Afi membuka matanya perlahan, ia meraba ke sekelilingnya dan merasa ini bukan tempat ia tadi tertidur. Seingatnya, tadi ia tertidur di luar apartemen saat menunggu Rendra memberi tahu kode kamarnya.Afi membuka matanya lebar dan melihat ia berada di sebuah kamar yang terdapat banyak aksesoris pria. Afi menyadari bahwa ini pasti di dalam apartemen Rendra. Terlihat ada foto dirinya dan juga seorang wanita paruh baya serta gadis manis yang Afi kenal, yaitu Nissa.Suara gemericik air dari dalam kamar mandi terdengar sampai ke telinga Afi, membuat Afi berfikiran yang tidak-tidak. Bukankah tadi ia tidur diluar? Dan sekarang ia telah di dalam kamar? Jangan-jangan? Afi beranjak ke kamar mandi dan menggedor pintu dengan keras."Pak! Keluar, jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan ya! Buka," teriak Afi.Pintu terbuka dan tampak Rendra keluar dengan hanya memakai handuk yang terbelit di pinggulnya. Afi yang melihat songak terkejut dan menutup mukanya dengan kedua tangannya."Pak! Ya nggak g
Afi memakan makanan yang tadi di belikan Rendra, nasi Padang dengan sayur daun singkong rebus serta daging sapi sangat menggugah selera makan Afi. Namun sayang tak ada sambal ijo seperti biasanya, pasti Rendra sengaja tak memberinya atau di lupa memintanya."Ini tak mungkin, biasanya nasi Padang selalu plus sambal. Itu merupakan akal-akalan Rendra saja pastinya," gerutu Afi saat mencari keberadaan si sambal kesukaannya. Di mana pun ia makan, tak luput dari sambal. Apapun makananya, lauk enaknya pasti selalu sambel.Afi menghabiskan semua tak tersisa, ia benar-benar lapar hari ini. Ternyata air mata membuat orang lapar juga, seharian tak ada asupan masuk ke dalam perutnya sehingga ia makan bak orang yang satu minggu tak makan. Beruntung makanan yang ia makan ini tak keluar lagi dari perutnya. Afi bingung, entah kenapa semua makanan yang Rendra belikan untuknya selalu terasa nikmat dan sedap untuk di habiskan.Bel berbunyi, Afi bergegas akan membuka nya. Namun, Nissa sudah masuk karena
"Pengen cepet-cepet!" kata Nissa antusias."Cepet-cepet ngapain?""Cepet-cepet jadikan kamu kakak iparku! Aku udah nggak sabar banget!" Afi melemparkan bantal sofa ke badan Nissa. Nissa selalu saja mengatakan hal yang sama berulang kali. Afi bahkan sama sekali tak kepikiran ke arah situ. Afi hanya sedang memikirkan anak yang ada dalam kandungannya ini agar bisa tumbuh dengan sehat dan kuat seperti dirinya.Setelah berbincang panjang lebar dengan Nissa, akhirnya dia pamit untuk pulang. Mungkin besok Nissa akan ke alamat kantor Aldo yang telah Afi tunjukan untuk memberikan kunci rumahnya.*****Aldo sangat malas di rumah, ia memilih pergi ke kantor agak awal karena ia masih sangat terpukul dengan perpisahannya dengan Afi."Mau berangkat awal lagi, Yank?" tanya Alin yang sedang mengoleskan roti dan selai di sana. "Iya, aku sarapan di kantor sja ya. Aku terburu-buru," ucap Aldo mencium kening Alin.Alin memandangi suaminya yang sudah pergi dengan mobilnya ke kantor. Alin melihat Aldo an
"Aldo!" Teriak Mami Cahyo dari luar rumah Afi. Aldo tak sadar jika ia telah menghabiskan waktu yang lama di kamar Afi. Kesedihannya yang tak berbalas membuatnya enggan untuk pulang. Ia ingin tidur seharian di kamar milik Afi dan dirinya, mengenang malam-malam indah bersama.Aldo tak menghiraukan teriakan Maminya karena ia sedang larut dalam kesedihannya. "Aldo! Mami cariin ternyata kamu di sini, Alin cemas mencarimu. Kenapa nomormu tidak aktif?""Mi, biarkan Aldo di sini ya! Aldo sangat terpukul dengan kepergian Afi. Dia sudah pergi, Mi!" Aldo tergugu di atas bantal yang ia letakan di tengah pangkuannya."Kamu jadi laki-laki cengeng banget, Aldo. Bukankah bagus Afi sudah pergi? Jadi kamu bisa fokus sama kesehatan Alin dan anakmu!" Mami Cahyo berbicara seperti itu karena ia merasa geram dengan anak laki-lakinya yang terlihat sangat bodoh hanya karena wanita bernama Afi itu."Mi, jangan paksa Aldo lagi, cukup Mami membuat Afi sengsara. Jangan Aldo! Aldo hanya ingin tinggal di rumah ini
Sebuah tepukan di pundaknya membuat Aldo kaget dan membalikkan badannya."Yank, kamu lagi apa malam-malam begini?" Ali melirik ke arah benda yang sedang dipegang Aldo."Aku melihat susu ini di rak dapur, mungkinkah ini milik Afi? Apakah di sudah_""Itu milikku, aku sengaja membawanya dari rumah.""Masa? Kok kamu bawa banyak banget? Berbagai merek juga, bukankah kau tidak menyukai merek ini?" tunjuk Aldo pada dus yang sedang dipegangnya."Justru itu, aku membawa banyak. Soalnya nanti kalau aku pas lagi disini pengen minum susu aku tinggal bikin dan tidak usah repot-repot lagi membelinya. Kan, Stoknya sudah banyak."Alin mencoba mengelabui Aldo, karena jika ia tahu susu itu bukan miliknya pasti Aldo akan memikirkan jika Afi hamil anaknya kemudian mencari Afi untuk memastikan kebenarannya dan meninggalkannya jika tahu Afi tengah hamil.Alin berpikir keras, mungkinkah Afi juga tengah hamil? Ia akan mencari tahu semua ini. Jika ia hamil anak Aldo, ia akan mencoba untuk menghindarkannya dar
"Kamu kenal Haris, Yank?" tanya Alin mencoba mencari tahu seberapa dekat dia dengan Haris."Kenal, kami bahkan sangat akrab sejak kuliah. Kenapa?" tanya Aldo penasaran karena Alin tiba-tiba menanyakan Haris sahabatnya."Nggak kenapa-kenapa! Apakah dia tak tahu kita sudah menikah? Kenapa dia bilang hanya tahunya istri kamu itu Mbak Afi?" ketus Alin."Sebenarnya kemarin sudah aku kasih tahu, mungkin dia lupa. Haris itu memang punya kekasih sejak kuliah, tapi aku lupa namanya! Soalnya dia tak pernah mengenalkannya pada kami, teman gengnya. Dia hanya sering bercerita bahwa dia cinta mati padanya," jelas Aldo."Cinta mati? Nungguin sampai mati, gitu maksudnya?" ucap Alin pura-pura lugu. Aldo tertawa renyah dan memandang ke depan jalan dengan fokus mengemudikan mobilnya."Yank, kamu cinta mati padaku?" tanya Alin mencoba mencari isi hati suaminya."Cinta!" jawab Aldo singkat."Sayang?""Apa bedanya cinta dan sayang, Alin?" ucap Aldo sambil tersenyum."Beda donk! Kalau cinta itu kebutuhan, s
Temani aku, jika aku butuh kamu. Dan malam ini, aku sangat menginginkan dirimu. Aku tunggu di hotel Daffa, nggak pakai lama, jika kau menolak akan aku pastikan besok suamimu itu akan meninggalkanmu." Haris sepertinya sengaja membuat Alin marah dengan keinginannya itu, ia ingin melihat seberapa besar cintanya pada Aldo. Sepertinya, rencana Haris kali ini tak akan sejahat sebelumnya yang akan meniduri wanita terkasihnya itu. Haris hanya ingin Alin merasakan, sakitnya ditinggal pergi orang yang disayangi.Alin mondar mandir di depan pintu rumah ini, ia tak punya cara lain untuk menutup mulut Haris kecuali menuruti keinginannya. Ia pun menengok kembali Aldo yang terlelap tidur dan memastikan ia tak akan bangun.Setelah yakin bahwa Aldo telah sangat terlelap, Alin keluar menuju rumahnya untuk mengambil mobil miliknya. Alin tak ingin memakai mobil Afi karena takut suaminya akan tahu jika ia tengah pergi.Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju hotel yang Haris sebutkan. Alin mengemudik
Alin membuka matanya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia bangun dan melihat dirinya tanpa sehelai baju pun dan tampak bajunya berceceran di lantai. Alin mengingat kejadian semalam dan ia pun menangis histeris seorang diri. Haris benar-benar telah membuatnya menjadi wanita jal**ng. Ia melihat jam di tangannya dan sekarang pukul tujuh pagi.Alin terperanjat kaget dan langsung memunguti pakaiannya di lantai untuk ia kenakan kembali. Ia akan bergegas pulang agar Aldo tak mencurigainya jika tak ada dirumah saat mencarinya. Tapi sepertinya, ini sudah sangat terlambat. Aldo pasti sudah pergi ke kantor, ia akan mengecek ponselnya siapa tahu Aldo menghubunginya tadi.Alin kecewa karena tak ada pesan atau panggilan dari suaminya itu. Alin terlalu pede jika ia bakal di cari dan dikhawatirkan oleh Aldo. Setelah pakaian kembali melekat di tubuhnya, ia langsung bergegas keluar hotel menuju rumahnya.Sebelum pulang ia mampir dulu ke sebuah butik untuk membeli pakaian untuk ia ganti.