Yuni mendekati sosok Purnomo lalu membelai kepala laki-laki yang tengah memejamkan mata itu tanpa menyadari Purnomo masih setengah sadar dan membuka matanya lalu menatap wajah Yuni yang terpampang di hadapannya dengan perasaan bingung dan bertanya-tanya. Apalagi saat merasakan belaian tangan ART itu di kepalanya.
"Yuni? Kamu ngapain?" Purnomo membuka suaranya.
Yuni yang baru menyadari perbuatannya ternyata diketahui Purnomo dan tidak menyangka jika laki-laki itu ternyata masih belum tertidur, menghentikan gerakannya lalu bersurut perlahan.
"Ma-maaf, Pak. Sa-saya tidak sengaja," ujarnya sambil menarik tangannya dari genggaman tangan Purnomo tetapi lelaki itu tak mau melepaskan, justru menahan dan kemudian menarik tangan gadis itu makin dekat hingga tubuh mereka menjadi tak berjarak.
Sekarang gantian Yuni yang bingung. Taoi sebenarnya tidak benar-benar bingung karena gadis itu telah lama menunggu kesempatan seperti ini, Purnomo merespon perlakuannya.
"Mas? Ini aku, Mila, Yun! Kamu manggil mas Purnomo dengan panggilan mas? Sejak kapan? Bukannya biasanya kamu manggil Bapak?!" tanya Mila dengan nada marah dan curiga saat telah berhasil meredakan rasa kagetnya pada Yuni yang barusan memanggil Purnomo dengan panggilan 'mas'.Di depannya, Purnomo menegakkan kepalanya dan mengernyit kaget saat mendengar perkataan Mila pada Yuni. Apa barusan Yuni telah menyapanya dengan panggilan 'mas' sehingga membuat Mila semakin menaruh rasa curiga? Ah, gawat kalau begitu, bisa marah dan mengamuk habis-habisan setelah ini kalau istrinya itu sampai tahu hubungannya dengan Yuni saat ini.Bukan apa-apa, ia hanya tak mau ribut dengan Mila sekarang. Nanti saja kalau ia sudah siap dengan keributan yang jauh lebih besar lagi saat ia akan meminta izin untuk menikah lagi pada istrinya itu. Sekarang ia ingin tenang dulu karena Mila juga baru saja menjalani operasi."Eh, oh ini Mbak Mila ya? Maaf mbak, aku kira tadi mas ... eh Pak Purnomo.
"Kamu diam aja dan patuhi saja semua perintahku supaya selamat, Mila. Mas pria bebas dan masih sangat merindukan keturunan. Kamu bisa mengerti maksud mas bukan? Sebenarnya mas tidak ingin membicarakan hal ini secepat ini, tapi kamu terus memaksa. Jadi ... apa daya. Mas terpaksa mengatakan ini semua sama kamu supaya kamu tahu. Mas akan mencari ibu baru untuk anak-anak mas! Dan perempuan itu bisa saja Yuni atau pun perempuan lainnya!" ucap Purnomo tegas tanpa keraguan sedikitpun sambil menatap Mila dengan tatapan tajam.Mendengar kalimat yang keluar dari mulut lelaki di depannya itu, Mila menggigit bibir. Jantungnya bergolak tak karuan. Pengakuan Purnomo telah sukses membuat hatinya terkoyak.Ia tak mengira rasa cinta lelaki itu padanya ternyata hanya sebatas memperoleh keturunan saja. Saat ia tak mendapatkan itu darinya, saat itu juga Purnomo berpaling darinya. Semudah itu.Padahal selama ini ia mengira Purnomo cinta mati padanya dan bersedia melakuka
"Suster, tolong! Istri saya mau melahirkan!" ujar Arga panik sambil memanggil perawat berbaju putih-putih yang tengah berada di unit instalasi gawat darurat."Oh, istrinya di mana, Pak? HPL-nya kapan?" Suster yang tengah berjaga di ruangan itu menanggapi dengan sigap."HPL-nya sebenarnya masih bulan depan, Sus. Tapi nggak tahu kenapa, barusan istri saya mengalami kontraksi hebat," terang Arga."Oh, apa ada kemungkinan prematur ya? Baik, Bapak tenang dulu. Sekarang ibunya di mana? Kita akan bawa masuk untuk diperiksa ya, Pak." Suster itu kemudian meminta rekan sejawatnya untuk menyiapkan brankar dan memindahkan pasien dari mobil ke ruang IGD.Andin yang sudah kesakitan dan sudah mengeluarkan cairan ketuban dari dalam rahimnya berkali-kali mengeluh kesakitan. Baru kali ini ia mengalami hal seperti ini, melahirkan sebelum cukup bulannya. Namun, sepertinya itulah yang akan terjadi.Wanita itu kemudian dengan cepat dipindahkan ke ruang kebidanan karena
"Pak Arga!" Purnomo memanggil. Diulanginya lagi sampai sosok Arga menoleh dan mengernyitkan keningnya saat melihatnya berada di rumah sakit yang sama."Pak Purnomo? Siapa yang sakit?" tanya Arga sambil mendekati Purnomo dan tersenyum sambil mengulurkan tangannya memberi salam."Istri saya. Kemarin jahitan bekas operasi pengangkatan rahimnya bermasalah jadi kemarin ini dijahit lagi. Bapak sendiri siapa yang sakit?" tanya Purnomo."Istri saya, Pak.. Kemarin habis melahirkan," sahut Arga sambil tersenyum bahagia."Oh, sudah melahirkan istrinya ya, Pak? Wah ... wah ... wah selamat ya. Apa jenis kelaminnya, Pak Arga?" Purnomo ikut gembira."Laki-laki, Pak. Alhamdulillah, sesuai keinginan kakak-kakaknya," sahut Arga lagi."Kakak-kakaknya?"Arga mengangguk. "Kakaknya 'kan dua orang perempuan. Jadi, mereka ingin punya adik laki-laki. Alhamdulillah dikabulkan Tuhan, Pak Pur.""Oh." Purnomo manggut-manggut. "Kalau begitu, sekali lagi sel
"Baiklah, aku hanya minta Mas beri aku uang, membangunkan rumah, memberiku mobil dan asisten rumah tangga serta sopir. Mas akan menikah lagi. Nggak mungkin aku terus berada di rumah ini sementara mas sudah punya istri lagi. Terserah mas mau mempertahankan aku sebagai istri atau tidak, tapi yang jelas, aku tidak bisa tinggal bersama dengan Yuni lagi. Aku tahu mas punya kekayaan yang cukup. Jadi, berikan sebagian buatku. Setelah itu aku akan menandatangani berkas permohonan poligami yang mas ajukan dengan sukarela. Oke?" jawab Mila sambil menatap Purnomo.Mendengar persyaratan yang wanita itu ajukan, Purnomo menghela nafas. Syarat itu cukup berat. Selain dia belum ingin berpisah dengan Mila, ia juga tak cukup punya uang untuk membangunkan istrinya itu rumah baru dan membeli mobil. Harta kekayaan yang ia miliki meskipun masih cukup banyak, tetapi semuanya masih atas nama ia dan istri pertamanya, Mayang.Kalau ia alihkan sebagian aset itu atas nama Mila sekar
Mila berjalan mendekati jendela kamar dan membuka gorden saat mendengar deru halus mobil Purnomo baru saja memasuki halaman rumah. Perempuan itu lantas melirik jarum jam yang tergantung di dinding kamar dan mendapati hari ternyata sudah pukul sepuluh malam.Purnomo memang biasa keluar malam. Tak heran jam segini baru pulang, apalagi tadi siang lelaki itu mengatakan akan mengurus berkas izin poligami yang harus ia tanda tangani segera nanti.Teringat akan berkas itu, Mila pun mengulum senyum. Sekelebat rencana sudah ada di kepalanya sedari tadi. Ya! Ia tidak akan menandatangani berkas itu semudah yang diinginkan Purnomo. Ia akan menggunakan cara apa saja untuk membuat posisi mereka berimbang.Ia akan menandatangani berkas itu asalkan Purnomo juga bersedia memberikan apa yang ia inginkan sebagai syarat kesediaannya memberikan tanda tangan. Itulah yang sedang ia pikirkan saat ini.
Setelah Purnomo menutup kembali pintu kamarnya, Mila membuka matanya lalu bangkit dari tempat tidur.Tadi saat ia mendengar langkah kaki suaminya itu mendekati kamarnya, wanita itu memang buru-buru naik ke atas tempat tidur dan menarik selimut, pura-pura sudah terlelap.Ia berencana membuat suaminya dan Yuni mengira ia sudah tidur. Ia ingin kedua orang itu menganggapnya tak melihat dan lantas berbuat yang tak seharusnya mereka lakukan di belakangnya. Nanti saat dua orang itu tengah terlena, ia akan mengabadikan apa yang mereka lakukan dan menjadikan itu sebagai senjata untuk mengancam mereka.Setelah lewat setengah jam dan aktivitas di dapur yang dilakukan Purnomo dan Yuni sepertinya sudah selesai, Mila pun buru-buru membuka pintu kamarnya dengan gerakan hati-hati.Dengan langkah kaki perlahan, ia kemudian mendekat ke arah kamar tidur Yuni. Semakin mendekat semakin jelas ia bisa mendengar suara-suara khas sepasang manusia yan
"Yuni, apa yang kamu lakukan?" tanya Purnomo kaget saat melihat tubuh Mila yang jatuh tersungkur di atas lantai. Lelaki itu spontan memeriksa bagian belakang kepala Mila yang barusan dipukul Yuni dan menemukan bagian belakang kepala istrinya itu ternyata terluka cukup dalam hingga mengeluarkan darah segar yang langsung merembes ke atas lantai."Maaf, Mas aku spontan. Habis Mila menyebalkan! Buat apa sih dia merekam video kita segala? Mau meras? Nggak bisa selagi aku masih hidup!" tukas Yuni tak merasa menyesal telah melukai Mila hingga tak sadarkan diri."Tapi ini gimana? Kepala Mila luka ini. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit kalau masih mau menyelamatkan dia," ucap Purnomo panik dan merasa kesal pada Yuni yang terlihat tidak peduli pada kondisi wanita yang barusan ia aniaya itu.Ia tak mau Mila meregang nyawa karena perbuatan mereka bisa-bisa membawa mereka masuk penjara.
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (148)Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andin pun membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar Yuli dan Sri karena merasa perintahnya sudah sangat jelas dan tegas. Tak ada lagi alasan sedikit pun bagi Yuli untuk menolak perintahnya atau pun pura pura takut menghadap sebab Yuli bisa jadi lebih licik dari yang mereka bayangkan.Namun, Yuli yang memang tak mengira jika rencananya nyaris diambang kegagalan, spontan berusaha mengelak dengan terus berusaha pura pura tak tahu apa yang baru saja terjadi dan apa maksud perkataan Andin sebenarnya."Ma - maksud Mbak Andin apa? Saya orang suruhan? Suruhan siapa Mbak dan untuk apa?" tanya Yuli masih dengan ekspresi pura pura lugu.Mendengar pertanyaan itu, Andin kembali mengulas senyum tipis."Sudahlah Marni. Saya dan Mas Arga sudah tahu siapa kamu sebenarnya! Sri sudah cerita semuanya kalau kamu tak sesuai seperti apa yang kamu ceritakan pada kami kemarin. Apalagi sejak ngobrol sama kamu di taman belakan
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (147)Sementara itu mengetahui jika Sri ternyata telah tahu rahasia tentang dirinya dan membongkar rahasia itu pada Andin, Yuli pun seketika merasa kesal bukan main. Apalagi saat Heru menelponnya dan terang terangan mengatakan jika dirinya baru saja menghubungi anak anak karena tak sabar lagi ingin segera memiliki Andin kembali dengan cara menghancurkan rumah tangga mantan istrinya itu dengan suami barunya dengan menjadikan anak anak sebagai umpan untuk memaksa Andin bercerai dari Arga, Yuli pun makin merasa gundah.Ia merasa rencananya untuk diam diam mengacaukan keluarga kecil Arga dan Andin menjadi berjalan di luar skenario yang telah dia susun semula. Heru bukan saja bersikap seolah olah tak percaya pada kemampuannya untuk memisahkan Arga dengan Andin. Namun juga telah membuat kekacauan yang menjadikan dia jadi serba salah seperti sekarang ini.Sekarang Andin pasti menaruh rasa curiga padanya kalau dia sebenarnya bukanlah wanita yang diusir ole
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (146)Flashback ....Sebelumnya saat masuk ke dalam kamar, Sekar menemukan ponselnya berbunyi. Gadis kecil yang memang diberi mamanya hape sendiri itu lantas menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut.Ternyata nomor tersebut adalah nomor hape papa kandung mereka yakni Heru yang sebenarnya sudah lama memiliki nomor telepon kedua anak perempuannya tersebut tetapi baru berani menghubungi saat dirinya merasa tak sabar lagi ingin segera bisa memiliki Andin kembali dan dekat dengan kedua putrinya itu apapun aral yang terjadi. Heru merasa tak sabar lagi ingin cepat cepat mewujudkan keinginannya walaupun di rumah Arga dan Andin sekarang sudah ada Marni alias Yuli yang tengah membantunya mewujudkan cita citanya tersebut.Akan tetapi karena mendapatkan kabar dari Yuli yang mengatakan jika Andin sedang berbadan dua, menyebabkan Heru tak mampu lagi untuk menunggu lebih lama. Dia pun berusaha menghubungi kedua putrinya itu untuk menjalin kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (145)Mendengar perkataan Bi Hanun, refleks Andin dan Sri menoleh dengan kening mengernyit.Sekar menangis dan mengamuk? Yang benar saja? Apa penyebabnya?"Apa, Bi? Sekar nangis dan ngamuk ngamuk? Kok bisa?" tanya Andin dengan nada heran dan tak percaya karena seumur umur putrinya itu tak pernah berkelakuan seperti ini.Dia pun gegas berlari ke arah kamar anaknya tersebut. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Benar saja, di dalam kamar terlihat Sekar tengah menangis sesenggukan di atas tempat tidur sembari meremas remas bantal guling dan seprai yang sekarang keadaannya menjadi kacau berantakan.Selama ini tak pernah Andin melihat putrinya itu dalam keadaan demikian. Itu sebabnya wanita cantik itu sempat mematung di depan pintu sebelum akhirnya gegas memburu sosok Sekar yang tengah menangis di atas ranjang. Begitu pun Seruni yang terlihat sedih meski tak sampai menangis keras seperti Sekar."Sekar, kamu kenapa, Sayang? Kenapa nangis?" tanya Andin d
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (144)"Kamu yakin yang kamu lihat itu hape sama skincare, Sri? Kamu nggak salah lihat?" Andin masih mencoba untuk tidak mempercayai perkataan ART nya itu meski dia tahu Sri bukanlah tipe perempuan yang suka menebar fitnah dan kebohongan. Sri bukan gadis seperti itu walaupun gadis itu tegas dalam berbicara dan apa adanya.Sri menggelengkan kepalanya dengan yakin."Nggak, Bu. Saya yakin saya nggak salah lihat. Mbak Marni memang punya hape dan bawa skincare, Bu.""Terus tadi waktu Ibu ngantar Pak Arga di teras depan waktu Pak Arga mau berangkat ke kantor, Mbak Marni juga ngeliatin Pak Arga terus, Bu. Nggak meleng meleng.""Waktu saya ajak sarapan, Mbak Marni ternyata juga sudah tahu kalau nama bapak itu adalah Arga. Coba Ibu pikir, dari mana Mbak Marni tahu nama bapak adalah Arga sedangkan sebelumnya Mbak Marni belum pernah bertemu Bapak?""Wajar kan, Bu, kalau saya jadi curiga, Mbak Marni itu ada niat tersembunyi ke Ibu dan bapak? Ada tujuan yang Sri
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (143)"Kenapa, Bu? Kok Ibu diem aja? Ada masalah ya, Bu?" tanya Sri begitu melihat Andin masuk ke dapur dengan wajah terlihat muram.Sri memang sangat dekat dengan Andin sehingga berani bertanya seperti itu meskipun Andin notabene adalah majikannya.Andi mengulas senyum tipis lalu menghembuskan nafasnya."Tadi anak anak bicara sama Marni. Tapi setelah itu tingkah mereka jadi aneh, Sri. Sama Mas Arga nggak negur lagi. Saya 'kan jadi heran, Sri. Kenapa sikap mereka mendadak jadi aneh begitu," jawab Andin yang benar benar tak mengerti mengapa kedua putrinya itu hanya diam saja saat berpapasan dengan Papa sambung mereka barusan. Papa sambung yang selama ini sudah bersikap baik melebihi Papa kandung sendiri akan tetapi hari ini telah diacuhkan begitu saja oleh kedua putrinya itu."Hmm ... Marni lagi Marni lagi! Bukan apa apa sih, Bu, cuma ....apa Ibu nggak curiga, Mbak Marni mengaku susah karena diusir suaminya, tapi kok wajahnya cantik dan terawat sekal
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (142)"Tapi, Tante ... apa Mama mau kembali sama Papa lagi? Mereka kan sudah bercerai?" tanya Sekar dengan mimik ragu. Begitu pun Seruni. Wajah keduanya tampak bimbang dan tak menentu."Kalau kalian ingin ketemu Papa lagi dan ingin hidup bersama dengan Papa kalian lagi, maka jalan satu satunya hanyalah dengan membuat Papa Arga pergi dari rumah ini.""Kalau Papa Arga sudah pergi, maka Papa Heru akan kembali dengan Mama kalian lagi. Apa kalian nggak mau hal itu terjadi? Katanya kalian ingin ketemu Papa lagi? Cuma ini satu satunya cara supaya kalian bisa berkumpul lagi dengan Papa Heru.""Papa Arga 'kan hanya Papa tiri kalian. Sedangkan Papa Heru adalah papa kandung kalian. Masa kalian lebih memilih tinggal bersama Papa Arga dari pada dengan Papa Heru?" bujuk Yuli lagi."Tapi, Tan ... " Sekar dan Seruni ragu ragu."Kalian sayang sama Papa kalian kan? Ingat, Papa Heru adalah papa kandung kalian, sementara Papa Arga hanya papa tiri," tandas Yuli kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (141)"Hai, Sekar ... Seruni ... apa kabar?" tanya Yuli dengan nada ramah pada dua gadis kecil yang tengah bermain perosotan tersebut.Sekar menoleh lalu menatap heran saat melihat sosok Yuli yang tengah berjalan mendekati dia dan adiknya."Tante siapa? Kok tahu nama kita?" tanya Sekar dengan tidak mengerti, sebab baru kali ini dia bertemu Yuli tapi Yuli tahu namanya. Tentu saja benak gadis kecil itu merasa heran dan bertanya tanya.Ditanya seperti itu, sesaat Yuli kaget, tapi detik berikutnya cepat cepat dia meralat. Untung saja di dekat mereka saat ini tak ada Sri, Andin atau pun Bi Hanun, andai ada mereka juga pasti heran bagaimana bisa dia tahu nama dua gadis perempuan di depannya itu karena sebelumnya mereka belum pernah bertemu."Hmm ... Tante tahu dong dari Mama kalian dan Mbak Sri. Tapi itu nggak penting. Yang penting Tante membawa pesan penting dari seseorang untuk kalian. Kalian ingin tahu nggak?""Oh ya, sebelumnya kenalkan Tante ini Tant
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (140)"Emang boleh Mbak saya melihat lihat sekeliling sama Mbak Andin? Kalau boleh, saya maulah jalan jalan ke taman," jawab Yuli dengan wajah berbinar.Bagus juga dia keluar dari kamar ini untuk mencari celah dan kesempatan yang kiranya bisa digunakan untuk mewujudkan rencananya, merebut cinta Arga dan memisahkan laki laki itu dari Andin. Apalagi Heru sudah banyak memberinya uang untuk merusak rumah tangga mantan istrinya itu dengan suaminya agar bisa kembali lagi pada Andin. Hal ini membuat Yuli semakin semangat untuk mencari celah dan kesempatan guna mewujudkan niatnya itu."Ya boleh aja sih kalau Mbak mau," jawab Sri lagi merasa senang karena Yuli tampaknya bersedia keluar dari kamar supaya dia bisa segera menggeledah tempat tidur perempuan itu.Itu sebabnya Sri tersenyum lebar saat Yuli menganggukkan kepalanya dengan gembira lalu segera keluar dari kamar setelah mendapat izin darinya.Segera setelah Yuli keluar dari kamar, Sri membuka dan meng