"Jadi, Nyonya beneran hamil? Alhamdulillah. Saya ikut seneng dan bahagia mendengarnya, Nya. Akhirnya Nyonya akan punya keturunan juga. Ya, Allah. Seneng mendengarnya, Nya. Kesabaran Nyonya akhirnya dibalas Allah dengan kebaikan seperti ini," pekik Bi Intan dengan ekspresi bahagia yang sangat saat Mayang pulang kembali ke rumah dan mengabarkan soal kehamilannya pada asisten rumah tangga setianya itu.
Mayang tersenyum bahagia lalu memeluk sang bibi dengan haru biru.
"Makasih ya, Bi. Untung aja tadi Bibi udah ingetin saya buat cepet-cepet periksa ke dokter kandungan. Kalau nggak, mungkin sampai sekarang saya belum tahu kalau sedang hamil dan nggak jaga kesehatan. Makasih ya, Bi. Sudah ingatin saya," sahut Mayang terharu.
"Sama-sama, Nya. Walaupun sekarang hidup sendiri, saya pernah ngerasain hamil dan melahirkan. Dan tanda-tandanya seperti yang Nyonya alami beberapa hari ini sehingga saya yakin, Nyonya juga kemungkinan sedang mengandung. Oh ya, sudah berapa b
Purnomo menatap layar ponsel dalam genggamannya lalu mengernyitkan keningnya. Arga? Ah, ia baru ingat hari ini ada janji bertemu dengan rekan bisnisnya itu untuk membahas suatu pekerjaan yang sedang mereka kerjakan sama-sama. Mungkin lelaki itu menghubunginya perihal itu.Cepat digesernya tombol terima panggilan pada layar ponselnya lalu menyahut.[Ya, Pak Arga, gimana? Jadi kita ketemu makan siang ini?] tanya Purnomo.[Jadi, Pak. Bapak di mana sekarang? Saya otewe ke Resto Cempaka sekarang kalau Bapak sudah ready?][Hmm, gimana ya, Pak, sepertinya saya nggak bisa sekarang. Soalnya istri saya pagi tadi masuk rumah sakit dan langsung operasi, Pak. Sekarang sudah di kamar perawatan, tapi nggak ada yang nungguin karena lagi gak punya ART, Pak.] sahut Purnomo lagi.[Oh, kalau gitu lain kali saja ya, Pak. Tunggu Bapak ada waktu dulu baru kita ketemu lagi?][Hmm, kalau Bapak mampir sebentar ke rumah sakit ini nggak bisa ya, Pak? Saya butuh berkas
Hari ini Mila sudah boleh pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, Purnomo langsung menyuruhnya istirahat supaya lekas sembuh kembali seperti sedia kala.Di atas pembaringan, Mila membuka mulutnya."Mas, kita cari asisten rumah tangga baru ya, soalnya Bi Intan kan sudah ikut Mayang. Nggak mungkin kita nggak punya ART kan?" ujarnya saat Purnomo membantunya membaringkan tubuh di atas atas ranjang.Purnomo mengangguk."Ya, nanti mas carikan ART untuk bantu kamu di rumah," sahut laki-laki itu. Namun, Mila menggelengkan kepalanya. Ia berencana mencari asisten rumah tangga sendiri yang bisa diatur untuk menjalankan rencananya, melumpuhkan Purnomo diam-diam. Itu sebabnya ia ingin mencari ART sendiri."Nggak usah, Mas. Biar aku aja yang nyari. Kebetulan aku punya kenalan orang yang biasa kerja rumah tangga," tolak Mila."Tapi kamu masih sakit, gimana caranya mau jemput dia ke sini? Biar mas aja yang nyari.""Tapi, Mas ... aku sudah meng
"Yuni, kenapa luka mbak ya? Kok basah gini?" tanya Mila dengan nada panik sambil mengamati telapak tangan yang basah oleh cairan dari luka jahitan di bawah perutnya. Dada wanita itu berdegup kencang, takut sesuatu yang buruk menimpa dirinya."Mana, Mbak? Lukanya infeksi kali ya? Ini juga ada darahnya. Kok bisa sih, Mbak?" Yuni justru ikut panik. Dibukanya blouse Mila lalu menatap bingung pelapis jahitan yang terlihat basah dan sedikit berbau."Itu dia yang mbak tanya! Aduh ...! Perut mbak sakit banget lagi! Ambilkan handphone mbak, Yun! Mbak mau hubungi Mas Pur dulu!" teriak Mila pada Yuni.Yuni mengangguk lalu buru-buru mengambil ponsel Mila di atas lemari. Begitu menerima ponselnya, bergegas Mila menghubungi Purnomo.[Mas, jahitanku sakit dan berdarah! Nggak tahu kenapa. Anterin ke rumah sakit yuk cepat. Aku nggak tahan lagi ini!] seru Mila saat panggilan tersambung.[Lho, kok bisa? Oke, kalau gitu mas pulang cepat! Tunggu ya.] jawab Purnom
"Permisi, pasien darurat, Pak. Minta pertolongan segera," ujar Purnomo pada petugas yang berjaga di ruang Unit Gawat Darurat.Demikian juga Surya yang masuk ruangan dengan buru-buru dan menghampiri petugas yang sama."Pak, tolong ... klien saya tiba-tiba pingsan dan belum sadarkan diri sejak lima belas menit yang lalu."Mendapat laporan dua orang laki-laki yang sama-sama membawa pasien darurat dan butuh pertolongan segera, petugas tampak bingung. Namun, petugas itu kemudian segera menginstruksikan sejawatnya untuk sama-sama melakukan tindakan.Dua buah brankar kemudian didorong cepat menuju mobil di mana pasien berada.Mila yang sedang meringis kesakitan di jok depan mobil Purnomo dan Mayang yang ditidurkan di kursi tengah sambil dijaga oleh staf Surya langsung dipindahkan ke brankar dan didorong masuk ke ruang UGD.Purnomo yang tengah fokus pada kondisi Mila sama sekali tak mengenali Mayang yang terbaring tak sadarkan diri di atas brankar.
"Mana mas tahu itu anak siapa? Mayang kan sudah lama pergi dari rumah!" sahut Purnomo mengelak, pura-pura tak tertarik membahas soal pertemuan tak terduga mereka dengan sosok wanita yang pernah menghuni hidupnya itu yang lebih sebulan lalu pergi dari rumah. Padahal dalam hati lelaki itu gelisah dan ingin tahu bukan main.Ya, pertanyaan yang sama yang saat ini sepertinya tengah menggelitik benak Mila, anak siapa yang ada dalam kandungan Mayang itu?"Alah, Mas. Nggak usah pura-pura cuek dan nggak mau tahu begitu deh! Sekarang ini kamu pasti sedang mikir keras kan, yang ada di dalam rahim Mayang itu anak kamu atau bukan?" sergah Mila lagi dengan nada marah.Wanita itu memang merasa cemburu dan kesal bukan main. Di saat ia baru saja kehilangan rahimnya, Mayang yang selama ini dikabarkan mandul, justru katanya sedang berbadan dua. Siapa yang tidak keki dan iri hati?"Kok kamu jadi marah sama mas? Memangnya salah mas apa?" tanya Purnomo pura-pura tak mengerti m
Purnomo menghembuskan nafasnya begitu keluar dari ruang perawatan Mila. Benaknya masih terngiang ucapan istrinya itu soal Mayang.Tapi apa yang akan dilakukannya pada anak yang saat ini berada dalam kandungan mantan istrinya itu ya?Apa ia harus mengejar kembali mantan istrinya itu dan menafikan ketakutan Mila, sebab wanita itu sekarang tak bisa lagi memberinya keturunan karena telah kehilangan rahimnya?Purnomo mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu mencoba menghubungi nomor telepon Mayang, tetapi ternyata nomor telepon itu sudah tidak aktif. Begitu pun akun whatsapp mantan istrinya itu juga hanya centang satu saat ia berusaha mengirim pesan.Ah, ke mana ia harus mencari Mayang? Sudah dua bulan sejak kepergian perempuan itu, ia tak berusaha untuk mencari tahu sebab berpikir tak butuh lagi keberadaan perempuan itu.Namun, tern
"Saya Surya. Pengacara Ibu Mayang. Saya ke sini untuk mengecek kondisi Bu Mayang karena beliau klien saya. Jadi saya berhak memastikan kondisi kesehatan beliau karena beliau telah mempercayakan saya menangani kasus hukum yang saat ini sedang saya upayakan untuk menangani. Anda sendiri, ke sini mau apa? Di atas kertas, anda mungkin masih berstatus suami ibu Mayang, tetapi secara pribadi, Anda dan Bu Mayang mungkin sudah tidak bisa dikatakan suami istri lagi," sahut Surya sambil mengulurkan tangannya tetapi dengan kasar ditepis oleh Purnomo."Oh ya? Maksud, Anda? Pengacara? Ada apa dengan istri saya sampai harus menyewa jasa pengacara seperti Anda segala?" Purnomo makin bersikap ketus dan arogan."Hmm, begini. Jadi, Bu Mayang sudah menyerahkan perkaranya pada saya untuk ditangani. Dia ingin menggugat cerai Anda sebagai suaminya. Jadi, saya kira tidak usahlah bersikap pura-pura atau pun basa-basi lagi, Anda dan Bu Mayang mungkin tak lama lagi akan bertemu di pengadilan ag
"Kamu tahu Mila kehilangan rahimnya dan sedang sakit? Kamu tahu dari mana, May?" Purnomo memicingkan matanya."Nggak penting aku tahu dari mana! Yang jelas, aku nggak akan kembali lagi sama kamu, Mas. Jadi, silahkan pergi sekarang juga dari sini. Pergi!" seru Mayang dengan nada kalap."Oh, pasti kamu tahu dari lelaki ini bukan? Dia pengacara kamu sekaligus laki-laki yang membuat kamu berani minta cerai dari mas! Iya kan! Dengar, mas nggak akan pernah menceraikan kamu! Kecuali kamu bersedia menyerahkan bayi yang kamu kandung saat ini pada mas setelah dia lahir! Dengar itu, Mayang!" bentak Purnomo marah.Mayang pun membentak tak kalah marah."Apa? Menyerahkan bayi ini pada mas setelah dia lahir? Mas sudah gila? Tentu saja aku nggak akan menyerahkan bayi ini begitu saja sama mas. Nggak akan! Sekarang pergi mas dari rumah ini! Pergi!"Mayang keluar dari rumah lalu menghampiri sosok Purnomo dan mendorong tubuh lelaki itu supaya segera pergi tetapi
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (148)Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andin pun membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar Yuli dan Sri karena merasa perintahnya sudah sangat jelas dan tegas. Tak ada lagi alasan sedikit pun bagi Yuli untuk menolak perintahnya atau pun pura pura takut menghadap sebab Yuli bisa jadi lebih licik dari yang mereka bayangkan.Namun, Yuli yang memang tak mengira jika rencananya nyaris diambang kegagalan, spontan berusaha mengelak dengan terus berusaha pura pura tak tahu apa yang baru saja terjadi dan apa maksud perkataan Andin sebenarnya."Ma - maksud Mbak Andin apa? Saya orang suruhan? Suruhan siapa Mbak dan untuk apa?" tanya Yuli masih dengan ekspresi pura pura lugu.Mendengar pertanyaan itu, Andin kembali mengulas senyum tipis."Sudahlah Marni. Saya dan Mas Arga sudah tahu siapa kamu sebenarnya! Sri sudah cerita semuanya kalau kamu tak sesuai seperti apa yang kamu ceritakan pada kami kemarin. Apalagi sejak ngobrol sama kamu di taman belakan
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (147)Sementara itu mengetahui jika Sri ternyata telah tahu rahasia tentang dirinya dan membongkar rahasia itu pada Andin, Yuli pun seketika merasa kesal bukan main. Apalagi saat Heru menelponnya dan terang terangan mengatakan jika dirinya baru saja menghubungi anak anak karena tak sabar lagi ingin segera memiliki Andin kembali dengan cara menghancurkan rumah tangga mantan istrinya itu dengan suami barunya dengan menjadikan anak anak sebagai umpan untuk memaksa Andin bercerai dari Arga, Yuli pun makin merasa gundah.Ia merasa rencananya untuk diam diam mengacaukan keluarga kecil Arga dan Andin menjadi berjalan di luar skenario yang telah dia susun semula. Heru bukan saja bersikap seolah olah tak percaya pada kemampuannya untuk memisahkan Arga dengan Andin. Namun juga telah membuat kekacauan yang menjadikan dia jadi serba salah seperti sekarang ini.Sekarang Andin pasti menaruh rasa curiga padanya kalau dia sebenarnya bukanlah wanita yang diusir ole
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (146)Flashback ....Sebelumnya saat masuk ke dalam kamar, Sekar menemukan ponselnya berbunyi. Gadis kecil yang memang diberi mamanya hape sendiri itu lantas menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut.Ternyata nomor tersebut adalah nomor hape papa kandung mereka yakni Heru yang sebenarnya sudah lama memiliki nomor telepon kedua anak perempuannya tersebut tetapi baru berani menghubungi saat dirinya merasa tak sabar lagi ingin segera bisa memiliki Andin kembali dan dekat dengan kedua putrinya itu apapun aral yang terjadi. Heru merasa tak sabar lagi ingin cepat cepat mewujudkan keinginannya walaupun di rumah Arga dan Andin sekarang sudah ada Marni alias Yuli yang tengah membantunya mewujudkan cita citanya tersebut.Akan tetapi karena mendapatkan kabar dari Yuli yang mengatakan jika Andin sedang berbadan dua, menyebabkan Heru tak mampu lagi untuk menunggu lebih lama. Dia pun berusaha menghubungi kedua putrinya itu untuk menjalin kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (145)Mendengar perkataan Bi Hanun, refleks Andin dan Sri menoleh dengan kening mengernyit.Sekar menangis dan mengamuk? Yang benar saja? Apa penyebabnya?"Apa, Bi? Sekar nangis dan ngamuk ngamuk? Kok bisa?" tanya Andin dengan nada heran dan tak percaya karena seumur umur putrinya itu tak pernah berkelakuan seperti ini.Dia pun gegas berlari ke arah kamar anaknya tersebut. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Benar saja, di dalam kamar terlihat Sekar tengah menangis sesenggukan di atas tempat tidur sembari meremas remas bantal guling dan seprai yang sekarang keadaannya menjadi kacau berantakan.Selama ini tak pernah Andin melihat putrinya itu dalam keadaan demikian. Itu sebabnya wanita cantik itu sempat mematung di depan pintu sebelum akhirnya gegas memburu sosok Sekar yang tengah menangis di atas ranjang. Begitu pun Seruni yang terlihat sedih meski tak sampai menangis keras seperti Sekar."Sekar, kamu kenapa, Sayang? Kenapa nangis?" tanya Andin d
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (144)"Kamu yakin yang kamu lihat itu hape sama skincare, Sri? Kamu nggak salah lihat?" Andin masih mencoba untuk tidak mempercayai perkataan ART nya itu meski dia tahu Sri bukanlah tipe perempuan yang suka menebar fitnah dan kebohongan. Sri bukan gadis seperti itu walaupun gadis itu tegas dalam berbicara dan apa adanya.Sri menggelengkan kepalanya dengan yakin."Nggak, Bu. Saya yakin saya nggak salah lihat. Mbak Marni memang punya hape dan bawa skincare, Bu.""Terus tadi waktu Ibu ngantar Pak Arga di teras depan waktu Pak Arga mau berangkat ke kantor, Mbak Marni juga ngeliatin Pak Arga terus, Bu. Nggak meleng meleng.""Waktu saya ajak sarapan, Mbak Marni ternyata juga sudah tahu kalau nama bapak itu adalah Arga. Coba Ibu pikir, dari mana Mbak Marni tahu nama bapak adalah Arga sedangkan sebelumnya Mbak Marni belum pernah bertemu Bapak?""Wajar kan, Bu, kalau saya jadi curiga, Mbak Marni itu ada niat tersembunyi ke Ibu dan bapak? Ada tujuan yang Sri
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (143)"Kenapa, Bu? Kok Ibu diem aja? Ada masalah ya, Bu?" tanya Sri begitu melihat Andin masuk ke dapur dengan wajah terlihat muram.Sri memang sangat dekat dengan Andin sehingga berani bertanya seperti itu meskipun Andin notabene adalah majikannya.Andi mengulas senyum tipis lalu menghembuskan nafasnya."Tadi anak anak bicara sama Marni. Tapi setelah itu tingkah mereka jadi aneh, Sri. Sama Mas Arga nggak negur lagi. Saya 'kan jadi heran, Sri. Kenapa sikap mereka mendadak jadi aneh begitu," jawab Andin yang benar benar tak mengerti mengapa kedua putrinya itu hanya diam saja saat berpapasan dengan Papa sambung mereka barusan. Papa sambung yang selama ini sudah bersikap baik melebihi Papa kandung sendiri akan tetapi hari ini telah diacuhkan begitu saja oleh kedua putrinya itu."Hmm ... Marni lagi Marni lagi! Bukan apa apa sih, Bu, cuma ....apa Ibu nggak curiga, Mbak Marni mengaku susah karena diusir suaminya, tapi kok wajahnya cantik dan terawat sekal
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (142)"Tapi, Tante ... apa Mama mau kembali sama Papa lagi? Mereka kan sudah bercerai?" tanya Sekar dengan mimik ragu. Begitu pun Seruni. Wajah keduanya tampak bimbang dan tak menentu."Kalau kalian ingin ketemu Papa lagi dan ingin hidup bersama dengan Papa kalian lagi, maka jalan satu satunya hanyalah dengan membuat Papa Arga pergi dari rumah ini.""Kalau Papa Arga sudah pergi, maka Papa Heru akan kembali dengan Mama kalian lagi. Apa kalian nggak mau hal itu terjadi? Katanya kalian ingin ketemu Papa lagi? Cuma ini satu satunya cara supaya kalian bisa berkumpul lagi dengan Papa Heru.""Papa Arga 'kan hanya Papa tiri kalian. Sedangkan Papa Heru adalah papa kandung kalian. Masa kalian lebih memilih tinggal bersama Papa Arga dari pada dengan Papa Heru?" bujuk Yuli lagi."Tapi, Tan ... " Sekar dan Seruni ragu ragu."Kalian sayang sama Papa kalian kan? Ingat, Papa Heru adalah papa kandung kalian, sementara Papa Arga hanya papa tiri," tandas Yuli kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (141)"Hai, Sekar ... Seruni ... apa kabar?" tanya Yuli dengan nada ramah pada dua gadis kecil yang tengah bermain perosotan tersebut.Sekar menoleh lalu menatap heran saat melihat sosok Yuli yang tengah berjalan mendekati dia dan adiknya."Tante siapa? Kok tahu nama kita?" tanya Sekar dengan tidak mengerti, sebab baru kali ini dia bertemu Yuli tapi Yuli tahu namanya. Tentu saja benak gadis kecil itu merasa heran dan bertanya tanya.Ditanya seperti itu, sesaat Yuli kaget, tapi detik berikutnya cepat cepat dia meralat. Untung saja di dekat mereka saat ini tak ada Sri, Andin atau pun Bi Hanun, andai ada mereka juga pasti heran bagaimana bisa dia tahu nama dua gadis perempuan di depannya itu karena sebelumnya mereka belum pernah bertemu."Hmm ... Tante tahu dong dari Mama kalian dan Mbak Sri. Tapi itu nggak penting. Yang penting Tante membawa pesan penting dari seseorang untuk kalian. Kalian ingin tahu nggak?""Oh ya, sebelumnya kenalkan Tante ini Tant
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (140)"Emang boleh Mbak saya melihat lihat sekeliling sama Mbak Andin? Kalau boleh, saya maulah jalan jalan ke taman," jawab Yuli dengan wajah berbinar.Bagus juga dia keluar dari kamar ini untuk mencari celah dan kesempatan yang kiranya bisa digunakan untuk mewujudkan rencananya, merebut cinta Arga dan memisahkan laki laki itu dari Andin. Apalagi Heru sudah banyak memberinya uang untuk merusak rumah tangga mantan istrinya itu dengan suaminya agar bisa kembali lagi pada Andin. Hal ini membuat Yuli semakin semangat untuk mencari celah dan kesempatan guna mewujudkan niatnya itu."Ya boleh aja sih kalau Mbak mau," jawab Sri lagi merasa senang karena Yuli tampaknya bersedia keluar dari kamar supaya dia bisa segera menggeledah tempat tidur perempuan itu.Itu sebabnya Sri tersenyum lebar saat Yuli menganggukkan kepalanya dengan gembira lalu segera keluar dari kamar setelah mendapat izin darinya.Segera setelah Yuli keluar dari kamar, Sri membuka dan meng