"Saya Surya. Pengacara Ibu Mayang. Saya ke sini untuk mengecek kondisi Bu Mayang karena beliau klien saya. Jadi saya berhak memastikan kondisi kesehatan beliau karena beliau telah mempercayakan saya menangani kasus hukum yang saat ini sedang saya upayakan untuk menangani. Anda sendiri, ke sini mau apa? Di atas kertas, anda mungkin masih berstatus suami ibu Mayang, tetapi secara pribadi, Anda dan Bu Mayang mungkin sudah tidak bisa dikatakan suami istri lagi," sahut Surya sambil mengulurkan tangannya tetapi dengan kasar ditepis oleh Purnomo."Oh ya? Maksud, Anda? Pengacara? Ada apa dengan istri saya sampai harus menyewa jasa pengacara seperti Anda segala?" Purnomo makin bersikap ketus dan arogan."Hmm, begini. Jadi, Bu Mayang sudah menyerahkan perkaranya pada saya untuk ditangani. Dia ingin menggugat cerai Anda sebagai suaminya. Jadi, saya kira tidak usahlah bersikap pura-pura atau pun basa-basi lagi, Anda dan Bu Mayang mungkin tak lama lagi akan bertemu di pengadilan ag
"Kamu tahu Mila kehilangan rahimnya dan sedang sakit? Kamu tahu dari mana, May?" Purnomo memicingkan matanya."Nggak penting aku tahu dari mana! Yang jelas, aku nggak akan kembali lagi sama kamu, Mas. Jadi, silahkan pergi sekarang juga dari sini. Pergi!" seru Mayang dengan nada kalap."Oh, pasti kamu tahu dari lelaki ini bukan? Dia pengacara kamu sekaligus laki-laki yang membuat kamu berani minta cerai dari mas! Iya kan! Dengar, mas nggak akan pernah menceraikan kamu! Kecuali kamu bersedia menyerahkan bayi yang kamu kandung saat ini pada mas setelah dia lahir! Dengar itu, Mayang!" bentak Purnomo marah.Mayang pun membentak tak kalah marah."Apa? Menyerahkan bayi ini pada mas setelah dia lahir? Mas sudah gila? Tentu saja aku nggak akan menyerahkan bayi ini begitu saja sama mas. Nggak akan! Sekarang pergi mas dari rumah ini! Pergi!"Mayang keluar dari rumah lalu menghampiri sosok Purnomo dan mendorong tubuh lelaki itu supaya segera pergi tetapi
"Mas, kamu dari mana? Kok lesu gitu?" tanya Mila saat Purnomo kembali ke rumah sakit. Dilihatnya suaminya itu menekuk muka, membuatnya penasaran."Nggak papa. Ada masalah pekerjaan aja di kantor tadi," sahut Purnomo berusaha menutupi kegundahannya akibat kejadian bersama Mayang tadi di mana pada akhirnya mantan istrinya itu mengalami keguguran yang menyebabkan harapannya untuk punya anak dari benihnya sendiri pun menjadi gagal."Kenapa? Ada masalah apa?" Mila masih merasa penasaran.Purnomo menggelengkan kepalanya."Nggak. Udah selesai kok. Nggak usah dipikirin. Oh ya kamu kapan boleh pulang sama dokter? Sudah tiga hari lho kita di rumah sakit," jawab laki-laki itu lagi mengalihkan pembicaraan.Purnomo memang sedikit bertanya-tanya, kenapa sudah tiga hari berada di ruang perawatan ini tapi belum ada juga kabar dari dokter kapan mereka boleh pulang.Ia sudah mulai bosan harus tidur di ruang perawatan rumah sakit ini. Ia ingin tidur di rumah d
Yuni mendekati sosok Purnomo lalu membelai kepala laki-laki yang tengah memejamkan mata itu tanpa menyadari Purnomo masih setengah sadar dan membuka matanya lalu menatap wajah Yuni yang terpampang di hadapannya dengan perasaan bingung dan bertanya-tanya. Apalagi saat merasakan belaian tangan ART itu di kepalanya."Yuni? Kamu ngapain?" Purnomo membuka suaranya.Yuni yang baru menyadari perbuatannya ternyata diketahui Purnomo dan tidak menyangka jika laki-laki itu ternyata masih belum tertidur, menghentikan gerakannya lalu bersurut perlahan."Ma-maaf, Pak. Sa-saya tidak sengaja," ujarnya sambil menarik tangannya dari genggaman tangan Purnomo tetapi lelaki itu tak mau melepaskan, justru menahan dan kemudian menarik tangan gadis itu makin dekat hingga tubuh mereka menjadi tak berjarak.Sekarang gantian Yuni yang bingung. Taoi sebenarnya tidak benar-benar bingung karena gadis itu telah lama menunggu kesempatan seperti ini, Purnomo merespon perlakuannya.
"Mas? Ini aku, Mila, Yun! Kamu manggil mas Purnomo dengan panggilan mas? Sejak kapan? Bukannya biasanya kamu manggil Bapak?!" tanya Mila dengan nada marah dan curiga saat telah berhasil meredakan rasa kagetnya pada Yuni yang barusan memanggil Purnomo dengan panggilan 'mas'.Di depannya, Purnomo menegakkan kepalanya dan mengernyit kaget saat mendengar perkataan Mila pada Yuni. Apa barusan Yuni telah menyapanya dengan panggilan 'mas' sehingga membuat Mila semakin menaruh rasa curiga? Ah, gawat kalau begitu, bisa marah dan mengamuk habis-habisan setelah ini kalau istrinya itu sampai tahu hubungannya dengan Yuni saat ini.Bukan apa-apa, ia hanya tak mau ribut dengan Mila sekarang. Nanti saja kalau ia sudah siap dengan keributan yang jauh lebih besar lagi saat ia akan meminta izin untuk menikah lagi pada istrinya itu. Sekarang ia ingin tenang dulu karena Mila juga baru saja menjalani operasi."Eh, oh ini Mbak Mila ya? Maaf mbak, aku kira tadi mas ... eh Pak Purnomo.
"Kamu diam aja dan patuhi saja semua perintahku supaya selamat, Mila. Mas pria bebas dan masih sangat merindukan keturunan. Kamu bisa mengerti maksud mas bukan? Sebenarnya mas tidak ingin membicarakan hal ini secepat ini, tapi kamu terus memaksa. Jadi ... apa daya. Mas terpaksa mengatakan ini semua sama kamu supaya kamu tahu. Mas akan mencari ibu baru untuk anak-anak mas! Dan perempuan itu bisa saja Yuni atau pun perempuan lainnya!" ucap Purnomo tegas tanpa keraguan sedikitpun sambil menatap Mila dengan tatapan tajam.Mendengar kalimat yang keluar dari mulut lelaki di depannya itu, Mila menggigit bibir. Jantungnya bergolak tak karuan. Pengakuan Purnomo telah sukses membuat hatinya terkoyak.Ia tak mengira rasa cinta lelaki itu padanya ternyata hanya sebatas memperoleh keturunan saja. Saat ia tak mendapatkan itu darinya, saat itu juga Purnomo berpaling darinya. Semudah itu.Padahal selama ini ia mengira Purnomo cinta mati padanya dan bersedia melakuka
"Suster, tolong! Istri saya mau melahirkan!" ujar Arga panik sambil memanggil perawat berbaju putih-putih yang tengah berada di unit instalasi gawat darurat."Oh, istrinya di mana, Pak? HPL-nya kapan?" Suster yang tengah berjaga di ruangan itu menanggapi dengan sigap."HPL-nya sebenarnya masih bulan depan, Sus. Tapi nggak tahu kenapa, barusan istri saya mengalami kontraksi hebat," terang Arga."Oh, apa ada kemungkinan prematur ya? Baik, Bapak tenang dulu. Sekarang ibunya di mana? Kita akan bawa masuk untuk diperiksa ya, Pak." Suster itu kemudian meminta rekan sejawatnya untuk menyiapkan brankar dan memindahkan pasien dari mobil ke ruang IGD.Andin yang sudah kesakitan dan sudah mengeluarkan cairan ketuban dari dalam rahimnya berkali-kali mengeluh kesakitan. Baru kali ini ia mengalami hal seperti ini, melahirkan sebelum cukup bulannya. Namun, sepertinya itulah yang akan terjadi.Wanita itu kemudian dengan cepat dipindahkan ke ruang kebidanan karena
"Pak Arga!" Purnomo memanggil. Diulanginya lagi sampai sosok Arga menoleh dan mengernyitkan keningnya saat melihatnya berada di rumah sakit yang sama."Pak Purnomo? Siapa yang sakit?" tanya Arga sambil mendekati Purnomo dan tersenyum sambil mengulurkan tangannya memberi salam."Istri saya. Kemarin jahitan bekas operasi pengangkatan rahimnya bermasalah jadi kemarin ini dijahit lagi. Bapak sendiri siapa yang sakit?" tanya Purnomo."Istri saya, Pak.. Kemarin habis melahirkan," sahut Arga sambil tersenyum bahagia."Oh, sudah melahirkan istrinya ya, Pak? Wah ... wah ... wah selamat ya. Apa jenis kelaminnya, Pak Arga?" Purnomo ikut gembira."Laki-laki, Pak. Alhamdulillah, sesuai keinginan kakak-kakaknya," sahut Arga lagi."Kakak-kakaknya?"Arga mengangguk. "Kakaknya 'kan dua orang perempuan. Jadi, mereka ingin punya adik laki-laki. Alhamdulillah dikabulkan Tuhan, Pak Pur.""Oh." Purnomo manggut-manggut. "Kalau begitu, sekali lagi sel
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (148)Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andin pun membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar Yuli dan Sri karena merasa perintahnya sudah sangat jelas dan tegas. Tak ada lagi alasan sedikit pun bagi Yuli untuk menolak perintahnya atau pun pura pura takut menghadap sebab Yuli bisa jadi lebih licik dari yang mereka bayangkan.Namun, Yuli yang memang tak mengira jika rencananya nyaris diambang kegagalan, spontan berusaha mengelak dengan terus berusaha pura pura tak tahu apa yang baru saja terjadi dan apa maksud perkataan Andin sebenarnya."Ma - maksud Mbak Andin apa? Saya orang suruhan? Suruhan siapa Mbak dan untuk apa?" tanya Yuli masih dengan ekspresi pura pura lugu.Mendengar pertanyaan itu, Andin kembali mengulas senyum tipis."Sudahlah Marni. Saya dan Mas Arga sudah tahu siapa kamu sebenarnya! Sri sudah cerita semuanya kalau kamu tak sesuai seperti apa yang kamu ceritakan pada kami kemarin. Apalagi sejak ngobrol sama kamu di taman belakan
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (147)Sementara itu mengetahui jika Sri ternyata telah tahu rahasia tentang dirinya dan membongkar rahasia itu pada Andin, Yuli pun seketika merasa kesal bukan main. Apalagi saat Heru menelponnya dan terang terangan mengatakan jika dirinya baru saja menghubungi anak anak karena tak sabar lagi ingin segera memiliki Andin kembali dengan cara menghancurkan rumah tangga mantan istrinya itu dengan suami barunya dengan menjadikan anak anak sebagai umpan untuk memaksa Andin bercerai dari Arga, Yuli pun makin merasa gundah.Ia merasa rencananya untuk diam diam mengacaukan keluarga kecil Arga dan Andin menjadi berjalan di luar skenario yang telah dia susun semula. Heru bukan saja bersikap seolah olah tak percaya pada kemampuannya untuk memisahkan Arga dengan Andin. Namun juga telah membuat kekacauan yang menjadikan dia jadi serba salah seperti sekarang ini.Sekarang Andin pasti menaruh rasa curiga padanya kalau dia sebenarnya bukanlah wanita yang diusir ole
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (146)Flashback ....Sebelumnya saat masuk ke dalam kamar, Sekar menemukan ponselnya berbunyi. Gadis kecil yang memang diberi mamanya hape sendiri itu lantas menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut.Ternyata nomor tersebut adalah nomor hape papa kandung mereka yakni Heru yang sebenarnya sudah lama memiliki nomor telepon kedua anak perempuannya tersebut tetapi baru berani menghubungi saat dirinya merasa tak sabar lagi ingin segera bisa memiliki Andin kembali dan dekat dengan kedua putrinya itu apapun aral yang terjadi. Heru merasa tak sabar lagi ingin cepat cepat mewujudkan keinginannya walaupun di rumah Arga dan Andin sekarang sudah ada Marni alias Yuli yang tengah membantunya mewujudkan cita citanya tersebut.Akan tetapi karena mendapatkan kabar dari Yuli yang mengatakan jika Andin sedang berbadan dua, menyebabkan Heru tak mampu lagi untuk menunggu lebih lama. Dia pun berusaha menghubungi kedua putrinya itu untuk menjalin kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (145)Mendengar perkataan Bi Hanun, refleks Andin dan Sri menoleh dengan kening mengernyit.Sekar menangis dan mengamuk? Yang benar saja? Apa penyebabnya?"Apa, Bi? Sekar nangis dan ngamuk ngamuk? Kok bisa?" tanya Andin dengan nada heran dan tak percaya karena seumur umur putrinya itu tak pernah berkelakuan seperti ini.Dia pun gegas berlari ke arah kamar anaknya tersebut. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Benar saja, di dalam kamar terlihat Sekar tengah menangis sesenggukan di atas tempat tidur sembari meremas remas bantal guling dan seprai yang sekarang keadaannya menjadi kacau berantakan.Selama ini tak pernah Andin melihat putrinya itu dalam keadaan demikian. Itu sebabnya wanita cantik itu sempat mematung di depan pintu sebelum akhirnya gegas memburu sosok Sekar yang tengah menangis di atas ranjang. Begitu pun Seruni yang terlihat sedih meski tak sampai menangis keras seperti Sekar."Sekar, kamu kenapa, Sayang? Kenapa nangis?" tanya Andin d
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (144)"Kamu yakin yang kamu lihat itu hape sama skincare, Sri? Kamu nggak salah lihat?" Andin masih mencoba untuk tidak mempercayai perkataan ART nya itu meski dia tahu Sri bukanlah tipe perempuan yang suka menebar fitnah dan kebohongan. Sri bukan gadis seperti itu walaupun gadis itu tegas dalam berbicara dan apa adanya.Sri menggelengkan kepalanya dengan yakin."Nggak, Bu. Saya yakin saya nggak salah lihat. Mbak Marni memang punya hape dan bawa skincare, Bu.""Terus tadi waktu Ibu ngantar Pak Arga di teras depan waktu Pak Arga mau berangkat ke kantor, Mbak Marni juga ngeliatin Pak Arga terus, Bu. Nggak meleng meleng.""Waktu saya ajak sarapan, Mbak Marni ternyata juga sudah tahu kalau nama bapak itu adalah Arga. Coba Ibu pikir, dari mana Mbak Marni tahu nama bapak adalah Arga sedangkan sebelumnya Mbak Marni belum pernah bertemu Bapak?""Wajar kan, Bu, kalau saya jadi curiga, Mbak Marni itu ada niat tersembunyi ke Ibu dan bapak? Ada tujuan yang Sri
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (143)"Kenapa, Bu? Kok Ibu diem aja? Ada masalah ya, Bu?" tanya Sri begitu melihat Andin masuk ke dapur dengan wajah terlihat muram.Sri memang sangat dekat dengan Andin sehingga berani bertanya seperti itu meskipun Andin notabene adalah majikannya.Andi mengulas senyum tipis lalu menghembuskan nafasnya."Tadi anak anak bicara sama Marni. Tapi setelah itu tingkah mereka jadi aneh, Sri. Sama Mas Arga nggak negur lagi. Saya 'kan jadi heran, Sri. Kenapa sikap mereka mendadak jadi aneh begitu," jawab Andin yang benar benar tak mengerti mengapa kedua putrinya itu hanya diam saja saat berpapasan dengan Papa sambung mereka barusan. Papa sambung yang selama ini sudah bersikap baik melebihi Papa kandung sendiri akan tetapi hari ini telah diacuhkan begitu saja oleh kedua putrinya itu."Hmm ... Marni lagi Marni lagi! Bukan apa apa sih, Bu, cuma ....apa Ibu nggak curiga, Mbak Marni mengaku susah karena diusir suaminya, tapi kok wajahnya cantik dan terawat sekal
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (142)"Tapi, Tante ... apa Mama mau kembali sama Papa lagi? Mereka kan sudah bercerai?" tanya Sekar dengan mimik ragu. Begitu pun Seruni. Wajah keduanya tampak bimbang dan tak menentu."Kalau kalian ingin ketemu Papa lagi dan ingin hidup bersama dengan Papa kalian lagi, maka jalan satu satunya hanyalah dengan membuat Papa Arga pergi dari rumah ini.""Kalau Papa Arga sudah pergi, maka Papa Heru akan kembali dengan Mama kalian lagi. Apa kalian nggak mau hal itu terjadi? Katanya kalian ingin ketemu Papa lagi? Cuma ini satu satunya cara supaya kalian bisa berkumpul lagi dengan Papa Heru.""Papa Arga 'kan hanya Papa tiri kalian. Sedangkan Papa Heru adalah papa kandung kalian. Masa kalian lebih memilih tinggal bersama Papa Arga dari pada dengan Papa Heru?" bujuk Yuli lagi."Tapi, Tan ... " Sekar dan Seruni ragu ragu."Kalian sayang sama Papa kalian kan? Ingat, Papa Heru adalah papa kandung kalian, sementara Papa Arga hanya papa tiri," tandas Yuli kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (141)"Hai, Sekar ... Seruni ... apa kabar?" tanya Yuli dengan nada ramah pada dua gadis kecil yang tengah bermain perosotan tersebut.Sekar menoleh lalu menatap heran saat melihat sosok Yuli yang tengah berjalan mendekati dia dan adiknya."Tante siapa? Kok tahu nama kita?" tanya Sekar dengan tidak mengerti, sebab baru kali ini dia bertemu Yuli tapi Yuli tahu namanya. Tentu saja benak gadis kecil itu merasa heran dan bertanya tanya.Ditanya seperti itu, sesaat Yuli kaget, tapi detik berikutnya cepat cepat dia meralat. Untung saja di dekat mereka saat ini tak ada Sri, Andin atau pun Bi Hanun, andai ada mereka juga pasti heran bagaimana bisa dia tahu nama dua gadis perempuan di depannya itu karena sebelumnya mereka belum pernah bertemu."Hmm ... Tante tahu dong dari Mama kalian dan Mbak Sri. Tapi itu nggak penting. Yang penting Tante membawa pesan penting dari seseorang untuk kalian. Kalian ingin tahu nggak?""Oh ya, sebelumnya kenalkan Tante ini Tant
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (140)"Emang boleh Mbak saya melihat lihat sekeliling sama Mbak Andin? Kalau boleh, saya maulah jalan jalan ke taman," jawab Yuli dengan wajah berbinar.Bagus juga dia keluar dari kamar ini untuk mencari celah dan kesempatan yang kiranya bisa digunakan untuk mewujudkan rencananya, merebut cinta Arga dan memisahkan laki laki itu dari Andin. Apalagi Heru sudah banyak memberinya uang untuk merusak rumah tangga mantan istrinya itu dengan suaminya agar bisa kembali lagi pada Andin. Hal ini membuat Yuli semakin semangat untuk mencari celah dan kesempatan guna mewujudkan niatnya itu."Ya boleh aja sih kalau Mbak mau," jawab Sri lagi merasa senang karena Yuli tampaknya bersedia keluar dari kamar supaya dia bisa segera menggeledah tempat tidur perempuan itu.Itu sebabnya Sri tersenyum lebar saat Yuli menganggukkan kepalanya dengan gembira lalu segera keluar dari kamar setelah mendapat izin darinya.Segera setelah Yuli keluar dari kamar, Sri membuka dan meng