyukai ketenangan, dan tidak akan menghadiri acara apa pun kecuali sangat terpaksa. Selama tiga tahun aku menikah dengan Ardi, situasi seperti ini hanya terjadi satu dua kali saja. Tapi dalam waktu setengah bulan ini, Ardi sudah dua kali melanggar kebiasaan itu.Demi gadis muda polos dan ceria di hadapanku ini.Merayakan? Mengundang tamu? Lalu aku? Hanya pantas menyuguhkan teh dan air untuknya?Hati ini seperti disobek menjadi dua, separuh kecewa, separuh iri."Tak perlu," jawabku dengan nada pelan, "Aku sudah janjian dengan seseorang."Mendengarnya, Zelda menghela napas pelan dan berkata lembut, "Kalau begitu, lain kali kita janjian lagi ya, Kak."Melihat gadis itu melompat-lompat dan menghilang dari pandanganku, aku langsung membuka ponsel dan melirik jadwal jaga di layar kunci.Kalau aku tidak salah ingat, malam ini seharusnya giliran Ardi berjaga malam.Jadi,

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 16

    Ya, aku diterima bekerja, tapi bukan di Departemen Bedah Saraf Mogowa, melainkan di Departemen Anestesi.Kabar gembira itu datang terlalu tiba-tiba, sesaat aku tidak tahu apakah harus merasa bersyukur atau menyesal.Siapa yang mengira, bahwa aku yang selalu meraih peringkat pertama dalam jurusan bedah saraf setiap tahun, akhirnya justru masuk ke Mogowa karena mata kuliah pilihan anestesiologi.Sementara nama Zelda, tertera jelas di bawah Departemen Bedah Saraf.Bersama dia, satu lagi lulusan magister dari Fakultas Kedokteran lain juga diterima.Dari dua kuota tersebut, tidak ada namaku."Kalau begitu, kita tetapkan saja, ya." Suara Nyonya Larasati di ujung telepon masih terus mengoceh, "Pertunjukan sebagus ini, kursi penontonnya harus penuh. Biar Ibu yang atur."Aku tentu tahu Nyonya Larasati tidak sekadar bercanda, segera aku menyela, "Jangan buru-buru, biarkan aku ... memikirkannya dulu."Nyonya Larasati menangkap keraguan dalam suaraku, nadanya langsung tidak senang, "Jangan-jangan

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 15

    Di hadapanku, Ardi langsung mengangkat telepon.Suara lembut penuh semangat terdengar dari seberang, seorang gadis berseru riang, "Kak Ardi, temanku bilang dia melihat kamu di parkiran. Apakah benar itu kamu?"Jari-jarinya mengetuk ringan setir, nada bicaranya tenang, "Mm, benar aku.""Serius? Kejutan ini terlalu tiba-tiba."Mendengar itu, Ardi mendekatkan ponsel ke telinganya, seolah tak ingin melewatkan sepatah kata pun dari lawan bicaranya. Di sudut bibirnya, tergurat senyuman samar."Eh? Apa aku salah ngomong?" tanya Zelda ragu-ragu, suaranya mengandung sedikit rasa takut. "Jangan-jangan Kak Ardi memang lagi ada urusan di kampus?"Gadis itu masih muda, pikirannya yang polos pun tampak jelas. Bahkan cara dia mencoba memastikan juga begitu terang-terangan.Namun, Ardi tampak tidak terganggu. Dia malah mengganti topik, "Sudah makan belum?"Saat dia mengucapkan kalimat itu, sepasang mata phoenix-nya menyapu wajahku, lalu tubuhnya miring sedikit, condong ke arah pintu mobil.Mungkin dia

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 14

    Kandidat lain.Seolah disiram seember air dingin, tubuhku langsung membeku dari kepala hingga kaki.Kedua kakiku pun terasa seberat timah, tak bisa digerakkan sama sekali.Pada saat yang sama, wajah Zelda langsung membanjiri pikiranku tanpa bisa kucegah."Oh? Siapa orangnya?" tanya Tuan Johan."Lulusan baru jurusan bedah saraf," jawab Ardi, mantap. "Gadis kecil itu cukup cerdas."Hening kembali menyelimuti ruangan.Sementara hatiku, pelan-pelan tenggelam, seolah ditarik ke dasar lautan.Gadis kecil.Panggilan itu terasa terlalu akrab, terlalu intim.Ardi, yang biasanya sangat berhati-hati dalam bicara, kini menyebut Zelda di depan ayahnya dengan nada bangga. Ardi jelas menyukainya.Dia memang berbeda jika menyangkut perempuan itu."Baik, aku percaya penilaianmu."Tuan Johan menutup percakapan dengan nada penuh kepercayaan pada putranya.Pujian padaku yang hanya terucap satu menit lalu, tak sebanding dengan orang pilihan Ardi.Aku perlahan menuruni tangga dan menyelinap ke kamar tamu.S

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 13

    Begitu mendengar pertanyaanku, ekspresi Ardi langsung berubah serius.Tatapannya yang tajam menancap ke wajahku, mata itu menyimpan kegelapan yang sulit diterjemahkan.Aku membalas tatapannya tanpa gentar.Beberapa detik berlalu dalam diam, sampai akhirnya dia mengernyit dan mencibir. "Menurut Nona Raisa, apa alasan aku melakukan itu?"Dia mengerti maksud tersirat dari perkataanku.Kata-kata yang ingin kuucapkan terhenti di tenggorokan. Sebelum aku sempat menjawab, dia kembali melontarkan pertanyaan ini, "Jangan-jangan Nona Raisa berpikir menjadi dokter itu cukup hanya dengan berkutat dengan alat-alat laboratorium yang dingin itu?""Apa maksud Dokter Ardi?"Dengan tenang dia mengambil kunci mobil, lalu menjawab datar, "Seorang dokter yang bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah sosial di sekitarnya, apa pantas dipercaya untuk mengurus kesehatan pasiennya?"Dia sedang menyindir hubunganku yang buruk dengan Nyonya Larasati, yang menyebabkan keterlambatanku di wawancara pagi tadi.Meskipu

  • Aku Minta Diceraikan, Dia Malah Mewek-mewek   Bab 12

    Setelah dikhianati, aku melangkah keluar dari ruang wawancara tanpa menunjukkan sedikit pun emosi di wajah.Instingku berkata mungkin aku telah merusak peluangku untuk diterima.Langkah kakiku berat seperti tertimpa beban. Baru saja sampai di tikungan, suara lembut yang sangat kukenal langsung menyapa telingaku."Secara keseluruhan cukup lancar," ucap Zelda sambil memegang ponsel, nada bicaranya seolah sedang melapor pada seseorang yang penting. "Semua berkat catatan wawancara dari Kak Ardi."Begitu mata kami bertemu, dia buru-buru menutup telepon. Dengan langkah kecil yang anggun, dia menghampiriku dengan penuh gaya."Kak!" sapanya sambil memeluk mapnya seperti harta karun, senyum di wajahnya merekah. "Bagaimana wawancaranya?""Ada sedikit masalah," jawabku pelan."Tak apa-apa, Kak," balasnya lembut, mencoba menenangkan. "Para pewawancara semuanya tokoh besar, memang sulit untuk tampil sempurna."Sambil berbicara, dia mengulurkan tangannya, seolah ingin menyemangatiku. Namun tiba-tiba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status